Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan saluran
kemih, salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak selain infeksi saluran
napas atas dan diare. ISK perlu mendapat perhatian para tenaga kesehatan dan
orangtua karena ISK merupakan penyakit yang sering menyebabkan gagal ginjal pada
anak yang mengakibatkan anak memerlukan tindakan cuci darah (dialisis) dan
cangkok ginjal (transplantasi ginjal).1
Eschericia coli merupakan penyebab tersering (75-90%) padaISK.
Mikroorganisme lain penyebab ISK adalah spesies klebsiella, spesies proteus, spesies
enterococcus, staphylococcus saprophyticus.1,2
Infeksi saluran kemih merupakan penyebab demam kedua tersering setelah
infeksi akut saluran napas pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Pada kelompok ini
angka kejadian ISK mencapai 5%. Angka kejadian ISK bervariasi, tergantung umur
dan jenis kelamin.3 Angka kejadian pada neonatus kurang bulan adalah sebesar 3%,
sedangkan pada neonates cukup bulan 1%. Selama beberapa bulan pertama
kehidupan, kejadian ISK pada anak laki-laki melebihi jumlah pada anak perempuan.
Kejadian ISK pada anak usia 1-2 tahun adalah 8,1% anak perempuan dan 1,9% anak
laki-laki. Data lain menyebutkan, pada remaja pubertas kejadian ISK mendekati
10%.2
ISK tidak menunjukkan gejala klinis dan disebut dengan ISK asimtomatik. Pada
bayi baru lahir (neonatus), gejala klinis tidak spesifik sehingga sering tidak terdeteksi,
dapat berupa apatis, kesulitan minum, tampak kuning, gagal tumbuh, muntah, diare,
suhu tubuh turun atau meningkat. Pada bayi usia satu bulan sampai satu tahun, gejala
klinis dapat berupa demam, penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan
berkurang, cengeng, tampak kuning, kolik, muntah, dan diare. Pada anak lebih besar,
gejala penyakit biasanya lebih khas, berupa gejala lokalsaluran kemih, seperti nyeri
ketika berkemih, anyang-anyangan, ngompol, air kemih keruh, dan nyeri pinggang.

1
Selain itu, dapat dijumpai mual, muntah, diare, demam tinggi disertai menggigil,
yang kadang-kadang sampai kejang.1,4,5
Pengobatan untuk ISK utamanya adalah dengan antibiotik. Deteksi dini dan
pengobatan segera akan sangat dibutuhkan agar komplikasi jangka panjang bisa
dihindari.4

2
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

 Nama : An. AM
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Lahir Pada tanggal : 21/01/2013
 Usia : 4 tahun 6 bulan
 Kebangsaan : Indonesia
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Kaili
 Nama Ayah : Tn. B : 36 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
 Nama Ibu : Ny. W usia : 30 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
 Alamat : Jl. Cokrominoto
 Tanggal masuk ruangan /jam : 24-07-2017
 Tanggal keluar ruangan /jam : 28-07 -2017
 Jumlah hari perawatan : 5 hari
 Ruangan perawatan : Nuri atas
 Diagnosis : Infeksi saluran kemih
 Anamnesis diberikan oleh : kedua orang tua pasien

3
Family Tree :

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sakit perut

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan sakit pada saat kencing, volume urine hanya sedikit, sering kencing,
warna urine kuning. Keluhan lain yang dirasakan adalah panas yang dialami sejak
tadi malam, kejang (-), batuk (-), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (-),
nafsu makan makan menurun dari biasanya, dan BAB biasa. Pasien memiliki
kebiasaan membersihkan genital dari belakang ke depan setelah BAK/BAB.

Riwayat penyakit sebelumnya:


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.

4
Anamnesis antenatal dan riwayat persalinan:
ANC rutin, saat hamil ibu tidak pernah sakit, bayi lahir cukup bulan di RSUD
Undata, lahir spontan. Bayi lahir ditolong oleh dokter dengan berat badan lahir 3000
gram, panjang badan lahir 50 cm, bayi lahir langsung menangis. Pasien merupakan
anak tunggal.

