Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan untuk memenuhi kebutuhan gizi

bayi dan melindunginya dalam melawan serangan penyakit keseimbangan

zat-zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik dan ASI memiliki bentuk

yang palin baik bagi tubuh bayi. ASI juga sangat kaya akan sari mekanan

yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.

Makanan terbaik yang dibuat dengan eknolohi masa kini tidak mampu

menandingi keunggula ASI (Saleha, 2014).

ASI mengandung gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan

bayi. Badan kesehatan dunia, WHO merekomendasikan bayi mendapat ASI

Eksklusif selama enam bulan. Namun, tidak semua perempuan mempunyai

kesempatan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi mereka

dikarenakan bekerja. (Depkes RI, 2020)

Ibu bekerja diluar rumah biasanya menghabiskan waktu selama 8 jam

atau lebih, hal ini berdampak ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk

menyusui anaknya. Keadaan tersebut diperparah dengan minimnya

kesempatan untuk memerah ASI di tempat kerja, tidak tersedianya ruang ASI,

serta kurangnya pengetahuan Ibu Bekerja tentang manajemen laktasi.

Menurut UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan waktu kerja yang

telah ditetapkan adalah 40 jam 1 minggu. Untuk ketenagakerjaan yang

bekerja selama 5 hari maka Jam kerja 8 jam dalam 1 hari sedangkan untuk
jam kerja 6 hari pekerjaan dilaksanakan selama 7 jam dalam 1 hari

(Kemenkes RI, 2018).

Program ASI Eksklusif di tempat kerja merupakan terobosan yang

dapat meningkatkan cakupan ASI Eksklusif nasional. Peran berbagai pihak

termasuk dunia industri dalam mendukung pencapaian ASI Eksklusif

sangatlah penting. Selain itu, dukungan terhadap program menyusui di tempat

kerja juga merupakan bentuk pencegahan terhadap diskriminasi perempuan di

tempat kerja (Depkes RI, 2020)

Capaian Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia secara Nasional tahun

2021 yaitu sebesar 56,9%. Angka tersebut sudah melampaui target program

tahun 2021 yaitu 40%. Persentase tertinggi di provinsi Nusa Tenggara Barat

(82,4%) dan Terendah di Provinsi Maluku (13,0%). Pencapaian ASI Ekslusif

di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2020 sebanyak 70,36% dan meningkat

ditahun 2021 yaitu 74,16%. Pada tahun 2022 pencapaian pemberian ASI

Eksklusif pada anak usia kurang dari 6 bulan sebesar 74,32% (Badan Pusat

Statistik Indonesia, 2022).

Meskipun demikian pemberian ASI EKsklusif tetap menjadi hal yang

harus diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak. Salah satu faktor

mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Indonesia adalah Ibu

yang bekerja yang mengganti pemberian ASI dengan susu formula. (Depkes

RI, 2015)

Pekan ASI Sedunia (PAS) dilaksanakan setiap tahun pada awal bulan

Agustus. Tema Pekan ASI Sedunia tahun 2015 ini adalah Breastfeeding and
Work, let make it work, sedangkan tema nasional adalah Mari Dukung

Menyusui di Tempat Kerja. Mendukung yaitu : UU Kesehatan No.39/2009

pasal 128, UU Ketenagakerjaan No. 13/2009 pasal 83, Peraturan Pemerintah

No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan Peraturan Menteri

Kesehatan No. 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus

Menyususi dan/ atau Memerah Air Susu Ibu. (Depkes RI, 2015).

Peraturan yang dibuat pemerintah belum terlaksana secara

menyeluruh dan merata, sementara promosi susu formula dilakukan dengan

sangat gencar. Selain itu, kegiatan edukasi, adfokasi, dan kampanye terkait

pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) juga belum

dilakukan. Menteri Kesehatan menghimbau agar mendukung program ASI di

tempat kerja dengan memberikan kesempatan bagi ibu bekerja untuk

menyusui anaknya selama waktu kerja dan atau menyediakan tempat untuk

memerah ASI berupa ruang ASI di tempat kerja. Dengan demikian, hak bayi

untuk mendapat ASI Eksklusif sampai usia enam bulan dapat diwujudkan dan

produktifitas pekerja perempuan dapat meningkat (Depkes RI, 2015).

Kabupaten Pasaman Barat memiliki cakupan ASI Eksklusif sebesar

73,6 %. Jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Pasaman

Barat sampai usia 6 bulan pada tahun 2021 sebanyak 4.730 orang dengan

kecamatan tertinggi berada di kecamatan Pasaman dan terendah di

Kecamatan Sasak Ranah Pasisie. Kecamatan Sungai Aur merupakan

Kecamatan dengan jumlah anak yang mendapat ASI Eksklusif sedikit yaitu

sebanyak 287 orang (Dinkes Pasbar, 2022).


Hasil Penelitian Rosida (2020) yang berjudul Manajemen ASIP/ASI

Perah Mempengaruhi Keberhasilan ASI Eksklusif (Studi Kuantitatif Pada Ibu

Bekerja di Instansi Pemerintah Kota Yogyakarta) menunjukkan bahwa

Pemberian ASI Perah berpengaruh terhadap keberhasilan Ibu dalam

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dengan nilai p value 0,000 (<0,005).

Ibu yang mengalami kegagalan dalam memberikan ASI Eksklusif

dikarenakan tidak tepatnya pelaksanaan ASI Perah dengan persentase sebesar

58,3%.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Wilayah kerja

Puskesmas Sungai Aur pada 10 orang Ibu bekerja hanya 3 orang dari Ibu

tersebut yang memberikan ASI perah pada bayinya, sedangkan 7 orang Ibu

lainnya menyatakan memberikan susu formula dikarenakan takut jika ASI

yang ia berikan tidak mencukupi untuk bayinya. Pemerahan ASI dilakukan

oleh ibu pada pagi hari sebelum bekerja, sebagian Ibu juga menyatakan

memerah ASI pada malam hari, ASI diperah sebanyak mungkin dan

dimasukkan kedalam kulkas pembeku, dan esok harinya sebelum diberikan dot

susu direndam dulu didalam air, setelah itu baru diberikan kepada Bayi.

