Anda di halaman 1dari 36

MODUL NYERI

KEPALA
BLOK
NEUROPSKIATRI KELOMPOK 4
NANDA NOFRIMA (09401711001)
N U R M A R ’ AT I L J A N N A H (09401711007)
SADARUDDIN ARIEF (09401711008)
JULFIKAR SUDIRJO (09401711019)
N UR U L WA HIDA (09401711022)
ANDIKA ISRANUGRAHA (09401711029)
SRI ROSYIDA (09401711037)
R AT Y H J I H A N S A F I R A (09401711042)
NURUL AMIRAH R (09401711047)
N U R FA J R U R A C H M A N S A L E H (09401711049)
SKENARIO

Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke


puskesmas dengan keluhan sakit kepala
berdenyut sejak 1 minggu yang lalu hilang
timbul. Keluhan juga disertai dengan mual,
muntah. Demam (-), riwayat trauma (-)
KATA KUNCI

1 Perempuan 35
thn
Keluhan sakit kepala
berdenyut sejak 1 2
minggu yang lalu hilang
timbul Keluhan juga disertai
3 dengan mual, muntah

Demam (-), riwayat trauma 4


(-)
PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan anatomi & fisiologi dari SSP!
2. Jelaskan pengertian & klasifikasi dari nyeri kepala!
3. Jelaskan patomekanisme dari nyeri kepala beserta keluhan lain!
4. Bangunan apa saja di intra & ekstra kranial yang peka terhadap nyeri?
5. Sebutkan Differential Diagnosa dari skenario!
a. Jelaskan etiologi dari DD!
b. Sebutkan faktor risiko dari DD!
c. Jelaskan patofisiologi dari DD!
d. Sebutkan manifestasi klinis dari DD!
e. Sebutkan & jelaskan langkah-langkah diagnosa dari DD!
f. Sebutkan penatalaksanaan dari DD!
g. Jelaskan komplikasi dari DD!
h. Jelaskan prognosis dari DD!
i. Sebutkan pencegahan dari DD!
PEMBAGIAN SISTEM SARAF
ANATOMI
&
FISIOLOGI
PENGERTIAN & KLASIFIKASI
CHEPALGIA
• Sakit kepala atau cephalgia merupakan kondisi yang menyebabkan rasa
tidak nyaman atau sakit pada kelapa hingga kulit kepala

• Menurut IHS, nyeri kepala dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


– Nyeri kepala primer
– Nyeri kepala sekunder
– Nyeri kepala yang tidak tergolongkan

ache Classification Subcommitte of the International Headache Society. The International Headache Society
PATOMEKANISME KELUHAN
Tahanan, Medula
Reseptor Saraf pusat Thalamus
inflamasi spinalis

Pelepasan Penjalaran
protein jaras nyeri & Pelepasan K+
Chepalgia Korteks primer
plasma dan trigeminovask & aa glutamat
substansi uler

Aktivasi
Vasodilatasi nosiseptik
Nyeri
korteks
berdenyut peka
sensorik
nyeri

Aktivasi
N.
trigeminu
s
Sinaps
Nausea, nucleus
salivatorius Korteks
vomitting sensorik
sup batang
otak
BANGUNAN INTRAKRANIAL &
EKSTRAKRANIAL
• Intrakranial
– Jaringan otak sendiri hampir seluruhnya tidak peka terhadap nyeri
– Pembuluh darah
– Tentorium,
– Menings

• Ekstrakranial
– Kulit
– Otot
– Arteri
– Periosteum

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi


DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Migren
Kata Kunci TTH CH
Aura Tanpa Aura
Peremuan + + + -
35 tahun + + + +
Sakit kepala + + + +
Berdenyut + + - -
Sejak 1 minggu + + + +/-
Hilang timbul + + - -
Mual muntah + + - -
MIGREN
(4A)
FAKTOR RISIKO

• BB berlebih
• HT
• Hiperkolesterolemia
• Homosistein tinggi
• Ggn sensitivitas insulin
• Riw PJK

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


PATOFISIOLOGI

Mengaktiva
Depolarisa
Aura si neuron
si seluler
nosiseptif

Mengaktiva
Chepalgia si saraf
trigeminus

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


MANIFESTASI KLINIS
MIGREN TANPA AURA

A. Nyeri kepala minimal berlangsung selama 4-72 jam (baik dalam kondisi belum
diobati atau sudah diobati namun belum berhasil)
B. Nyeri kepala memiliki minimal dua diantara karakteristik berikut:
1. Unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang sampai berat
4. Diperberat dengan aktifitas fisik rutin maupun atau tidak rutin (seperti berjalan jauh, naik
tangga)
C. Terdapat salah satu gejala penyerta dibawah ini:
5. Nausea atau vomit
6. Fotofobia dan fonofobia
E. Nyeri kepala tidak berkaitan dengan penyakit lain
Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi
MIGREN DENGAN AURA

