Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan pada Pasien

dengan Multiple Sclerosis & Epilepsi

Oleh:
Ns. Ni Made Manik Elisa Putri, S.Kep., M.S.
1. Multiple Scleerosis
• Multiple sclerosis (MS) adalah lesi yang
bersifat multiple pada sistem saraf pusat yang
diakibatkan oleh karena rusaknya selubung
mielin yang melindungi Akson
• Di Indonesia penyakit ini tergolong jarang jika
dibandingkan dengan penyakit neurologis
lainnya. Penyebab pasti dari penyakit ini
belum diketahui, namun ada beberapa faktor
yang mempengaruhi seperti faktor genetik,
lingkungan, infeksi dan imunologi.
Manifestasi Klinis
 Pandangan yang kabur dan kebutaan jangka
pendek,
 Gangguan sensorik meliputi mati rasa,
kesemutan, rasa dingin atau terbakar pada
tangan dan kaki,
 Gangguan motorik meliputi gangguan
koordinasi dan keseimbangan, kelemahan otot,
dan tremor yang sering
 Gangguan lain yang ditimbulkan dapat juga
berupa disfungsi dari bladder dan bowel serta
gangguan seksual.
• Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menangani gangguan motorik adalah Proprioceptive
Neuromuscular Facilitation.
• Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
memfasilitasi sistem neuromuskuler dengan
merangsang proprioseptif. Metode ini berusaha
memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai
dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya
akan dicapai kemampuan atau gerakan yang
terkoordinasi.
• Berdasarkan prinsipnya, latihan dengan metode
Propioceptive Neuromuscular Facilitacion (PNF) dapat
diberikan untuk membantu mengurangi gangguan
motorik yang timbul pada pasien Multiple Sclerosis.
 Proprioceptive Neuromuscular Facilitation
(PNF) adalah bentuk lanjutan dari pelatihan
fleksibilitas, yang melibatkan peregangan dan
kontraksi kelompok otot yang menjadi
sasaran.
 Peregangan PNF adalah salah satu bentuk
peregangan yang paling efektif untuk
meningkatkan fleksibilitas dan meningkatkan
rentang gerak
Proprioceptive Neuromuscular
Facilitation (PNF)
Manajemen Keperawatan
Dibutuhkan pengkajian yang berlangsung terus menerus
pada semua sistem tubuh
Diagnosis:
 Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kerusakan neuro muskular
 Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan
kelumpuhan saraf perkemihan
 Gangguan eliminasi alvi/konstipasi yang berhubungan
dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum
 Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
fisik ekstremitas bawah
 Risiko infeksi yang berhubungan dengan penurunan sistem
imun primer (cedera pada jaringan paru, penurunan aktivitas
silia bronkus), malnutrisi, dan tindakan invasif.
7. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuro
muskular
8. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan kelumpuhan
saraf perkemihan
9. Gangguan eliminasi alvi/konstipasi yang berhubungan dengan gangguan
persarafan pada usus dan rektum
10. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik
ekstremitas bawah
11. Risiko infeksi yang berhubungan dengan penurunan sistem imun primer
(cedera pada jaringan paru, penurunan aktivitas silia bronkus), malnutrisi,
dan tindakan invasif.
2. Epilepsi
Epilepsi
• Kejang merupakan pelepasan elektrik yang
mendesak dan abnormal dari otak yang
menyebabkan perubahan sensasi, perilaku,
gerakan, persepsi, atau kesadaran
• Epilepsi  gangguan kronis dari kejang berulang.
• Etiologi  otak trautamatik, temperatur tinggi,
tumor otak, dan infeksi

• Kejang – semu?????
Patofiologi Epilepsi
• Sel-sel saraf mulai melepaskan impuls dengan frekuensi dan
amplitudo yang meningkat Intensitas pelepasan impuls
melebihi ambang batas impuls akan menyebar ke sel saraf di
sekitarnya sehingga terjadi Kejang.
• Semburan aktivitas listrik dari korteks ini tidak dimodulasi oleh
talamus dan batang otak
• Akhirnya neuron inhibitor di korteks, talamus anterior, dan
ganglia basalis akan memperlambat pelepasan impuls saraf
Patologi Epilepsi
• Setelah proses neuron epileptogenik sudah kelelahan kejang
akan berhenti
• Gangguan kesadaran setelah kejang ini disebut kondisi
postictal  tidur, kebingungan atau rasa lelah
• Aktivitas kejang meningkatkan konsumsi oksigen otak dan
kebutuhan akan adenosin trifosta (ATR). Untuk memenuhi
kebutuhan ini, maka aliran darah serebral akan meningkat
selama kejang.
• Jika kejang berlangsung terus menerus (epilektikus) dapat
terjadi hipoksia yang parah dan asidosis laktat  kerusakan
jaringan otak
Klasifikasi epilepsi
• Kejang Parsial : abnormalitas neurologis dapat
terbatas pada bagian tertentu atau fokus dari otak

• Kejang Umum : kejang yang dapat melibatkan


keseluruhan permukaan koteks
Kejang Parsial
 Kejang Epilepsi paling umum
 Tanpa kehilangan kesadaran
 Empat tipe kejang parsial :
a.Gejala motorik  korteks motorik
b.Gejala somatosensoris oksipitalis
c.Gejala otonom otonom
d.Gejala psikis  temporalis
Kejang Parsial Kompleks
 Kejang parsial kompleks dengan automatisme perilaku
automatisme  gerakan berulang tanpa tujuan seperti
memukul bibir, mengunyah, menebuk bagian tertentu
 Kejang parsial yang berlanjut menjadi kejang umum  satu sisi
wajah bergerak dan diikuti oleh seluruh tubuh
 Kejang umum  menyebabkan hilangnya kesadaran :
1. Absens suatu periode tak tentu dari sadar dan tidak sadar
2. Mioklomik menyentak tiba-tiba
3. Klonik tidak dapat diamati dengan mudah
4. Tonik peningkatan mendadak  kehilangan kesadaran
5. Tonik-klonik tipe yang berhubungan dengan epilepsi
6. Atonik  kehilangan tonus otot secara keseluruhan
Pemeriksaan diagnostik
• EEG ( Elektroensefalogram) hanya merekam
aktivitas listrik dari korteks serebral pada saat
EEG dilakukan
 Menemukan pusat lokasi pelepasan kelistrikan
yang abnormal
 Tegakkan diagnosis epilepsi
 Mengidentifikasi tipe kejang tertentu
Manajemen Epilepsi
• Penjelasan dari orang yang menyaksikan kejangnya
akan membantu membuat diagnosis
1. Berapa lama kejang terjadi?
2. Di bagian tubuh mana kejang bermula dan
bagaimana kelanjutannya?
3. Apakah mata atau kepala klien berdeviasi?
4. Apakah pernapasan menjadi susah atau keluar
busa pada mulut?
5. Apakah klien mengompol?
6. Apakah klien kehilangan kesadaran?
7. Apa jenis gerakannya dan bagian tubuh mana
yang bergerak?
Diagnosa Keperawatn
• Risiko Cedera berhubungan dengan gerakan tidak
terkontrol dan atau tidak patennya jalan napas saat
kerjang
• Risiko gangguan penyesuaian yang berhubungan
dengan kebutuhan penanganan kesehatan yang rumit
dan jangka panjang

Anda mungkin juga menyukai