Sedangkan ibu yang memberikan susu formula pada bayinya menyatakan tidak

tahu tentang bagaimana pelaksanaan ASI perah dan penyimpanannya serta

bagaimana memberikannya kembali terhadap bayinya.

Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Pengaruh Penyuluhan tentang ASI Perah terhadap Pengetahuan dan


Pelaksanaan ASI Perah Pada Ibu Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Aur Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian apakah ada Pengaruh Penyuluhan tentang ASI Perah terhadap

Pengetahuan dan Pelaksanaan ASI Perah Pada Ibu Bekerja di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2023 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan

tentang ASI Perah terhadap Pengetahuan dan Pelaksanaan ASI Perah Pada

Ibu Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman

Barat Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus.

a. Untuk mengetahui rata-rata pengetahuan responden tentang ASI Perah

sebelum diberikan penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Aur

Kabupaten Pasaman Barat tahun 2023.

b. Untuk megetahui rata-rata pengetahuan responden tentang ASI Perah

sesudah diberikan penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Aur

Kabupaten Pasaman Barat tahun 2023.


c. Untuk mengetahui rata-rata Pelaksanaan ASI Perah oleh responden

sebelum diberikan penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Aur

Kabupaten Pasaman Barat tahun 2023.

d. Untuk mengetahui rata-rata pelaksanaan ASI Perah oleh responden

sesudah diberikan penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Aur

Kabupaten Pasaman Barat tahun 2023.

e. Untuk mengetahui Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan

responden tentang ASI perah di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Aur

Kabupaten Pasaman Barat tahun 2023.

f. Untuk mengetahui Pengaruh penyuluhan tentang ASI Perah terhadap

pelaksanaan ASI perah di wilayah kerja Puskesmas Sungai Aur

Kabupaten Pasaman Barat tahun 2023

D. Manfaat penelitian

1. Puskesmas.

Sebagai bahan masukan dalam penentuan kebijakan dalam program

pemberian ASI sehingga dapat meningkatkan pemberian ASI Eksklusif

pada ibu bekerja dan salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan

pemberian ASI perah.

2. Masyarakat.

Menambah pengetahuan ibu bekerja yang menyusui dan juga masyarakat

mengenai pemberian ASI Perah sehingga dapat melaksanakan pemberian

ASI Perah pada bayinya, dan Bayi tetap bisa mendapatkan ASI meskipun
ibu bekerja karena walau bagaimanapun ASI tetap lebih baik

dibandingkan dengan susu formula.

3. Peneliti Selanjutnya.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai aplikasi dan penerapan ilmu yang

diperoleh selama belajar, dan diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar

menelaah lebih lanjut lagi variabel yang mempengaruhi pemberian ASI

Perah oleh ibu bekerja.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini membahas tentang Pengaruh

penyuluhan tentang ASI Perah terhadap pengetahuan dan pelaksanaan ASI

Perah pada ibu bekerja wilayah kerja Puskesmas Sungai Aur Tahun 2023.

Penelitian ini menggunakan desain Rancangan quasi experiment design (pre

test and post test one group study). Populasi penelitian ini adalah seluruh Ibu

Nifas di wilayah kerja Puskesmas Sungai Aur sebanyak 89 orang. Sampel

penelitan ini diambil menggunakan tekhnik non probability sampling yaitu

purposive sampling dengan jumlah 20 orang. Data yang sudah terkumpul

diolah dan dianalisa secara komputerisasi dengan uji wilcoxon.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi

sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI

Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim.

(Maryunani Anik, 2015)

ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu segera setelah

melahirkan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 (enam) bulan

tanpa diberikan makanan dan minuman tambahan apapun. (BKKBN,

2019)

Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif

adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam)

bulan, tanpa menambahkan dan/ atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain.(Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012).

2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Bayi

Menurut Maryunani Anik (2015), manfaat pemberian ASI bagi

bayi adalah :

a. Kesehatan
Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI tetap paling baik

sepanjang masa. Oleh karena itu, bayi yang mendapat ASI Eksklusif

lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. ASI

juga menghindarkan anak dari busung lapar/ malnutrisi. Sebab

komponen gizi ASI paling lengkap, termasuk protein, lemak,

karbohidrat, mineral, vitamin, dan zat-zat penting lainnya.

b. Kecerdasan

Manfaat bagi kecerdasan bayi antara lain, karena dalam ASI

terkandung DHA terbaik, selain laktosa yang berfungsi untuk proses

myelinisasi otak.

1) Seperti diketahui, myelinisasi otak adalah salah satu cara proses

pematangan otak agar bisa berfungsi optimal.

2) Saat ibu memberikan ASI, terjadi pula proses stimulasi yang

merangsang terbentuknya net working antar jaringan otak hingga

menjadi lebih banyak dan terjalin sempurna.

3) Ini terjadi melalui suara, tatapan mata, detak jantung, elusan,

pancaran dan rasa ASI.

c. Emosi

1) Pada saat disusui, bayi berada dalam dekapan ibu.

2) Hal ini akan merangsang terbentuknya Emotional Intelegency/ EI

3) Selain itu, ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu kepada

buah hatinya.
4) Doa dan harapan yang didengungkan di telinga bayi selama proses

menyusui akan mengasah kecerdasan spirituaal anak.

3. Manfaat Pemberian Asi Eksklusif Bagi Ibu

Maryunani Anik (2015), menyatakan bahwa manfaat pemberian ASI

eksklusif bagi ibu adalah :

a. ASI Eksklusif adalah diet alami bagi ibu.

Dengan memberikan ASI Eksklusif, berat badan ibu yang

bertambah selama hamil, akan segera kembali mendekati berat semula.

Naiknya hormon Oxitosin selagi menyusui, menyebabkan kontraksi

semua otot polos termasuk otot uterus. Dengan demikian memberikan

ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim keukuran sebelum

hamil.

b. Mengurangi resiko anemia.