A. Sekurang-kurangnya telah terjadi 2 serangan nyeri kepala (yg secara


bertahap 5-20 menit) yang memenuhi kriteria migren tanpa aura
B. Terdapat aura tipikal yang dapat berupa:
1. Gangguan visual yang reversibel
2. Gangguan sensoris yang reversibel
3. Ganguan bicara yang reversibel
C. Nyeri kepala tidak berkaitan dengan penyakit lain

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


LANGKAH DIAGNOSA

MIGRAIN
Anamnesis Keluhan utama (chepalgia), sifat (tumpul),
lokasi (unilateral), karakteristik (berdenyut),
durasi (4-72 jam), faktor yg memperberat
(aktivitas), keluhan tambahan (nausea,
vomitus, fotofobia, fatigue)
Pemfis TTV (HT/ hipotensi, takikardi/bradikardi),
Inspeksi (injeksi konjungtiva, fotofobia)
Pem. Penunjang

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


PENATALAKSANAAN

• Medikamentosa
– Terapi abortif
• Nonspesifik: OAINS
• Spesifik:
– Triptan spt sumatriptan 6 mg subkutan atau sumatriptan 50 – 100 mg po
– Derivat ergot spt ergotamin1-2 mg baik po, subkutan per rektal

• Non medikamentosa
– Menghindari faktor pencetus spt perubahan pola tidur, makanan/ minuman
(keju, cokelat, MSG, alcohol), stress, cahaya terang, rutinitas sehari hari yg dpt
memicu serangan migren

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


KOMPLIKASI & PROGNOSIS

• Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan


oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll
yang berlebihan.

• Prognosis migren dapat sembuh sempurna dengan menghindari factor


pencetus dan meminum obat yang teratur. Tetapi berdasarkan penelitian
dalam beberapa tahun terakhir risiko untuk menderita stroke pada pasien
riwayat migren meningkat. Sekitar 19% dari seluruh kasus stroke terjadi
pada orang dengan riwayat migraine
PENCEGAHAN

Pencegahan migren adalah dengan mencegah kelelahan fisik, tidur cukup,


mengatasi hipertensi, menggunakan kacamata hitam untuk menghindari
cahaya matahari, mengurangi makanan (seperti keju, coklat, alkohol, dll.),
makan teratur, dan menghindari stress.

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


TENSION TYPE
HEADACHE (4A)
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO

• Menurut Olesen:
– Disfungsi oromandibular
– Stress psikologik & Stress otot
– Anxietas
– Depresi
– Kelebihan minum obat nyeri kepala
• Terlalu lama dalam posisi kepala ditekuk kebawah
• Pr > Lk

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


PATOFISIOLOGI

Kontraksi otot Lepasnya


Turunnya
yang terus substansi
perfusi darah
menerus pemicu nyeri

Sensasi nyeri
pada otot dan Menstimulasi
ligament yang saraf
dipersarafi

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


MANIFESTASI KLINIS
• Kriteria TTH episodik tipe jarang (infrequent) adalah:
1. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan dengan rerata <1 hari/ bulan (<12
bulan/ tahun) & memenuhi kriteria 2-5
2. Nyeri kepala dapat berlangsung 30 menit hingga 7 hari
3. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 gejala khas, yaitu:
a. Bilateral
b. Terasa menekan atau mengikat (bukan berdenyut)
c. Intensitasnya ringan hingga sedang
d. Tidak diperberat dengan aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
4. Tidak di dapatkan keluhan atau gejala berupa :
a. mual muntah
b. fotofobia atau fonofobia
5. Tidak berkaitan dengan kelainan lain pada kepala atau organ tubuh lainnya (bukan
nyeri kepala sekunder)

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


• Kriteria diagnostic TTH kronik adalah :
1. Nyeri kepala yang terjadi ≥15 hari/bulan dan berlangsung >3 bulan (≥180 hari/tahun)
2. Nyeri kepala ini harus memenuhi kriteria berikut :
a. Berlangsung beberapa jam atau secara terus menerus
b. Nyeri kepala memiliki sekurangnya 2 karakteristik :
 Lokasi bilateral
 Terasa menekan atau mengikat (bukan berdenyut)
 Intensitas ringan hingga sedang
 Tidak memberat dengan aktivitas fisik rutin seperti: barjalan atau naik tangga

3. Tidak di dapatkan :
a. Lebih dari satu keluhan ini, yaitu fotofobia, fonofobia, atau mual
b. Muntah
4. Tidak berkaitan dengan kelainan lainnya (bukan nyeri kepala sekunder).

