KEPALA
DESY RADHIYAH
1907101030057
NYERI RADIKULER
Nyeri Radicular adalah nyeri nociceptive yang menjalar dari radiks sampai ke ujung
penjalaran syaraf, apabila akson distimulasi. Penyebabnya adalah aktivasi dari ganglion
posteriorbaik secara mekanik,inflamasi, kesusakan ganglion dorsalis akibat iskemik.
Berdasarkan hasil anamnesis pada nyeri radikuler atau nyeri nociceptive dapat
ditemukan berupa,
Keluhan utama : baal,kesemutan, kram, nyeri
Karakteristik nyeri akut : kram, seperti teriiris pisau, sangat nyeri,
Karakteristik nyeri kronik : nyeri lebih tersa tumpul, terasa terbakar, penjalaran dari
pangkal syaraf ke ujung syaraf yang tidak jelas batasnya
Lokasi : tidak terlokalisir berdasar dermatom
Gejala penyerta : disertai ganguan sensoris (baal, kesemutan ), kelemahan otot,
gangguan miksi
Tata cara pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada kasus nyeri radikuler adalah
sebagai berikut :
Amati postur pasien, apakah terlihat kaku, tubuh condong pada arah tertentu, apakah
ada keterbtasan gerak
Palpasi : ototdi sekitar kolumna vertebralis, apakah terdapat spasme, tekan tempat
keluarnya radiks apakah terdapat nyeri
Motorik : pemeriksaan apakah ada kelemahan gerakan tertentu, untuk menentukan
radiks yang terkena. Pemeriksaan reflex fisiologis untuk mengetahui tingkat radiks
yang terkena
Pemeriksaan sensoris
Seringkali tidak menganut dermatom yang jelas, karena dermatomal saling
overlapping dan sangat subjektif
Test provokasi
Pada nyeri cervical dapat dilakukan test spruling dan kompresi foraminal. Cara: leher
ekstensi, kemudian rotasi ke salah satu arah, pemeriksa menundukan/memfleksikan
leher maka akan terasanyeri menjalar ke radiks sisi arah rotasi.
1
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan untuk kasus nyeri radikuler adalah
sebagai berikut :
Foto polos vertebrae: adakah fraktur, subluksasi, adakah perubahan degeneratif pada
tulang dilakukan pada post trauma, keganasan, infeksi
CT scan dan CT Scan Myelografi, untuk mencari herniasidiscus
MRI untuk mendeteksi kelainan ligament maupun discus
EMG : untuk membedakan bahwa lesi bersifat neurogenik atau tidak, apakah ada
spasme otot, bagaimana level iritasi/kompresi radiks. Juga dapat membedakan iritasi
radiks atau iritasi syaraf perifer
Tatalaksana yang dapat diberikan dan dilakukan pada kasus nyeri radikuler adalah
Reduksi atau resolusi rasa nyeri
Perbaikan deficit neurologis
Mencegah komplikasi/keterlibatan medulaspinalis, dapat berupa medikamentosa
maupun fisioterapi,
Pembatasan aktivitas: pasien dengan radikulopati berat dapat tirah baring, pada tahap
akut hindari aktivitas yang gerakannya tiba-tiba/gerak berlebihan edukasi mengenai
posisi yang benar, menggunakan cervical collar, corset agar posisi vertebrae normal.
Fisioterapi menggunakan termoterapi
Penggunaan NSAID
Injeksi steroid epidural
NYERI NEUROPATI
Nyeri Neuropati adalah nyeri yang disebabkan oleh neuropati ( kerusakan primer dari
sistem syaraf). Ditandai dengan rasa terbakar,tertusuk, tersetrum, tersobek, diikat,alodinia,
bisa disertai dengan dengan gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit mengenal barang
dan lain-lain. Dapat beralangsung akut maupun kronik. Penyebab nyeri neuropati perifer
dapat disebabkan oleh DM, Neuralgia pasca herpetica, keganasan hematologi,
rhematoidartrits,penyalahgunaan obat-obatan, Sedangkan nyeri nyeuropati sentral dapat
terjadi karena Jejas medulla spinalis, pasca stroke, dan nyeri idiopatik.
Anamnesis
Karakteristik nyeri seperti : rasa terbakar,tertusuk, tersetrum, tersobek, diikat, nyeri
dapat terjadi spontan atau dengan stimulus
2
Gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit mengenal barang dan lain-lain, dapat
berlangsung akut (< 3 bulan, atau kronik > 3 bulan)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada nyeri neuropati ini terbagi menjadi 2,
diantaranya :
1. Pemeriksaan status generalis
Adakah hipotensi ortostatik?
Adakah endokrinopati?
Adakah tanda infeksi?
Adakah anda vasculopati?
