A. Injeksi
Pemberian obat parenteral/injeksi merupakan pemberian obat yang dilakukan
dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan
menggunakan spuit. pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi.
Resiko infeksi dapat terjadi bila bidan tidak memperhatikan dan melakukan tekhnik
aseptik dan antiseptik pada saat pemberian obat. Tujuannya untuk mendapatkan reaksi
yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain,untuk memperoleh reaksi
setempat (tes alergi), membantu menegakkan diagnosa (penyuntikkan zat kontras),
dan memberikan zat imunolog. Obat diberikan secara parenteral/injeksi jika obat
tersebut tidak dapat diabsorpsi, atau diabsorpsi terlalu lambat bila diberikan dengan
cara lain. Ada beberapa cara pemberian obat secara injeksi yaitu secara intra vena,
intra muscular, intra cutan, sub cutan. Peralatan yang dibutuhkan yaitu :
1. Spuit. Spuit terdiri atas tabung silinder dengan ujung uang didesain cocok
dengan jarumnya.
2. Needle. Jarum tersedia dalam kemasan tersendiri agar dapat memilih jarum
yang tepat untuk klien. Beberapa jarum telah terpasang pada spuit.
Kebanyakan jarum terbuat dari stainless dan semuanya sekali pakai
(disposable).
3. Obat. Bisa dalam wadah berupa ampul atau vial.
5. Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan
dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan
inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk bekerja secara
efektif)
6. Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak
membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh)
7. Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi
seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter
8. Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek
samping yang mungkin terjadi.Pengobatan asma harus dilakukan
secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang timbul.
Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan
dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi
informasi lengkap tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis,
aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang mungkin timbul.
Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang menjadi penyebab
timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu
membawa obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya
dengan baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini
perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin
meningkat.
3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga dalam prakteknya dikenal 2
jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer. Hasil
pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer
yang digunakan.
Nebulizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada
juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita
melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak terbuang. Keuntungan terapi
inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit memerlukan
koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal, beberapa jenis obat
dapat dicampur (misalnya salbutamol dan natrium
kromoglikat).Kekurangannya adalah karena alat cukup besar, memerlukan
sumber tenaga listrik dan relatif mahal. Prosedur Perawatan Dengan
Nebulizer yaitu :
1. Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk
beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .
2. sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu
dengan subun kemudian keringkan.
3. hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan
perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
4. pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
5. hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
6. nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan
baik.
7. duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8. apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan
nyaman pada bagian wajah.
9. apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara
gigi dan lidah.
10. bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas
dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
11. lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10
menit).
12. apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan
istirahat selama kurang lebih 5 menit.
Indikasi Dan Kontraindikasi Pemberian Obat Secara Inhalasi
1. Indikasi
· Pasien sesak nafas dan batuk broncho pneumonia
· Ppom (bronchitis, emfisema)
· Asma bronchial
· Rhinitis dan sinusitis
· Paska tracheostomi
· Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
· Selaput lendir mengering
· Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir
· Saluran pernafasan bagian atas
2. Kontraindikasi
· Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini,
membutuhkan mask / sungkup , tetapi mask efektifnya berkurang secara
spesifik. Medikasi nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara
nafas tidak ada / berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan
melalui endotracheal tube yang menggunakan tekanan positif.
· Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak dapat
menggerakkan/ memasukkan medikasi secara adekuat ke dalam saluran
nafas.
· Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability harus
dengan perlahan. Ketika di inhalasi katekolamin dapat meningkatkan
cardiac rate dan menimbulkan disritmia. Medikasi nebulizer tidak dapat
diberikan terlalu lama melalui IPPB(intermittent positive pressure
breathing), sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan bronkhospasme.