Penyakit yang Sudah Pernah dialami:


• Morbili :-
• Varicella :-
• Pertusis :-
• Diare : Sudah Pernah
• Cacing :-
• Batuk/Pilek : Sudah Pernah

Kepandaian/Kemampuan Bayi:
 Tengkurap : usia 3 bulan
 Duduk : usia 6 bulan
 Merangkak : usia 7 bulan
 Berdiri : usia 12 bulan
 Berjalan : usia 14 bulan
 Tertawa : usia 3 bulan
 Berceloteh : usia 7 bulan
 Memanggil papa mama : usia 10 bulan
 Berbicara beberapa kata : usia 15 bulan

Anamnesis Makanan:
Usia Riwayat makanan
0-6 bulan ASI

5
6 bulan – 9 bulan Bubur Sun & pisang + ASI + susu
formula
9 bulan sampai – 12 bulan Bubur saring dicampur dengan wortel,
tomat, dan tempe
1 tahun – sekarang Anak sudah bisa makan nasi + sayur +
lauk pauknya (makan sendiri)

Riwayat Imunisasi Dasar :

Riwayat penyakit dalam keluarga:


Ayah pasien ada riwayat sakit pinggang sampai tembus ke belakang

Anamnesis kebiasaan, lingkungan dan sosial:


• Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua kandung

6
• Lingkungan rumah merupakan lingkungan padat penduduk.
• Pasien memiliki 1 kamar mandi di rumahnya dan sumber air di rumah pasien
yaitu air sumur
• Pasien merupakan anak yang aktif bermain di lingkungan rumahnya. Menurut
ibu pasien, pasien sering menahan kencing ketika sedang bermain.

C. PEMERIKSAAN FISIK
(Tanggal: 24 Juli 2017)
Berat badan : 14 kg

Panjang badan : 100 cm

Status gizi : Gizi Baik

BB/U
persentil (0) (-2)
normoweight

7
TB/U
persentil (0) (-2)
normoweight

TB/U
Persentil (0) (-1)
Gizi Baik

Keadaan umum : Sakit Sedang


Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 37,5o C
Sianosis : (-)

8
Keadaan Mental : baik
Anemia : (-/-)
Ikterus : (-/-)
Respirasi : 24 kali / menit Kejang : (-)
Nadi : 100 kali / menit reguler Type : (-)
Tensi :- Lamanya : (-)

Kulit : Warna : Putih Turgor : Baik


Efloresensi :- Tonus: Baik
Pigmentasi :- Oedema: (-)
Jaringan parut : -
Lapisan lemak : -
Lain-lain :-

Kepala
- Bentuk : Normocephal
- Ubun-ubun besar : Tertutup
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

- Mata :
Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan Lensa : Jernih
Konjungtiva : Anemia -/- Fundus : tidak dilakukan
Sklera : Ikterik -/- Visus : tidak dilakukan
Refleks Kornea : Tidak dilakukan
Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)
Telinga : Othore (-)

9
Hidung : Rhinore (-)
Mulut :
Bibir : Kering (-) kebiruan (-) Selaput mulut : Stomatitis (-)
Lidah : Kotor (-) Gusi : Perdarahan (-)
Gigi : Normal Bau napas : (-)
Tenggorokan : hyperemia (-) Tonsil : T1 /T1 hiperemis (-)
Pharynx: hyperemia (-)
Leher Trachea : Letak ditengah
Kelenjar : Pembesaran parotis (-/-)
Kaku kuduk : tidak ada
Lain-lain : pembesaran Tiroid (-/-)

Thorax Bentuk : Simetris bilateral


Rachitis rosary : - xiphosternum : -
Ruang intercostals : - Harrion’s groove: -
Precordial bulging: - pernafasan paradoxal : -
Lain-lain :- Retraksi : -
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) ka=ki, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru,
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak Nampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, linea midklavikularis
sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam keadaan normal
- Auskultasi : BJ I/II murni reguler, Bising (-),

10
Suara tambahan (-)

Abdomen
- Inspeksi : Kesan datar, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal.
- Perkusi : Tympani seluruh region abdomen (+), shifting
dullness (-)
- Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) pada supra pubik
Massa (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genital : dbn (+), fimosis (-), parafimosis (-)
Kelenjar : Tidak ada pembesaran

Anggota gerak :
- Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+),edema (-/-)
- Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+),edema (-/-)

Tulang-belulang : Tidak ada kelainan


Otot-otot : Eutrofi (+)
Reflex – reflex : Fisiologi (+), patologis (-)

11
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: Darah lengkap (25 Juli 2017)