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


LANGKAH DIAGNOSA

TTH
Anamnesis Keluhan utama (chepalgia), sifat (rasa nyeri
dalam), lokasi (daerah orbita spi oksiput,
bilateral), karakteristik (terikat atau spt
dijepit), durasi (4-6 jam), faktor yg
memperberat (stress, kelelahan mata,
waktu makan yg tdk teratur), keluhan
tambahan (nausea, fotofobia, fonofobia)
Pemfis TTV (penurunan BB), Inspeksi (fotofobia),
fonofobia
Pem. Penunjang

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


PENATALAKSANAAN

• Farmakologi
– Analgetik
• Non farmakologi
– Kontrol diet
– Terapi fisik
– Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedative & ergotamine
– Behaviour treatment

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


KOMPLIKASI & PROGNOSIS

• Komplikasi Tension Type Headache adalah rebound headache, nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen,
dll yang berlebihan.

• TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak
membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan
menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa
pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia.
TTH biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan
penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat disembuhkan.
PENCEGAHAN

Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan olahraga


teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching),
meditasi, dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi
maka dapat dilakukan behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah
dengan mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi
makanan yang sehat.
CLUSTER
HEADACHE (3A)
FAKTOR RISIKO

• Lk > Pr
• Alkohol
• Perokok berat
• Riw. keluarga
PATOFISIOLOGI

Menginervasi
Cabang
struktur
nosiseptif
Stimulus nyeri SSP intracranial yg
oftalmikus N.
sensitive
Trigeminus
terhadap nyeri

Merangsang
Substansi P & Saraf a/ ggl
inflamasi
Cheplagia CGRP trigeminus
neurogenic &
teraktivasi teraktivasi
dilatasi p.d.

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


MANIFESTASI KLINIS

A. Terdapat minimal 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D


B. Nyeri hebat atau sangat hebat sekali di orbita, supraorbita dan atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila tidak diobati
C. Nyeri kepala disertai setidaknya satu dari gejala berikut:
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorea ipsilateral
3. Edema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan gelisah atau agitasi
D. Serangan-serangan tersebut mempunyai frekuensi : dari satu kali setiap 2 hari sampai 8 kali perhari
E. Tidak berkaitan dengan gangguan lain

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


LANGKAH DIAGNOSA

CH
Anamnesis Keluhan utama (chepalgia), sifat (rasa nyeri
hebat), lokasi (daerah orbita, supraorbital
atau kombinasi, unilateral), penyebaran (ke
leher atau bahu), durasi (15 menit-3 jam),
keluhan tambahan (ptosis, injeksi
konjungtiva, lakrimalis)
Pemfis Inspeksi (injeksi konjungtiva, kongesti nasal
rhinorrhea ipsilateral, edema palpebra
ipsilateral, dahi & wajah berkeringat
ipsilateral, miosis/ ptosis ipsilateral), Palpasi
(edema palpebra)
Pem. Penunjang

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


PENATALAKSANAAN

 Inhalasi O2 100% dg sungkup 7 L/menit selama 15 menit dg sungkup


 Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg
 Dihidroergotamin (DHE) 0,5-1,5 mg scr IV

Aninditha T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi


KOMPLIKASI & PROGNOSIS

• Pasien-pasien dengan nyeri kepala tipe cluster memiliki resiko menciderai diri sendiri,
melakukan upaya bunuh diri. Upaya bunuh diri telah dilaporkan pada kasus-kasus
dengan serangan yang hebat dan frekuen. Intensitas serangan pada nyeri kepala tipe
Cluster sering kali menyebabkan pasien terganggu dalam menjalankan aktifitasnya

• 80 % pasien dengan cluster headache berulang cenderung untuk mengalami


serangan berulang. Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe
kronik pada 4 sampai 13 % penderita. Remisi spontan dan bertahan lama terjadi
pada 12 % penderita, terutama pada cluster headache tipe episodik. Umumnya
cluster headache seumur hidup. Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria
dengan riwayat cluster headache tipe episodik mempunyai prognosa lebih buruk.
PENCEGAHAN

Karena penyebab dari cluster headache masih belum diketahui dengan pasti
kita belum bisa mencegah terjadinya serangan pertama. Namun kita dapat
mencegah sakit kepala ulangan yang lebih berat. Penggunaan obat-obat
preventif jangka panjang lebih menguntungkan dari yang jangka pendek.
Obat-obat preventif jangka panjang antara lain adalah penghambat kanal
kalsium dan kanal karbonat. Sedangakan yang jangka pendek termasuk
diantaranya adalah kortikosteroid, ergotamin dan obat-obat anestesi lokal.

Menghindari alkohol dan nikotin dan faktor resiko lainnya dapat membantu
mengurangi terjadinya serangan.

Anda mungkin juga menyukai