PENDAHULUAN
Sampai saat ini memang belum ada teori yang menyebutkan penyebab pasti
dari ADHD, namun beberapa teori menyebutkan adanya berbagai faktor yang ikut
berperan, diantaranya adalah : genetik, minimal brain damage, neurobiologi,
neurokimiawi, psikososial, makanan, dan lain sebagainya. Usaha-usaha untuk
mencari penyebab yang pasti dari gangguan ini memang belum menghasilkan
kesepakatan yang jelas, namun demikian tidaklah diragukan lagi bahwa faktor
neurobiologi memiliki peran dan pengaruh yang cukup besar terhadap timbulnya
ADHD tersebut. Hal ini bisa dimengerti mengingat atensi atau perhatian yang
merupakan aktifitas mental dalam memilah berbagai macam rangsangan sensorik
yang masuk untuk diberi respon, dalam prosesnya melibatkan berbagai sistim
yang ada dalam otak. Bila ada gangguan di bagian otak yang terkait dengan fungsi
atensi, maka hal tersebut akan menimbulkan gangguan dalam pemusatan
perhatiannya. Itulah sebabnya pemahaman aspek neurologis terhadap ADHD
diperlukan agar dapat dilakukan penanganan sedini dan seholistik mungkin
3
sehingga bisa mengurangi berbagai dampak negatif yang lebih buruk pada anak
ADHD, orang tua, sekolah, maupun masyarakat (9,10,11).
Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif, dimana pada
kelompok ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang
timbal-balik dan dalam pola komunikasi, serta minat dan aktivitas yang terbatas,
stereotipik, berulang. Kelainan kualitatif ini menunjukkan gambaran yang pervasif
dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi,meskipun dapat berbeda dalam
derajat keparahannya. Anak dengan gangguan perkembangan pervasif sering
menunjukkan minat keanehan yang intens dalam kisaran sempit aktivitas,
menolak perubahan, dan tidak berespons sesuai terhadap lingkungan sosial.
Gangguan ini mempengaruhi berbagai area perkembangan, terlihat pada masa
kehidupan awal, dan menyebabkan disfungsi yang persisten. Selain itu, anak
dengan gangguan autis memiliki respon yang berbeda dari kebanyakan anak pada
umumnya dalam mengamati suara atau caranya dalam melihat suatu objek.
Autis merupakan gangguan yang paling sering ditemukan pada anak dengan
gangguan pervasive. Berdasarkan data Center for Disease Control and Prevention,
di Amerika diperkirakan autis mengenai 1 dari 150 kelahiran. Beberapa tahun
terakhir, jumlahanak yang terdiagnosa dengan gangguan autis mengalami
peningkatan. Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan bahwa anak dengan
autism mengalami peningkatan sebanyak 574%, dari 22.664 pada tahun 1994
menjadi 193.637 di tahun 2005.
Meskipun hingga saat ini etiologi masih belum diketahui dengan baik, namun
ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab autis antara lain
abnormalitas genetik, komplikasi obstetrik, paparan agen-agen yang toksik, dan
juga infeksi prenatal, perinatal, dan postnatal. Tanda dan gejala dari gangguan
autis ini mulai terlihat pada awal sebelum tahun ketiga kehidupan dan akan
berlanjut semasa hidupnya. Pada banyak kasus, problem dalam komunikasi dan
interaksi social anak dengan gangguan autis paling mudah dibedakan dengan anak
normal lainnya yang sebaya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi ADHD
Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan
perilaku yang ditandai inattentiveness atau gangguan pemusatan perhatian dan
gangguan konsentrasi, impulsivitas yaitu berbuat dan berbicara tanpa memikirkan
akibatnya, disertai hiperaktif (overactivity) yang tidak sesuai dengan umur
perkembangannya (11).
tipe “Inattentiveness”
tipe “hyperactivity-impulsivity”
tipe “combined” (campuran).
Diagnosis ADHD tipe inatensi (menurut DSM IV) ditegakkan bila minimal
ada 6 (enam) gejala inatensi untuk waktu minimal selama 6 bulan dan didapat
kurang dari 6 gejala hiperaktivitas serta dimulai sebelum usia 7 (tujuh) tahun.
5
Gejala-gejala ini tetap ada pada saat di sekolah dan di rumah bersifat maladaptif
dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak (11).
Diagnosis ADHD tipe hiper aktivitas dan impulsivitas (menurut DSM IV)
juga ditegakkan bila minimal ada 6 (enam) gejala hiperaktivitas dan impulsivitas,
bersifat dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak serta didapat kurang dari
6 (enam) gejala inatensi. Gejala-gejala ini ada minimal selama 6 bulan dan
dimulai sebelum usia 7 tahun serta gejala-gejala ini tetap ada pada saat di sekolah
dan di rumah (11).