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 13 10,0-26,0 103/ µl

RBC 4.5 4,00-6,00 106/µl

HGB 11 13,5-19,5 g/dl

HCT 31.5 44,0-64,0 %

MCV 70.3 100-112 fL

MCH 24.6 30-38 pg

MCHC 34.9 32-36 g/dL

PLT 579 200-400 103/µl

E. RESUME
Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan sakit pada saat kencing, volume urine hanya sedikit, sering kencing,
warna urine kuning. Keluhan lain yang dirasakan adalah panas yang dialami sejak
tadi malam, kejang (-), batuk (-), sesak (-), mual (-),muntah (-), nyeri menelan (-),
nafsu makan makan menurun dari biasanya, dan BAB biasa. Ayah pasien ada riwayat
sakit pinggang sampai tembus ke belakang. Pasien sering menahan kencing ketika
sedang bermain. Pasien memiliki kebiasaan membersihkan genital dari belakang ke
depan setelah BAK/BAB dan menggunakan air sumur.
Keadaan umum anak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, Tanda vital suhu
axila 37,50, respirasi 24 kali/menit nadi 100 kali/menit, status gizi yaitu gizi baik. Dari
pemeriksaan fisik abdomen didapatkan abdomen datar, peristaltik usus (+), kesan

12
normal, ditemukan adanya nyeri tekan abdomen pada supra pubik.Hasil pemeriksaan
laboratorium darah lengkap dalam batas normal. WBC: 13, RBC: 4,5, HGB: 11,
HCT: 31,5, PLT: 579.

F. DIAGNOSIS KERJA
Suspek ISK

G. TERAPI
- IVFD RL 20 tpm
- PCT syr 3x1 cth
- Inj Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv

H. ANJURAN
- Pemeriksaan urin lengkap
- Ultrasonografi
- Kultur urin

13
FOLLOW UP

Follow up tanggal 25 juli 2017 (perawatan hari ke-2)


S : - Demam (-), Batuk (-), Sesak napas (-), Flu (-), Muntah (+) 1 kali, Sakit perut
(+), BAK sedikit-sedikit, BAB (-) 1 hari
O:
- Keadaan umum : sakit sedang
- Tanda vital : S=36,80C, N=97x/m, P= 23 x/m
- Kulit : Warna putih, efloresensi (-), ruam (-)
- Kepala-Leher :
 Bentuk : normocephal
 Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
 Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
 Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
 Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
 Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis
 Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-)
- Thorax :
 Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
 Palpasi : vokal fremitus (SDN), massa (-)
 Perkusi : sonor (+/+)
 Auskultasi : Bronchovesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung : dalam batas normal
- Abdomen :
 Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
 Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal

14
 Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
 Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) pada supra pubik, Hepatomegaly (-),
splenomegaly (-), massa/penonjolan (-)
- Ekstremitas :
 Atas : akral hangat (+), edema (-)
 Bawah : akral hangat (+), edema (-)

Laboratorium: Urine lengkap (25 Juli 2017)

NO PEMERIKSAAN
HASIL NILAI RUJUKAN
URINE
1
PH 6.0 4,8-8,0
2
BJ 1.020 1,003-1,022
3
PROTEIN Negatif Negatif
4
REDUKSI Negatif Negatif
5
UROBILINOGEN Negatif Negatif
6
BILIRUBIN Negatif Negatif
7
KETON Negatif Negatif
8
NITRIT Negatif Negatif
9
BLOOD Negatif Negatif
10
LEUKOSIT +2 Negatif
11
VITAMIN C Negatif
12
SEDIMEN

LEUKOSIT 10-15 0-5

15
ERITROSIT 0-1 0-3

KRISTAL Ca.OXALAT Negatif Negatif

GRANULA Negatif Negatif

EPITEL SEL + Negatif

HYFA Negatif Negatif

AMOEBA Negatif Negatif

Kesan: leukosituria
A : Infeksi saluran kemih

P:

- Diit nasi lauk 1.400 kkal/hari


- IVFD RL 10 tpm
- PCT syr 3x1 cth (kalau panas)
- Inj Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
- Inj Ranitidin 15 mg/8 jam/iv

Follow up tanggal 26 juli 2017 (perawatan hari ke-3)


S : - Demam (-), Batuk (-), Sesak napas (-), Flu (-), Muntah (-), Sakit perut (+),
BAK sedikit-sedikit, BAB (-) 2 hari
O:
- Tanda vital : S=37,10C, N=102x/m, P= 23 x/m
- Nyeri tekan abdomen (+) pada supra pubik
A : Infeksi saluran kemih

P:

16
- Diit nasi lauk 1.400 kkal/hari
- IVFD RL 10 tpm
- PCT syr 3x1 cth (kalau panas)
- Inj Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
- Inj Ranitidin 15 mg/8 jam/iv

Follow up tanggal 27 juli 2017 (perawatan hari ke-4)


S : - Demam (-), Batuk (-), Sesak njapas (-), Flu (-), Muntah (-), Sakit perut (-),
BAK lancar, BAB (-) 3 hari
O:
- Tanda vital : S=36,80C, N=104x/m, P= 24 x/m
- Nyeri tekan abdomen (-)
A : Infeksi saluran kemih

P:

- Diit nasi lauk 1.400 kkal/hari


- IVFD RL 10 tpm
- Inj Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
- Inj Ranitidin 15 mg/8 jam/iv (kp)
- Microlax supp

Follow up tanggal 28 juli 2017 (perawatan hari ke-5)


S : - Demam (-), Batuk (-), Sesak napas (-), Flu (-), Muntah (-), Sakit perut (-),
BAK (+) lancar, BAB (+) biasa
O:
- Tanda vital : S=36,70C, N=115x/m, P= 25 x/m
- Nyeri tekan abdomen (-)
A : Infeksi saluran kemih

17
P:

- Cefixime 50 mg/ 2 dd 1 pulv


Pasien di pulangkan oleh dokter pada tanggal 28 Juli 2017, karena keadaan
umum pasien sudah membaik, tanda-tanda vital baik. Pada pemeriksaan fisik tidak di
dapatkan kelainan.

18
BAB III

DISKUSI KASUS

Diagnosis infeksi saluran kemih (ISK), pada kasus ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan
dan juga pemeriksaan urin.3,4
Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan sakit pada saat kencing, volume urine hanya sedikit, sering kencing,
warna urine kuning. Keluhan lain yang dirasakan adalah panas yang dialami sejak
tadi malam, kejang (-), batuk (-), sesak (-), mual (-),muntah (-), nyeri menelan (-),
nafsu makan makan menurun dari biasanya, dan BAB biasa. Ayah pasien ada riwayat
sakit pinggang sampai tembus ke belakang. Pasien sering menahan kencing ketika
sedang bermain. Pasien memiliki kebiasaan membersihkan genital dari belakang ke
depan setelah BAK/BAB dan menggunakan air sumur. Dari pemeriksaan fisik
abdomen ditemukan adanya nyeri tekan abdomen pada supra pubik.Hasil
pemeriksaan laboratorium darah lengkap dalam batas normal. WBC: 13, RBC: 4,5,
HGB: 11, HCT: 31,5, PLT: 579. Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan berat jenis:
1.020, pH: 6,0, leukosit +2, sedimen l eukosit: 10-15, Epitel sel (+).
Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah bertumbuh dan
berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna.4
Perempuan lebih sering terkena ISK karena saluran kencing perempuan lebih
pendek dibanding pria. Ini menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke kandung
kemih karena saluran kencing lebih dekat kesumber bakteri seperti daerah dubur.
Bayi laki-laki yang belum disunat (karena bakteri cenderung tersimpan dibawah kulit
khitan) dan anak kecil dengan sembelit akut juga lebih mudah mendapatkan ISK.1,3
Pada anak perempuan, ISK kompleks sering terjadi pada usia toilet training
karena gangguan pengosongan kandung kemih terjadi pada usia ini. Anak mencoba
untuk menahan kencing agar tidak ngompol, dimana kontraksi otot kandung kemih

19
ditahan sehingga urin tidak keluar. Hal ini menyebabkan tekanan tinggi, turbulensi
aliran urin dan atau pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, kemudian
semuanya akan menyebabkan bakteriuria..3
Pada pasien ini faktor yang mempengaruhi terjadinya ISK karna anak sering
menahan-nahan air kemih, hal tersebut dapat berisiko terkena ISK dan faktor jenis
kelamin dimana pasien ini memiliki jenis kelamin perempuan dimana lebih sering
terkena ISK karna saluran kemih yang lebih pendek.