1) Pada saat memberikan ASI, otomatis resiko perdarahan paska

bersalin berkurang.

2) Naiknya hormon oksitosin selama menyusui akan menyebabkan

semua otot polos mengalami kontraksi.

3) Kondisi inilah yang mengakibatkan uterus mengecil sekaligus

menghentikan perdarahan.

4) Perlu diketahui, perdarahan yang berlangsung dalam tenggang

waktu lama merupakan salah satu penyebab anemia.


5) Dengan demikian, memberikan ASI segera setelah melahirkan akan

meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko

perdarahan

c. Mencegah Kanker

1) Dalam berbagai penelitian diketahui bahwa ASI dapat mencegah

kanker, khususnya kanker payudara.

2) Pada saat menyusui tersebut, hormon estrogen mengalami

penurunan.

3) Sementara tanpa aktifitas menyusui, kadar hormon estrogen tetep

tinggi dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker

payudara karena tidak adanya keseimbangan antara hormon

estrogen dan progesteron.

d. Manfaat Ekonomis

1) Dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk

membeli susu/ suplemen bagi bayi.

2) Cukup dengan ASI Eksklusif, kebutuhan bayi selama 6 (enam)

bulan terpenuhi dengan sempurna.

3) Selain itu, ibu tidak perlu repot untuk mensterilkan peralatan bayi

seperti dot, cangkir, gelas, atau sendok untuk memberikan susu

kepada bayi.

4. Cara mencapai ASI Eksklusif


Menurut Maryunani Anik, (2015), WHO dan UNICEF

merekomendasiakan langkah-langkah berikut untuk memulai dan

mencapai ASI Eksklusif, antara lain :

a. Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran.

b. Menyusui secara eksklusif : hanya ASI. Artinya tidak ditambah

dengan makanan yang lain bahkan air putih sekalipun.

c. Menyusui kapan pun bayi meminta (on-demand) sesering yang bayi

mau, siang dan malam.

d. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.

e. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan,

disaat tidak bersama anak.

f. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.

5. Kandungan ASI

Menurut Maryunani Anik, (2015)

a. Protein

Protein terdapat didalam ASI merupakan protein yang

berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang

sangat penting untuk proses pertumbuhan kembang bayi, dan sangat

menguntungkan bayi karena mudah dicerna, mengingat sistem enzim

bayi baru lahir belum begitu sempurna. Protein dalam ASI

mempunyai peranan sebagai anti infeksi.

b. Karbohidrat
Zat ara ASI dalam bentuk laktosa yang jumlahnya akan

berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi.

Laktosa akan meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan

magnesium yang sangat penting untuk pembentukan tulang.

c. Lemak

Lemak yang terdapat didalam ASI merupakan campuran

fospolipid, kolestrol, vitamin A, yang berperan pada sumber lemak

dalam makanan ibu. Juga terdapat perubahan kadar sewaktu- waktu

merupakan mekanisme pengamanan untuk mengendalikan nafsu

minum bayi dan untuk mencegah obesitas.

d. Elektrolit

Asi mengandung elektrolit lebih rendah dibandingkan dengan

susu formula, hal ini sangat menguntungkan bayi kerena keadaan

ginjal bayi belum sempurna.

e. Mineral

ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama

laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang spesifik

tergantung dari diit dan stadium laktasi. Garam organik yang terdapat

didalam ASI terutama kalsium, kalium dan natrium.

f. Air

ASI terdiri dari 88% air. Air berguna untuk melarutkan zat-zat

yang terdapat didalammya. ASI merupakan sumber air yang aman

yang akan meredakan rangsangan haus bayi.


g. Vitamin

Kadar vitamin A,C, D dan E didalam ASI lebih tinggi di

bandingkan susu formula. Beberapa vitamin lain tergantung pada

kadar vitamin yang dikosumsi oleh ibunya.

h. Immunoglobin

Immunoglobin berfungsi sebagai pelindung tubuh dari infeksi

lokal dan masuknya jasad/ antigen. Immunoglobin utama adalah

cairan sekresi.

6. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

a. Faktor tidak langsung

1) Pembatasan waktu ibu

Menyususi yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena

isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI

selanjutnya. Jadwal menyusui yang ketat akan membuat bayi frustasi.

2) Wanita karir

Ibu yang bekerja merupakan salah satu kendala yang menghambat

pemberian ASI Eksklusif. Produksi ASI ibu bekerja memang akan

berkurang, hal ini antara lain karena tanpa disadari ibu rentan

mengalami stres akibat kecapekan dan berada jauh dari sang buah

hati.
3) Kondisi sosial budaya

Adanya budaya budaya yang terdapat di masyarakat tentang

menyusui serta mitos-mitos yang salah tentang menyusui juga dapat

mempengaruhi ibu untuk berhenti menyusui. Budaya yang ada di

masyarakat misalnya bayi diberikan makanan selain ASI sejak lahir

kemudian adanya mitos yang berkembang di masyarakat bahwa bayi

yang rewel atau menangis karena lapar sehingga harus diberikan

makanan dan minuman selain ASI sehingga ibu memilih untuk

memberikan makanan dan minuman selain ASI. Hal ini akan

menyebabkan bayi jarang menyusu karena sudah kenyang sehingga

rangsangan isapan bayi berkurang. Dukungan keluarga, teman dan

petugas kesehatan juga mempengaruhi keberhasilan menyusui. Bila

suami atau keluarga dapat mengambil alih sebagian tugas ibu di

rumah, ibu tentu tidak akan kelelahan. Kelelahan merupakan salah

satu penyebab berkurangnya produksi ASI

4) Umur

Umur ibu berpengaruh terhadap produksi ASI. Ibu yang umurnya

lebih muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu

yang sudah tua. Ibu-ibu yang lebih muda atau umurnya kurang dari 35

tahun lebih banyak memproduksi ASI daripada ibu-ibu yang lebih

tua. Sedangkan ibu yang berumur 19-23 tahun pada umumnya dapat

menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan yang berumur tiga

puluhan.
5) Paritas

Ibu yang melahirkan anak kedua dan seterusnya mempunyai produksi

ASI lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran anak yang pertama.