Prosedur Kerja:
1. Cek obat, waktu, jumlah dan dosis serta telinga bagian mana
2. Siapkan klien / pasien:
~ Identifikasi klien (nama, alamat, umur)
~ Sediakan asisten perawat (bila diperlukan) untuk mencegah cedera pada bayi
/ anak kecil
~ Atur posisi klien ke samping dengan telinga yg akan diobati pada bagian
atas
3. Cuci tangan
4. Memakai sarung tangan
5. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
- Jika pasien terdapat infeksi telinga (Otitis media akut (OMA))
- Gunakan kapas lidi / cotton bad dibasahi dengan NaCl kemudian bersihkan
daun telinga (meatus auditorius eksterna)
- Hangatkan obat tetes telinga, hangatkan obat kedalam air hangat dalam
waktu yg singkat
- Tarik daun telinga keatas dan ke belakang (dewasa dan anak-anak diatas 3
tahun), tarik daun telinga kebawah dan ke belakang untuk bayi
- Masukkan sejumlah tetes obat yg tepat sepanjang sisi kanal telinga
- Berikan penekanan yg lembut beberapa kali pada tragus telinga (diputar-
putar dengan jempol pada tulang kartilago)
- Anjurkan pada pasien untuk tetap posisi pasien
- Kaji respon pasien terhadap karakter dan jumlah pengeluaran, adanya
ketidaknyamanan dan sebagainya
- Rapikan alat dan buang peralatan yg tidak dipakai
- Cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan
Umumnya, 3-5 menit setelah obat disuntikkan, sistem saraf dari bagian
rahim hingga jalan lahir akan mati rasa (kebas). Setelah lewat 10 menit,
biasanya klien sudah akan benar-benar mati rasa pada daerah tersebut, atau
hingga seluruh bagian bawah tubuh. Hal ini tidak mempengaruhi kemampuan
klien dalam mengejan, klien tetap dapat mengejan dengan dibimbing dokter dan
perawat yang membantu persalinan. Obat bius itu tidak menghambat proses
persalinan. Hanya saja, klien tidak akan merasakan nyeri luar biasa saat
kontraksi semakin keras, di menit-menit terakhir sebelum si kecil lahir. Namun,
bagi klien yang kehilangan kemampuan untuk mengejan, dokter akan membantu
menggunakan forcep atau alat vakum. Sekalipun tindakan tersebut sebenarnya
menambah besarnya risiko bagi bayi, tapi bila didukung oleh keterampilan
dokter, maka klien tak perlu merasakan kekhawatiran yang berlebihan.
Pemberian Obat Epidurial
Cara Kerja :
1) Periksalah keadaan kantung air panas.
2) Isi kantung air panas dengan sejumlah air panas yang dibutuhkan.
3) Hilangkan udara yang terdapat dalam kantung air panas dengan
meletakkan kantung air panas secara mendatar, leher mulut kantung
sedikit ditinggikan, turunkan perlahan hingga udara dalam kantung
terdorong oleh air keluar.
4) Tutup kantung dengan skrup penyumbatnya.
5) Keringkan bagian luar dan dalam leher mulut kantung.
6) Periksa kantung air panas bocor ataukah tidak.
7) Pasang kantung/ sarung flannel untuk membungkus kantung air
panas.
8) Letakkan kantung itu pada kaki penderita / tempat lain yang
diinginkan dan tidak boleh pada bagian tubuh yang telanjang.
9) Pada penggunaan yang berlangsung lama, jangan sampai lupa
memeriksa kulit penderita pada tempat diletakkannya kantung.
c. Bantal Listrik
Bantal listrik jarang sekali dipergunakan. Misalkan saja seorang
penderita membutuhkannya, maka hendaknya kita selalu mengingat hal-
hal berikut ini:
1) Sebelum kita memakainya, lebih dahulu harus ada pemeriksaan apakah
kawat, steker dan sakelarnya baik keadaannya.
2) Panaskan bantal kecil pada kedudukan yang paling tinggi, kemudian
biarkan terlebih dahulu menguap (di luar tempat tidur penderita).