Patogenesis ISK adalah infeksi ascending dari bakteri yang berasal dari kolon,
berkoloni di perineum dan masuk ke kandung kemih melalui uretra. Infeksi pada
kandung kemih akan menimbulkan reaksi inflamasi, sehingga timbul nyeri pada
suprapubik. Infeksi pada kandung kemih ini disebut sistitis. Gejala yang timbul pada
sistitis meliputi disuria (nyeri saat berkemih), urgensi (rasa ingin miksi terus
menerus), sering berkemih, inkontinensia, dan nyeri suprapubik. Pada sistitis
umumnya tidak terdapat gejala demam dan tidak menimbulkan kerusakan ginjal.
Pada beberapa kasus, infeksi akan menjalar melalui ureter ke ginjal sehingga timbul
pielonefritis. Pada keadaan normal, papilla pada ginjal memiliki mekanisme

20
antirefluks yang mencegah urin untuk memasuki tubulus pengumpul ginjal. Namun
terdapat papilla, terutama yang terletak pada bagian atas dan bawah ginjal, tidak
memiliki mekanisme ini sehingga refluks intrarenal bisa terjadi. Urin yang terinfeksi
akan masuk kembali, menstimulasi terjadinya respon imun dan inflamasi yang pada
akhirnya akan menyebabkan tejadinya luka dan parut pada ginjal.
Pada kasus ini didapatkan nyeri saat berkemih (disuria), sering berkemih, dan
nyeri suprapubik yang menandakan adanya infeksi pada saluran kemih
ISK pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis dan lokasi infeksi
Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi ISK asimtomatik ialah bakteriuria
bermakna tanpa gejala dan simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna
disertai gejala dan tanda klinik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dibedakan menjadi
ISK atas dan ISK bawah, gejala klinis ISK bawah atau sistitis pada umumnya lebih
ringan, demam jarang melebihi 38oC, biasanya ditandai dengan nyeri pada perut
bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa disuria, polakisuria, rasa diskomfort
suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih, retensio urin, dan enuresis. sedangkan ISK
atas atau pielonefritis biasanya dijumpai demam tinggi disertai menggigil, gejala
saluran cerna seperti mual, muntah, diare. Tekanan darah pada umumnya masih
normal, dapat ditemukan nyeri pinggang. Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan
kejang.
Pada kasus ini, pasien termasuk ISK bawah atau sistitis dengan menunjukkan
gejala demam yang tidak melebihi 38oC dan tidak disertai menggigil, nyeri pada
suprapubik, dan gangguan berkemih berupa disuria, polakisuria, urgensi.
Gambaran klinis ISK sangat bervariasi dan sering tidak khas, dari asimtomatik
sampai gejala sepsis yang berat. Pada neonatus sampai usia 2 bulan, gejala dapat
berupa sepsis, demam, apatis, anoreksia, berat badan tidak naik, muntah, mencret,
anoreksia, tidak mau minum, dan sianosis. Pada bayi, gejala berupa demam,
penurunan berat badan, anoreksia. Pada anak besar, gejalanya lebih khas, seperti sakit
waktu miksi, frekuensi miksi meningkat, muntah, nyeri perut atau pinggang,
mengompol, polakisuria, atau urin yang berbau menyengat.2,3,4

21
Pada kasus ini, seperti pada teori diatas pasien umur 4 tahun 6 bulan didapatkan
gejala sakit pada saat kencing, volume urine hanya sedikit, sering kencing, nyeri
perut, dan muntah
Pada pemeriksaan fisis, gejala dan tanda ISK yang dapat ditemukan berupa
demam, nyeri ketok sudut kostovertebral, nyeri tekan suprasimfisis, kelainan pada
genitalia eksterna seperti fimosis, sinekia vulva, hipospadia, epispadia, dan kelainan
pada tulang belakang seperti spina bifida.3,4
Pada kasus ini, pasien ada demam 2 hari dan nyeri tekan suprasimfisis. Pada
pasien ini tidak terfapat kelaian pada genetalia eksterna.
Pada pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan proteinuria, leukosituria (leukosit
>5/LPB), hematuria (eritrosit >5/LPB).3,4
Hasil pemeriksaan urinalisis pada pasien ini di dapatkan leukosit +2, sedimen l
eukosit: 10-15, Epitel sel (+) dengan kesan leukosituria. Darah dan protein tidak
ditemukan dalam urine
Diagnosis pasti dengan ditemukannyan bakteriuria bermakna pada kultur urin,
yang jumlahnya tergantung dari metode pengambilan urin. Pemeriksaan penunjang
lain dilakukan untuk mencari faktor risiko dengan melakukan ultrasonografi, foto
polos abdomen, dan bila perlu dilanjutkan dengan miksio-sisto-uretrogram dan
pielografi intravena.3,4,5
Pada pasien ini tidak dilakukan kultur urin maupun pemeriksaan penunjang
lainnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan
urinalisis
NICE merekomendasikan penanganan ISK sebagai berikut:
1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke dokter
spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik parenteral.
2. Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:
a. Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak

22
b. Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang
resistensinya masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman, seperti
sefalosporin atau ko-amoksiklav.
c. Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan antibiotik
parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-4 hari dilanjutkan
dengan antibiotik per oral hingga total lama pemberian 10 hari.
3. Bayi ≥ 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah:
a. Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola resistensi kuman
setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat diberikan
trimetroprim, sefalosporin, atau amoksisilin.
b. Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis harus dinilai kembali,
dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat pertumbuhan bakteri dan
kepekaan terhadap obat.

Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibotik diberikan secara
empiric selama 7-10 hari.3 Berbagai antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan
ISK, baik antibiotik yang diberikan secara oral maupun parenteral, seperti terlihat
pada tabel 1 dan tabel 2.4

Tabel 1 . Pilihan antimikroba oral pada infeksi saluran kemih.


Jenis antibiotic Dosis per hari
Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis
Sulfonamid
 Trimetroprim (TMP) 6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX
dan Sulfametoksazol /kgbb/hari dibagi dalam 2
(SMX) Dosis 120-150 mg/kgbb/hari dibagi dalam
 Sulfisoksazol 4 dosis

23
Sefalosporin:
 Sefiksim 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefpodiksim 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefprozil 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefaleksin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis
 Lorakarbef 15-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis

Tabel 2. Pilihan antimikroba parenteral pada infeksi saluran kemih.


Jenis antibiotic Dosis per hari
Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
Sefotaksim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Seftazidim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Amikasin 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12 jam
Tobramisin 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Tikarsilin 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam

Pada kasus ini pengobatan yang diberikan yaitu inj seftriakson 500 mg/12 jam/iv
selama 4 hari dan dilanjutkan pengobatan oral di rumah yaitu sefiksim 50 mg/2 dd 1
pulv.
Pemantauan terapi dalam 48-72 jam setelah pengobatan fase akut dimulai, gejala
ISK umumnya menghilang. Bila belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti
antibiotik lain.4
Pada kasus ini pemberian antibiotik seftriakson pada hari ketiga gejala seperti
sakit pada saat kencing, volume urine hanya sedikit, sering kencing dan nyeri perut
menghilang.

24
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-
40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya
parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata
laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.3,4
Pada pasien tidak terdapat komplikasi, dan pasien dipulangkan dalam keadaan
umum pasien sudah membaik, tanda-tanda vital baik. Pada pemeriksaan fisik tidak di
dapatkan kelainan.
Secara umum pencegahan ISK dapat dilakukan dengan mengupayakan anak
minum 8 hingga 10 gelas air dan cairan lainnya sehari. menghindari mandi busa dan
sabun berparfum karena dapat menyebabkan iritasi padauretra, mengganti diaper
secara teratur untuk mencegah kontak yang lama feses dengan daerah genital yang
akan memberikan kesempatan kepada bakteri untuk bergerak naik ke uretra kemudian
ke kandung kemih, membersihkan genital yang benar pada anak perempuan dengan
cara membersihkan genital dari depan ke belakang setelah BAK/BAB dan
menggunakan air yang bersih akan mengurangi pajanan uretra terhadap ISK yang
disebabkan oleh bakteri dari feses, menggunakan celana dalam dengan bahan katun
karena dapat mengurangi pertumbuhan bakteri pada daerah uretra dibandingkan nilon
atau bahan lainnya, buang air kecil teratur untuk membantu mengeluarkan bakteri
dari saluran kemih.3

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Infeksi Saluran Kemih pada Anak.. 09.07.2015.
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/infeksi-saluran-kemih-pada-
anak-2
2. Donna J Fisher, MD. Pediatric Urinary Tract Infection. Updated: Aug 01, 2016.
http://emedicine.medscape.com/article/969643-overview#a1. Accessed on July
27, 2017
3. Pudjiadi AH, et all. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia.
2009. Badan penerbit IDAI. p 136-140
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi Nefrologi.
Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2011.
5. Becknell B, Schober M, Korbel L, Spencer JD, The Diagnosis, Evaluation and
Treatment of Acute and Recurrent Pediatric Urinary Tract Infections. Expert Rev
Anti Infect Ther. 2015 January; 13(1): 81–90.
doi:10.1586/14787210.2015.986097.

26

Anda mungkin juga menyukai