Ibu multipara menunjukkan produksi ASI yang lebih banyak

dibandingkan dengan primipara pada hari keempat post partum.

6) Kenyamanan ibu

Faktor kenyamanan ibu yang secara tidak langsung mempengaruhi

produksi ASI meliputi puting lecet, pembengkakan dan nyeri akibat

insisi. Faktor ketidaknyamanan yang ibu rasakan sering menyebabkan

ibu berhenti untuk menyusui. Dengan berhenti menyusui maka

rangsang isapan bayi akan berkurang sehingga produksi ASI akan

menurun.

7) Faktor bayi

Bayi kecil, prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

mempunyai masalah dengan proses menyusui karena refleks

menghisapnya masih relatif lemah. Bayi yang sakit dan memerlukan

perawatan akan mempengaruhi produksi ASI, hal ini disebabkan

karena tidak adanya rangsangan terhadap reflek let down.

b. Faktor langsung

1) Waktu inisiasi

Inisiasi dapat dilakukan segera pada jam-jam pertama kelahiran,

dengan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) akan dapat

meningkatkan produksi ASI. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dilakukan


berdasarkan pada refleks atau kemampuan bayi dalam

mempertahankan diri. Bayi yang baru berusia 20 menit dengan

sendirinya akan dapat langsung mencari puting susu ibu. Selain

membantu bayi belajar menyusu kepada ibunya dan memperlancar

pengeluaran ASI, proses inisiasi diharapkan dapat mempererat ikatan

perasaan antara ibu dan bayinya, serta berpengaruh terhadap lamanya

pemberian ASI kepada bayinya. Jika Bunda ingin mengetahui

bagaimana cara inisiasi menyusui dini ini maka bisa dipelajari di cara

IMD pada bayi.

2) Frekuensi dan durasi menyusui

Bayi sebaiknya disusui secara on demand karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat

mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam

lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.

3) Menyusui malam hari

Menyusui pada malam hari dianjurkan untuk lebih sering dilakukan

karena akan memacu produksi ASI, hal ini karena prolaktin lebih

banyak disekresi pada malam hari.

4) Faktor psikologis

Faktor psikologis ibu yang mempengaruhi kurangnya produksi ASI

antara lain adalah ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau,

marah dan sedih, kurang percaya diri, terlalu lelah, ibu tidak suka
menyusui, serta kurangnya dukungan dan perhatian keluarga dan

pasangan kepada ibu.

5) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis ibu meliputi status kesehatan ibu, nutrisi, intake

cairan, pengobatan, dan merokok. Selama menyusui, seorang ibu

membutuhkan kalori, protein, mineral dan vitamin yang sangat tinggi.

Ibu yang menyusui membutuhkan tambahan 800 kalori per hari

selama menyusui. Selain kebutuhan makanan, ibu menyusui juga

memerlukan minum yang cukup karena kebutuhan tubuh akan cairan

pada ibu menyusui meningkat. Asupan cairan yang cukup 2000 cc

perhari dapat menjaga produksi ASI.

6) Tehnik Marmet

Tehnik ini termasuk faktor yang mempengaruhi produksi ASI.

Marmet merupakan kombinasi antara cara memerah ASI dan memijat

payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat optimal. Teknik

memerah ASI dengan cara marmet ini pada prinsipnya bertujuan

untuk mengosongkan ASI pada dari sinus laktiferus yang terletak di

bawah areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada

daerah sinus laktiferus ini akan merangsang pengeluaran hormon

prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin ini selanjutnya akan

merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Makin

banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan

semakin banyak ASI akan diproduksi.


B. ASI Perah

1. Pengertian ASI Perah

ASI Perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperah kemudian

disimpan dan nantinya diberikan pada bayi. Waktu terbaik untuk

melakukannya adalah pada saat payudara sedang penuh sementara tidak bisa

menyusui (Ambarwati, 2019).

Memerah ASI merupakan salah satu keahlian yang sebaiknya

diperkenalkan dengan semua ibu. Ini bisa membantu kita dalam proses

menyusui dan tidak hanya semata-mata untuk mengeluarkan ASI dan

memberikannya kepada anak saat kita tidak bersamanya (Kemenkes RI,

2020)

2. Waktu yang Tepat untuk Memerah ASI

ASI diperah secara rutin minimal setiap 2-3 jam dan tidak

menunggu payudara terasa penuh. Akan lebih sulit untuk memerah jika

payudara sudah bengkak dan akan terasa nyeri serta akan menyebabkan

penurunan produksi ASI. Di tempat bekerja, anda bisa memerah ASI anda

sebanyak 2-3 kali. Sesuaikan dengan jadwal kegiatan anda

dikantor.Misalnya, sekitar jam 09.00 (sebelum waktu rapat), setelah makan

siang, dan sebelum pulang. Anda harus memeiliki niat kuat untuk

memerah ASI di kantor. Kalau tidak, jadwal memerah ASI ini bisa

terlewatkan karena sebagai tuntunan aktivitas kantor lainnya (Kemenkes R.I,

2020).
Jika situasi kerja adalah pekerjaan full-time yang memakan waktu

kira-kira delapan jam per harinya di tempat kerja. Jika pekerjaan lain bisa

memodifikasi tips ini. Sesampainya di tempat kerja usahakan untuk bisa

bertemu dengan atasan atau pihak SDM perusahaan. Sampaikan apresiasi

kita atas kesempatan cuti yang diberikan dan lalu mulailah bicarakan rencana

kita untuk meminta waktu memerah beberapa kali selama di kantor.

Sampaikan juga niat kita ini kepada rekan-rekan di satu departemen atau satu

ruangan di mana kita bekerja, agar mereka ketehui ada waktu-waktu di mana

kita akan memerah dan tidak bisa ada selalu di tempat (Ambarwati, dkk.

2019).