Diagnosis ADHD tipe campuran (combined type) (menurut DSM IV)
ditegakkan bila didapatkan 6 (enam) atau lebih gejala inatensi dan 6 (enam) atau
lebih gejala hiperaktivitasimpulsivitas yang tetap ada selama paling sedikit selama
6 (enam) bulan, dimulai sebelum usia 7 tahun serta gejala-gejala ini tetap ada saat
di sekolah dan di rumah
b. Epidemiologi
Sampai saat ini Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) masih
merupakan masalah yang serius pada anak-anak dikarenakan ADHD masih
mempunyai angka prevalensi yang tinggi pada anak-anak di seluruh dunia. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Jyothsna pada tahun 2013 di India yang
melibatkan 770 anak dengan umur antara 6 tahun dan 11 tahun tercatat prevalensi
ADHD adalah sebesar 11.32 %. Presentase yang ditemukan pada anak laki-laki
sebesar 66.7%, sedangkan pada anak perempuan adalah sebesar 33.3 % 13. Hasil
penelitian ini ditemukan tertinggi pada anak dengan umur 9 dan 10 tahun dan
ditemukan mayoritas pada anak-anak dengan keadaan sosio ekonomi yang rendah
(9)
.
Dari 34 juta kasus ADHD di USA, Eropa dan Jepang, diperkirakan 31%
menjadi kasus ADHD dewasa (usia > 19 tahun) dan 69% kasus ADHD pada usia
3-19 tahun. Penelitian longitudinal telah membuktikan bahwa sebanyak 2/3 dari
anak-anak ADHD memiliki gejala ADHD yang mengganggu ketika mereka
menjadi dewasa (5).
6
c. Etiologi
Sampai saat ini memang belum ada teori yang menyebutkan penyebab pasti
dari ADHD, namun beberapa teori menyebutkan adanya berbagai faktor yang ikut
berperan, diantaranya adalah : genetik, minimal brain damage, neurobiologi,
neurokimiawi, psikososial, makanan, dan lain sebagainya. Usaha-usaha untuk
mencari penyebab yang pasti dari gangguan ini memang belum menghasilkan
kesepakatan yang jelas, namun demikian tidaklah diragukan lagi bahwa faktor
neurobiologi memiliki peran dan pengaruh yang cukup besar terhadap timbulnya
ADHD tersebut (4,8).
Hal ini bisa dimengerti mengingat atensi atau perhatian yang merupakan
aktifitas mental dalam memilah berbagai macam rangsangan sensorik yang masuk
untuk diberi respon, dalam prosesnya melibatkan berbagai sistim yang ada dalam
otak. Bila ada gangguan di bagian otak yang terkait dengan fungsi atensi, maka
hal tersebut akan menimbulkan gangguan dalam pemusatan perhatiannya. Itulah
sebabnya pemahaman aspek neurologis terhadap ADHD diperlukan agar dapat
dilakukan penanganan sedini dan seholistik mungkin sehingga bisa mengurangi
berbagai dampak negatif yang lebih buruk pada anak ADHD, orang tua, sekolah,
maupun masyarakat (9,10,11).
Faktor Genetik
ADHD lebih sering didapatkan pada keluarga yang menderita ADHD.
Keluarga keturunan pertama dari anak ADHD didapatkan lima kali lebih banyak
menderita ADHD daripada keluarga anak normal. Angka kejadian orangtua
kandung dari anak ADHD lebih banyak menderita ADHD daripada orangtua
7
(1,7)
angkat . Saudara kandung dari anak ADHD didapatkan 2-3 kali lebih banyak
menderita ADHD daripada saudara anak normal (4,5).
d. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya ADHD masih sepenuhnya belum jelas, dan banyak
teori yang bermunculan. Salah satunya adalah bahwa pengaruh glukosa dengan
terjadinya ADHD. Penelitian lain menyebutkan bahwa adanya pengaruh gangguan
perkembangan neurologis yang mempengaruhi timbulnya gejala ADHD.
Penelitian dengan CT Scan dan MRI telah membuktikan bahwa ada beberapa
tempat di otak yang berfungsi abnormal pada individu dengan ADHD yakni
meliputi regio cortex prefrontalis, cortex frontalis, cerebellum, corpus callosum
dan dua daerah ganglia basalis yakni globus pallidus dan nucleus caudatus.