2. Pemeriksaan neurologis
Lokasi nyeri : mononeuropati/polineuropati, dermatom berapa
Adakah alodinia, hiperallgesia, hipestesia, hiperpatia, disestesia, parestesia, analgesia,
hipoalgesia, kausalgia diperiksa menggunakan jarum, tabung reaksi panas dan dingin
Adakah deformitas pada area yang disyarafi oleh nervus tersebut
Adakah ulserasi, akibat analgesia/hipoalgesia
Adakah charchot joint
Tes laseque, reserve laseque, thinel test, phalen test
Tes syaraf autonom
Pemeriksaan nervi cranialis
Pemeriksaan ROM
Pemeriksaan reflex tendon
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus nyeri neuropati, yaitu :
EMG
Kecepatan hantaran syaraf (nerve conduction study)
Quantitative sonsory testing
Pemeriksaan laboratorium sesuai penyebab
Biopsi syaraf jika perlu
Diagnosis Banding
Nyeri Neuropati sentral
Nyeri Neuropati perifer
3
Tatalaksana
Tatalaksana yang bisa dibrikan dan dilaksanakan pada pasien nyeri neuropaati adalah
sebagai berikut :
Penatalaksanaaan kausal
Mengurangi nyei dan inflamasi dengan medicamentosa NSAID, Antidepresan
trisiclic, Antikonvulsan, Antiaritmik
Blok syaraf lokal
Fisioterapi : Splint, TENS, perawatan deformitas
Konsultasi dengan bagian terkait sesuai kausa
4
Sekurang-kurangnya serangan dirasa 10 kali
Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau pengobatan tidak
cukup) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala
Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya 2 dari karakteristik berikut (lokasi
unilateral, sifatnya mendenyut, intensitas sedang sampai berat, diperberat oleh kegiatan
fisik),
selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari hal berikut (mual atau dengan muntah,
fotofobia/fonofobia)
Sekurang-kurangnya ada satu dari hal berikut (riwayat, pemeriksaan fiik dan neurologic
tidak menunjukkan adanya kelainan organic: riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic
diduga ada kelainan organic, tetapi pemeriksaan neuro-imaging dan pemeriksaan
tambahan lainnya tidak menunjukkan kelainan).
5
menyeluruh atau bilateral,
Berlangsung sekitar 30 menit akan tetapi dapat terus menerus sampai 7 hari dengan
intensitas dari ringan sampai sedang
Nyeri bertambah ppada siang hari dan berkurang setelah istirahat
Tidak ditemukan fotofobia maupun fonofobia,
Tidak ada mual dan muntah
Pemeriksaan neurologic menunjukkan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan EMG, dan terapi dapat diberikan analgetik,
muscle relaxan, psikoterapi suportif, dan fisioterapi (bila perlu).
6
Bradikardia
Pemeriksaan penunjang
Diusulkan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya gejala yang mirip cluster
headache seperti adanya lesi structural, oleh karena itu dapat diusulkan pemeriksaan CT Scan
dan MRI.
Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan adalah menolong menurunkan keparahan nyeri dan
memperpendek jangka waktu serangan. Obat-obat yang digunakan untuk cluster headache
dapat dibagi menjadi obat-obat simtomatik dan profilaktik. Pengobatan simtomatik yaitu :
1. Obat Simptomatik
Oksigen. Menghirup oksigen 100 % melalui sungkup wajah dengan kapasitas 8
liter/menit memberikan kesembuhan yang baik pada 50 sampai 90 % orang- orang
yang menggunakannya. Efek dari penggunaannya relatif aman, tidak mahal, dan
efeknya dapat dirasakan setelah sekitar 15 menit.
5-Hydroxytryptamine-1 (5-HT1) receptor agonists seperti Sumatriptan. Obat injeksi
sc sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati migraine, juga efektif
digunakan pada cluster headache. Injeksi 6 mg sc, bisa diulang dalam 24 jam atau
nasal spray (20 mg) juga dapat dilakukan.
2. Obat Profilaksis
Calcium channel blocker ( verapamil/ nimodipin/diltiazem) efektif untuk profilaksis
CH, yang bisa dikombinasi dengan ergotamin atau litium.
Lithium
Kortikosteroid. Obat-obat kortikosteroid sangat efektif menghilangkan siklus cluster
headache dan mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi diberikan selam
beberapa hari selanjutnya diturunkan perlahan. Mekanisme kerja kortikosteroid pada
cluster headache masih belum diketahui.
Antikonvulsan, seperti Divalproex sodium dan topiramate. Mekanismenya untuk
mencegah cluster headache masih belum jelas, dicurigai berperan dalam regulasi
sensitisasi di pusat nyeri.
7
DAFTAR PUSTAKA
2. Hadi M, .2018. Studi Perbandingan Karakteristik Nyeri Neuropati yang diinduksi oleh
obat kemoterapi pada hewan coba mencit. Universitas Airlangga;Unair.ac.id
3. Nurrezki S, Irawan R. 2020. Hubungan Stress, Cemas, dan Depresi dengan Kejadian
Migrain pada Mahasiswa Kedokteran di Jakarta. Journal Of Medicine 19 (1);1-
7;Damianus
6. May A, Schwedt Tj. Cluster Headeache. Nature Reviews. Disease primer 4 (1), 1-
17;2018.