3. Langkah-langkah Memerah ASI

a. Langkah-langkah memerah ASI menggunakan tangan (Ambarwati dkk,

2020).

Cuci tangan sebelum memerah ASI. Sediakan mangkuk bersih

bermulut lebar dan letakkan mangkuk di dekat payudara. Letakkan ibu

jari di batas atas areola, sedangkan jari lain di batas bawah areola. Tekan

kearah dada.Tekan dengan sedikit mengurut kearah putting sampai ASI

memencar keluar dan tertampung di dalam mangkuk. Ubah posisi jari

ke jam 3 dan 9, kemudian mulai lagi memerah, selai posisi 6-12 dan 3-

9, ada juga posisi pukul 2-8 dan 4-10. Jangan sampai terasa sakit.Perah

satu payudara selama 3-5 menit, kemudian beralih ke payudara

lainnya.Demikian seterusnya bergantian sampai payudara terasa kosong

(20-30- menit).
Gambar 2.1 Langkah-langkah Memerah ASI

b. Langkah-langkah memerah ASI ketika bekerja menurut (Kemenkes R.I,

2020).

1) Menyiapkan Perlengkapan

Perlengkapan memerah ASI dapat disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan ibu, yaitu: Gelas/cangkir untuk

menampung ASI perah, botol untuk menyimpan ASI yang sudah

diperah, label dan spidol, jika diperlukan memerah dapat

menggunakan pompa ASI.

2) Persiapan sebelum memerah ASI

Melakukan sterilisasi wadah ASI. Caranya dengan

memasukan air mendidih ke dalam wadah tersebut, lalu dibiarkan

selama beberapa menit kemudian buang airnya. Menyiapkan lap atau

tisu yang bersih. Mencuci tangan sampai bersih, dengan menggunakan

sabun kita bersihkan sela-sela jari dan kuku sebelum menyentuh


payudara dan wadah ASI.Kondisi ibu harus tenang dan santai,

caranya duduk dengan nyaman pikirkan bayi atau dengarkan

rekaman suara atau foto bayi.Bila memungkinkan payudara dapat di

kompres lebih dahulu dengan lap yang telah dibasahi air

hangat.Melakukan pemijatan ringan pada sekeliling payudara

(Kemenkes R.I, 2020).

3) Wadah yang dianjurkan untuk menyimpan ASI Perah (ASIP)

Wadah yang keras dan terbuat dan terbuat dari kaca atau plastik

keras sehingga dapat menyimpan ASI perah dalam jangka waktu yang

lama.Kantung plastic khusus sebagai wadah penyimpanan ASIP dalam

jangka waktu pendek, yaitu kurang dari 72 jam.Wadah penyimpanan

sebaiknya kedap udara (Ambarwati dkk, 2019).

Gambar 2.2
Wadah yang dianjurkan untuk menyimpan ASI Perah (ASIP)

4. Cara Menyimpanan ASI Perah

Setelah memerah ASI, bunda harus mengetahui tata cara penyimpanan

ASIP yang benar agar ASIP bisa tahan lama dan tidak cepat basi. Bunda bisa

memperhatikan manajemen ASIP sesuai petunjuk IDAI agar ASIP bisa


disimpan dan dikonsumsi si kecil dengan aman. Bagi ASI perah dan simpan

dalam jumlah yang lebih sedikit (60-120ml) sehingga tidak perlu membuang

ASI yang tidak dihabiskan.Jangan menyimpan ASI di botol hingga penuh,

sisahkan sedikit ruang. Misalnya, saat ASIP dibekukan akan di mulai dan

bisa membuat wadah penyimpanan pecah atau terbuka jika dipaksakan.

Sesuaikan jumlah pemberian ASIP dengan usia bayi. Semakin besar

usia bayi, semakin besar jumlah ASI yang diberikan setiap kali minum.

Sebaiknya sediakan juga persediaan ASI ekstra. Beri label di semua wadah

ASI dengan data nama anak, tanggal dan jam ibu memerah jika diperlukan.

ASI perah yang dikeluarkan dalam hari yang sama dapat di gabung

menjadi satu. Caranya, dinginkan ASI yang baru diperah minimal 1 jam

dalam lemari es atau kulkas, kemudian tambhakna ke dalam ASI

sebelumnya yang sudah didinginkan dalam wadah lain. Jangan

menambahkan ASI yang hangat ke dalam ASI ynag sudah dibekukan,

simpan ASI yang diperah pada hari yang berbeda di dalam wadah yang

berbeda juga. Sebelum diberikan kepada bayi, kocok dengan lembut wadah

yang berisi ASIP sampai tercampur rata.Jangna mengocok dengan kuat. ASI

akan terpisah kandungannya saat proses penyimpanan karena tidak

homogen. Lapisan atas yang mengandung krim lebih berwarna putih dan

lebih kental (Abarwati dkk, 2020).

5. Cara penyimpanan ASIP menurut IDAI (Abarwati dkk, 2020).

ASIP dapat disimpan pada suhu ruangan ≤ 25°C selama 6-8 jam.Kalau

suhu ruangan kurang dari 25°C maka ASIP tahan 2-4 jam.Wadah ASIP
harus ditutup dan di biarkan dingin. ASI dapat disimpan dalam insulated cooler

bag dengan ice pack tahan lama selama 24 jam. ASI dapat disimpan dalam

lamari es atau kulkas bersuhu 4°C sampai lima hari. ASI dapat disimpan

dalam freezer dengan tipe berikut. Bagian freezer terlatak di dalam lemari es

atau kulkas memiliki pintu yang berbeda (-18°C) selama 3-6 bulan. Deep

freezer yang jarang dibuka dan temperaturnya tetap ideal (-20°C) selama 6-

12 bulan. Namun, ada beberapa bukti yang menyatakan letakan lemak dalam

ASI dapat mengalami degradasi sehingga kualitas ASI menurun (Kemenkes

RI, 2020).