Demikian juga dari hasil pemeriksaan PET Scan (Positron EmissionTomography)
pada anak-anak ADHD didapatkan penurunan metabolisme glukose di korteks
prefrontal danfrontal terutama sebelah kanan (10,11).
8
e. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat- geliat.
Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok
Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan
Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
Sering berbicara secara berlebihan.
Sering menyela atau mengganggu orang lain
Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).
10
Diagnosis ADHD tipe inatensi (menurut DSM IV) ditegakkan bila minimal
ada 6 (enam) gejala inatensi untuk waktu minimal selama 6 bulan dan didapat
kurang dari 6 gejala hiperaktivitas serta dimulai sebelum usia 7 (tujuh) tahun.
Gejala-gejala ini tetap ada pada saat di sekolah dan di rumah bersifat maladaptif
dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak (13).
tempat pekerjaan (hal ini bukan disebabkan karena sikap menentang atau
kurang memahami isi perintah)
sering mengalami kesukaran dalam mengatur tugas-tugasnya dan aktivitasnya
sering menghindar, tidak menyenangi atau segan melakukan tugas-tugas yang
membutuhkan perhatian mental yang cukup lama (misalnya pekerjaan sekolah
atau pekerjaan rumah)
Hiperaktivitas
sering gelisah dengan tangan atau kaki atau sering bergerak-gerak saat duduk
sering meninggalkan tempat duduk saat di dalam kelas atau situasi lain dimana
duduk diam diperlukan atau diharapkan
sering lari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
sesuai
tak bisa diam
sering mengalami kesukaran mengikuti permainan atau aktivitas yang
membutuhkan ketenangan (main catur, halma dsb.)
selalu dalam keadaan bergerak atau sering melakukan aktivitas seolah-olah
mengendarai motor
sering berbicara berlebihan (DSM IV).
Impulsivitas
sering cepat menjawab sebelum pertanyaan selesai diutarakan
sering sukar menunggu giliran bermain
sering interupsi saat diskusi atau mengganggu permainan saat pertandingan
(menyela pembicaraan, mengacau permainan anak lain)
sering bicara berlebihan yang tak tak sesuai dengan respon tatanan sosial (ICD
X).
f. Diagnosa banding
a. Ratardasi mental
b. Kecemasan terhadap anak
c. Depresi sekunder
d. Gangguan Bipolar
e. Autisme
f. Gangguan perkembangan belajar
12
g. Komplikasi
a. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas
b. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi )
c. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan
kata- kata yang diungkapkan )
d. IQ rendah / kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar )
e. Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas )
f. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya
membuat anak-anak lainnya marah ) (7).
h. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan Skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) pada anak pra
sekolah dengan ADHD :
Interpretasi :
Intervensi :
Jumlah :
Nilai total :
i. Pencegahan
a. Skrining DDTK pada ADHD
b. Perawatan saat hamil ( hindari obat – obatan dan alkoholik ) untuk orang tua
c. Asupan nutrisi yang seimbang
d. Berikan rutinitas yang terstruktur ( membantu anak untuk mematuhi jadwal
yang teratur )
e. Manajemen perilaku (dapat mendorong anak untuk fokus pada apa yang
mereka lakukan )
A. Perawatan
B. Pengobatan
B. Autisme
a. Definisi
Autisme adalah kondisi yang muncul disaat permulaan masa kanak-kanak
dengankarakterisasi terjadinya abnormalitas secara kualitatif pada interaksi
sosial, ditandai denganskil komunikasi yang menyimpang, pengulangan yang
terbatas, dan juga meniru kebiasaan. Autis dibedakan dengan gangguan
19
b. Epidemiologi
a. Komunikasi:
Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
b. Interaksi sosial:
c. Gangguan sensoris:
d. Pola bermain:
e. Perilaku:
f. Emosi:
e. Etiologi
DAFTAR PUSTAKA
[1]AmericanPsychologican.Association.ADHD.2013.https://apa.org/topics/adhd/
index.aspx. Di akses tanggal 18 november 2015
[5] Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. 2007. Rencana asuhan
keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
[10] Akinbami LJ, Liu X, Pastor PN, Reuben CA. Attention deficit hyperactivity
disorder among children aged 5-17 years in the United 2009;2:104–13.
[PMCID: PMC1525089] [PubMed: 16946911]) di akses tanggal 18
november 2015
[11] http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/features/key-findings-adhd72013.html. Di
akses tanggal 18 november 2015
[13] http://emedicine.medscape.2013.com/article/289350-workup#a0721 . di
akses tanggal 18 november 2015