6. Cara Menyimpan ASI Perah di Tempat Kerja.

Tempat penyimpanan ASI perah disarankan menggunakan botol

kaca, karena lemak-lemak dalam ASI tidak akan banyak menempel. Selain itu

botol kaca juga relatif murah dan bisa digunakan berulang kali, bila ASI

perah disimpan dalam botol kaca, hendaknya botol jangan diisi terlalu

penuh, hal ini bisa menyebabkan botol pecah saat disimpan didalam freezer

maka isikan ASI perah kurang lebih ¾ botol saja. Pastikan botol yang akan

digunakan untuk menyimpan ASI perah sudah dicuci bersih dengan sabun

dan sebelum digunakan bilas dengan air panas, simpan ASI perah kedalam

botol steril dan tutup dengan rapat, dan jangan sampai ada celah yang

terbuka. Botol diberi label berupa jam, tanggal pemerahan, dan nama

untuk membedakan ASI perah milik pekerja lainnya. ASI perah harus

disimpan dilemari pendingin. Pisahkan ASI perah dengan bahan makanan

lain yang tersimpan dalam lemari pendingin (Kemenkes R.I, 2020).


7. Cara Menyimpan ASI Perah Setelah sampai di Rumah.

Setelah sampai di rumah ASI perah dimasukan ke dalam lemari

pendingin selama 1 jam sebelum dimasukan ke dalam freezer. Bisa ASI perah

berlimpah, untuk jangka panjang sebaiknya sebagian ASI perah disimpan di

dalam freezer, dan disimpan sebagian di lemari pendingin untuk jangka

pendek, ASI perah diletkakkan dibagian dalam frezzeratau lemari pendingin,

bukan di sekat pintu agar tidak mengalami perubahan dan pariasi suhu. Bila di

rumah tidak memeiliki lemari pendingin atau frezeer, maka ASI perah bisa

di simpan dalam termos dengan es batu (Kemenkes R.I, 2020)

8. Laktasi pada ibu bekerja

Menurut Maryunani Anik, (2015)

a. Bagi ibu yang bekerja di luar rumah pada masa laktasi, menyusui

merupakan masalah tersendiri, karena harus meninggalkan rumah

selama jam-jam kerja.

b. Sebelum berangkat bekerja, ibu harus menyusui bayi dengan kedua

payudara dan segera datang di rumah dianjurkan untuk segera

menyusui.

c. Di tempat kerja :

1) Ibu bisa mengeluarkan ASInya baik dengan tangan atau pompa.

2) Hal ini perlu untuk menghindari pembengkakan payudara dan

memberi kesempatan payudara supaya kosong, karena dengan

pengeluaran ASI berarti tetap ada rangsangan pada areola


(pengganti isapan bayi) sehingga hormon prolaktin tetap aktif

berfungsi.

3) Dengan cara demikian ASI akan tetap berlangsung/ bertahan.

d. Di tempat kerja perah ASI setiap 3 jam.

e. Bawa cooler bag. ASI dapat disimpan dalam cooler bag selama 24 jam.

f. ASI yang belum diperah tidak basi.

D. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian Penyuluhan

Peyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat

tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan

suatu anjuran yang ada hubungannya dengan meningkatkan taraf hidup

(Waryana, 2016)

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri

seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan

individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan

kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus

dilaksanakan atau suatu prodak yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya

merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis,

yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap,

maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.

(Waryana, 2016).
2. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan

melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara

kelompok dan meminta pertolongan. Pendidikan kesehatan tidak dapat

diberikan kepada seseorang oleh orang lain perubahan pada diri seorang

oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan

atau suatu produk yang harus dicapai (Waryana, 2016)

3. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Tujuan penyuluhan dibidang kesehatan adalah untuk

menumbuhkan perubahan yang lebih terarah dalam aktifitas/ perilaku

hidup sehat. Perubahan-perubahan tersebut mencakup tingkat

pengetahuan, sikap, motif tindakan masyarakat yang pada akhirnya

membentuk masyarakat yang aktif, kreatif dan dinamis. Tujuan tersebut

harus didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Melakukan pertemuan yang kontinyu antara penyuluh dan

masyarakat untuk mendiskusikan daya upaya peningkatan

kesehatan.

b. Hubungan yang kontinyu antara penyuluh dan masyarakat sehingga

tercipta rasa kekeluargaan yang akan mempermudah dan


memperlancar pemberian dan penerimaan informasi dalam rangka

peningkatan kesehatan.

c. Melakukan aktifitas latihan sebagai praktek peningkatan

pengetahuan dan keterampilan masyarakat.

d. Melakukan pembinaan kelompok kader sehat/ yandu agar aktif

melakukan upaya kesehatan.

e. Melakukan motivasi agar masyarakat yang telah mencapai

kemajuan mau mengajak rekan-rekannya (sesama masyarakat) agar

rajin mengikuti penyuluhan dan mau mengikuti cara-cara yang

telah dipraktekkannya yang benar-benar telah mendatangkan

keberhasilan.

f. Melakukan kegiatan kesehatan yang mengikutkan sertakan

masyarakat dalam karya wisata, kunjungan pada pameran, lomba

kader sehat agar masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan

pandangannya dibidang kesehatan.

4. Prinsip Penyuluhan

Prinsip penyuluhan kesehatan adalah bekerja bersama sasaran

(klien) bukun bekerja untuk sasaran. Sasaran penyuluhan adalah

kelompok – kelompok masyarakat yang berbeda dan dimulai dari apa

yang diketahui dan dimiliki oleh sasaran. Dalam melaksanakan pekerjaan

harus berkoordinasi dengan organisasi pembangunan lainnya. Selanjutnya

informasi yang disampaikan harus dua arah dan masyarakat harus ikut
dalam semua aspek kegiatan pendidikan dan penyuluhan tersebut

(Waryana, 2016)

Prinsip-prinsip penyuluhan lainnya, mengacu pada minat dan

kebutuhan masyarakat, organisasi masyarakat bawah, keragaman dan

perubahan budaya, kerjasama dan partisipatif masyarakat, demokrat

dalam penerapan ilmu, belajar sambil bekerja menggunakan metode yang

sesuai. Penyuluhan kesehatan akan efektif apabila mengacu pada minat

dan kebutuhan masyarakat. Penyuluhan kesehatan harus mengetahui

kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi dengan ketersediaan sumber

daya yang ada (Waryana, 2016)

5. Jenis Metode Penyuluhan

Penyuluhan pada prinsipnya merupakan proses komunikasi yang

memiliki kekhususan dengan cara atau metoda penyuluhan yang

beragam, berikut ini beberapa jenis metoda penyuluhan yang tertuang

pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Metode Penyuluhan

Hubungan
Metode Media yang
Penyuluh dan Pendekatan
Penyuluhan digunakan
Klien
Demonstrasi Lisan, Langsung Individu
(cara, hasil) media cetak media Kelompok
terproyeksi
Ceramah, kuliah, Lisan, Langsung Kelompok
diskusi media cetak media
terproyeksi
Pertemuan-umum Lisan, Langsung Masal
media cetak media
terproyeksi
Pameran Lisan, Langsung Masal
media cetak media
terproyeksi
Pertunjukan/ Lisan Langsung, Masal
Sandiwara/Role Tak-langsung
Playing
Radio, Kaset, CD Lisan Tak-langsung Masal
TV, Filem, VCD, Lisan media Tak-langsung Masal
DVD, Filem-strip terproyeksi
Media – cetak Media cetak Tak-langsung Masal
Sumber : Waryana, (2016)

E. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan

sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan

indera penglihatan (mata) (Notoadmojo, 2015).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2015), pengetahuan seseorang terhadap

objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis

besarnya dibagi dalam 6 (enam) tingkat pengetahuan yakni :

a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi

yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau

rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan untuk menjelaskan

secara benar objek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan

secara luas.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah di pelajari pada situasi dan kondisi nyata.

d. Analisis (anlysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih

didalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Pengukuran pengetahuan
Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis

penelitiannya, kuantitatif atau kualitatif :

a. Penelitian kuantitatif

Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawaban atas

fenomena, yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa

lama, dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode

wawancara dan angket (self administered)

1) Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan

menggunakan instrument (alat pengukur/ pengumpul data)

kuisioner. Wawancara tertutup adalah suatu wawancara dimana

jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia

dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana

yang mereka anggap paling benar atau paling tepat. Sedangkan

wawancara terbuka, dimana pertamnyaan-pertanyaan yang

diajuakan bersifat terbuka, sedangkan responden boleh menjawab

apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden

sendiri.

2) Angket tertutup atau terbuka seperti halnya wawancara, angket

juga dalam bentuk tertutup dan terbuka. Sepetinya wawancara,

angket juga dalam bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau

alat ukurnya seperti wawancara, hanya jawaban responden


disampaikan lewat tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini

sering disebut self administered atau metode mengisi sendiri.

b. Kualitatif

Pada umumnya penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab

bagaimana suatu fenomena itu terjadi, atau mengapa terjadi. Metode-

metode pengukuran pengetahuan dalam metode penelitian kualitatif

ini antara lain :

1) Wawancara mendalam

Mengukur variabel pengetahuan dengan menggunakan

metode wawancara mendalam, adalah peneliti mengajukan suatu

pertanyaan sebagai pembuka yang akhirnya memancing jawaban

yang sebanyak-banyaknya dari responden.

2) Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)

Diskusi Kelompok Terfokus atau Foccus Group Dicusion

dalam menggali informasi dari beberapa orang responden

sekaligus dalam kelompok. Jumlah kelompok dalam DKT

seyogyanya tidak terlalu banyak, tetapi juga tidak terlalu sedikit,

antara 6 sampai 10 orang. (Notoatmodjo, 2015).

4. Berbagai cara memperoleh pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi

dua, yakni :

a. Cara tradisional atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah :

1) Coba coba salah (trial and error)

2) Secara kebetulan

3) Cara kekuasaan atau otoritas

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

5) Cara akal sehat (common sense)

6) Kebenaran melalui wahyu

7) Kebenaran secara intuitif

8) Melalui jalan pikiran

9) Induksi

10) Deduksi

b. Cara moderen atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian :

Cara baru atau moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. (Notoatmodjo, 2015).


F. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi :
Pengetahuan tentang ASI Perah
(dukungan informasional)

Sikap
Pekerjaan
Pendidikan
Budaya
Status Sosial Ekonomi

Faktor Pendukung : Pelaksanaan


Ketersediaan Fasilitas ASI Perah

Keterjangkauan Fasilitas

Faktor Pendorong :
Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan
Media Promosi
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti

Sumber: Notoadmodjo, (2015) Maryunani Anik, 2015


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Keranga Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2015)

Berdasarkan kerangka teori maka kerangka konsep pada penelitian ini

adalah :

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Penyuluhan
Kesehatan

Pelaksanaan ASI
Perah

Pengetahuan
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Alat Skala


Defenisi Operasionl Cara Ukur Hasil Ukur
Penelitian Ukur Ukur
1 2 3 4 5 6
Penyuluhan Pemberian Ceramah, Pantom Dilaksanakan Interv
penyuluhan yang sebanyak 3 kali al
dilakukan kepada Ibu
Nifas tentang ASI
Perah
Pengetahuan Segala sesuatu yang FlipCahart, Kuisioner Jumlah nilai Nomi
diketahui tentang Dokumentasi rata-rata nal
ASI Perah pengetahuan
yang diperoleh
responden
sebelum
penyuluhan dan
sesudah
penyuluhan
Pelaksanaan Pelaksanaan Wawancara Kuisioner Jumlah nilai Nomi
ASI Perah Pemberian ASI perah rata-rata nal
yang dilakukan pelaksanaan
responden dimulai yang diperoleh
dari pemerahan ASI, responden
penyimpanan dan sebelum
pemberian ASI perah penyuluhan dan
kembali setelah sesudah
disimpan penyuluhan

C. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Hipotesis (Ha) yaitu :

Ha1 : Terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan tentang ASI Perah

terhadap pengetahuan tentang ASI Perah pada ibu bekerja di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Aur tahun 2023.

Ha2 : Terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan tentang ASI Perah terhadap

pelaksanaan ASI Perah pada ibu bekerja di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2023.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment design

(pre test and post test one group study), untuk menilai pengetahuan dan

pelaksanaan ASI Perah pada Ibu Bekerja di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Aur sebelum dan sesudah penyuluhan serta menilai pengaruh penyuluhan

yang diberikan (Arikunto, 2013).

Adapun desain penelitian adalah sebagai berikut:

O1 X O2 Keterangan : O1=pre-test

X = Penyuluhan

O2 = post-test

Didalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu

sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan

sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test, dan observasi sesudah


eksperimen (O2) disebut post test. Perbedaan antara O1 dan O2 diasumsikan

merupakan efek dari treatmen atau eksperimen (Arikunto, 2013).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Aur

pada bulan Februari 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh Ibu nifas yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Aur. Berdasarkan data Puskesmas Sungai

Aur jumlah Ibu Nifas sebanyak 89 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari obejek yang akan diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2015). Perhitungan

besar sampel penelitian ini dapat dicari dengan menggunakan rumus

besar sampel dari Lameshow et al.


Keterangan :

n1= n2= besar sampel minimal (per kelompok)

δ = simpang baku (4,04)8

Z (1-α) = nilai Z, derajat kepercayaan 95% (nilai α 0,05 adalah 1,96)

Z (1-β) = nilai Z pada kekuatan uji 90% (β = 10% adalah 1,28 μ1 − μ2 =

beda rata-rata pengetahuan yaitu diantara kedua intervensi yang dilakukan.

Selisih nilai mean awal dengan mean akhir skor pengetahuan 25,29

pada kelompok eksperimen dan nilai beda mean kelompok kontrol adalah

20,48. (25,29- 20,48=4,81).

Pada penelitian eksperimen, untuk mengantisipasi kemungkinan subyek

terpilih yang drop out, loss to follow up, atau subyek yang tidak taat maka

dilakukan koreksi:

15 = 17
=
n= 1−0
n
1 ,1

f
n= besar sampel yang

dihitung f= perkiraan

proporsi drop out

Berdasarkan perhitungan di atas, maka sampel pada kelompok

eksperimen dan pada kelompok kontrol masing-masing

berjumlah 17 orang.

Sampel penelitian ini adalah Ibu Nifas yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Aur dengan menggunakan tekhnik non probability

sampling yaitu purposive sampling dengan jumlah 20 orang. Dimana

pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


a. Bersedia menjadi responden.

b. Ibu bekerja yang masih cuti (masa nifas)

c. Memiliki lemari es.

Sedangkan kriteria eksklusinya adalah :

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Tidak bekerja

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner terstruktur yang diisi untuk mengetahui identitas responden (nama,

umur, usia kehamilan, paritas, pekerjaan, alamat dan pendidikan terakhir),

pengetahuan dan pelaksanaan ASI Perah oleh Ibu Bekerja.

Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan melalui

kuesioner berisi pernyataan – pernyataan yang dibuat sendiri oleh peneliti dan

telah diuji coba terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas. Valid atau

tidaknya kuesioner yang digunakan diuji dengan uji validitas dan reliabilitas.

Butir pernyataan dinyatakan valid jika nilai r hitung yang merupakan nilai

dari corrected item total correllation > r tabel. Reliable atau tidaknya

kuesioner bila dapat mengukur dua gejala yang sama dan hasil yang diperoleh

relatif sama, metode yang dipakai yaitu uji “moment product” dengan”
reliability analisis scale”.Jenis pertanyaan untuk mengukur tingkat

pengetahuan ada dua, yakni: a) favorable, dengan pilihan jawaban Benar (B)

dengan skor satu, dan Salah (S) dengan skor nol, b) unfavorable, dengan

pilihan jawaban Benar (B) dengan skor nol dan Salah (S) dengan skor satu.

Pengukuran pelaksanaan ASI Perah dilakukan menggunakan daftar

tilik yang berisikan tentang langkah-langkah pemberian ASI Perah, dimulai

dari pemerahan, penyimpanan dan pemberian ASI perah kembali pada Bayi

menggunakan skala Likers dengan indikator selalu, sering, jarang, kadang-

kadang dan tidak pernah.

E. Metoda Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung didapatkan dari

responden yaitu tentang pengetahuan dan pelaksanaan ASI Perah oleh Ibu

Bekerja. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui buku – buku literature,

jurnal dan data dari Puskesmas Sungai Aur dan Dinas Kesehatan.

F. Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data selesai, dilakukan pengolahan data :

1. Editing

Hal ini dilakukan untuk memeriksa kembali data yang diperoleh

mencakup kelengkapan/kesempurnaan data, kekeliruan pengisian data

sampel yang tidak sesuai/tidak lengkap.


2. Coding

Data yang diperoleh diberikan kode tertentu untuk memudahkan

pembacaan data.

3. Entry Data / Processing

Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari kuisioner

ke paket program komputer.

4. Cleaning Data

Kegiatan pengecekan kembali apakah data sudah dientri ada kesalahan

atau tidak. Lihat variable apakah data sudah benar atau belum

(Notoadmodjo, 2015).

G. Analisis Data

Data tentang pengetahuan pada ibu-ibu nifas yang diperoleh pada

penelitian dianalisis dengan menggunakan program komputer. Analisis data

yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik

responden (umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan) serta pengetahuan

dan pelaksanaan ASI Perah.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan uji beda rata-rata (uji t test). Uji t test

yang dilakukan adalah uji wilcoxon karena distribusi pengetahuan dan


pelaksanaan tidak normal setelah dilakukan uji normalitas dengan

menggunakan uji shapiro wilk. Uji ini dilakukan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan pengetahuan dan pelaksanaan ASI Perah oleh

Ibu Bekerja dengan tingkat kepercayaan 95%, bermakna bila pv < 0,05

(Notoadmodjo, 2015).

Anda mungkin juga menyukai