3) Selanjutnya pasanglah sakelar pada kedudukan arus listrik yang paling
rendah, usahakan agar sakelar tidak sampai berada di bawah selimut
penderita dan jaga pula agar tidak dapat bersentuhan dengan air.
4) Harus diamati agar penderita tidak sampai mengubah kedudukan
sakelar yang sudah ditetapkan tadi.
d. Selimut Listrik
Keuntungan
1) Memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada klien.
2) Mudah dan Praktis.
3) Memberikan rasa hangat.
4) Mengurangi dan membebaskan rasa nyeri.
Kerugian
1) Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan
meningkatkan perdarahan dan pembengkakan.
2) Perdarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasodilatasi dan
meningkatkan Perdarahan.
3) Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan
edema.
4) Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme
sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat,
mempercepat metastase (tumor sekunder).
5) Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas
dapat membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.
2. Terapi Dingin
Terapi dingin dikenal sebagai cryotherapy yang bekerja pada prinsip
pertukaran panas. Hal ini terjadi ketika menempatkan objek pendingin
dalam kontak langsung dengan objek suhu yang lebih hangat, seperti es
terhadap kulit. Objek dingin akan menyerap panas dari objek yang lebih
hangat. Setelah cedera, pembuluh darah akan memberikan oksigen dan
nutrisi kepada sel-sel yang rusak. Sel-sel di sekitar cedera meningkatkan
metabolisme dalam upaya mengkonsumsi lebih banyak oksigen.
1) Sebelum dipergunakan, periksa dahulu keadaan kantung dan kerah es.
2) Potongan es kecil- kecil dari lemari es, dimasukkan ke dalam baskom. Jika
diperlukan potongan es yang lebih kecil lagi, kecilkan dengan menggunakan
peniti atau penusuk. Untuk mengerjakannya membutuhkan alas bersih. Jika
terdapat ujung yang runcing, Tumpulkan dengan membilasnya di bawah
pancuran, kemudian isi kantung es.
3) Air yang berasal dari es mencair dan udara yang terdapat di dalam kantung es
harus di keluarkan.
4) Tutup kantung atau kerah es.
5) Setelah bagian luarnya dikeringkan, periksa kantung es jika terjadi kebocoran.
Kemudian masukkan kantung tersebut ke dalam sarung kecil yang terbuat dari
bahan flanel. Kantung tidak boleh di letakkan diatas kulit telanjang pasien.
3) Butir- Butir Es
Peralatan yang diperlukan :
1) Es sebagai bahan dari terapi dingin mudah jatuh serta sulit untuk
menjaga es di tempat.
2) Es cepat mencair dan dapat membuat berantakan terutama jika
melakukan terapi dingin di tempat tidur.
3) Es diterapkan pada permukaan sendi secara terbatas.
4) Hanya dapat diterapkan untuk jangka waktu yang singkat (10-20
menit).
5) Sulit digunakan untuk cedera yang lebih besar atau setelah operasi
karena berbagai alasan.
K. Manajemen Nyeri
Nyeri dapat didefinisikan sebagai “pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial
atau dilukiskan dalam istilah seperti kerusakan” (The International Association for the Study
of Pain, 1979). Namun dewasa ini, banyak rumah sakit yang telah melakukan upaya intensif
untuk mengelola rasa nyeri tersebut, sehingga rasa nyeri yang menyertai tindakan medis,
tindakan keperawatan, ataupun prosedur diagnostik pada pasien dapat diminimalkan atau
dilakukan tindak lanjut yang teratur, sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh rumah
sakit dan kebutuhan pasien. Nyeri yang dirasakan pasien dikelola dengan melakukan
pemantauan secara kontinyu dan terencana. Bahkan dalam akreditasi Joint Commission
International (JCI) isu manajemen nyeri ini menjadi salah satu elemen penilaian yang
dipersyaratkan untuk dipenuhi oleh pihak rumah sakit.
Dalam manajemen nyeri, terdapat empat teknik yang bisa digunakan, antara lain :
1) Stimulas kutaneus
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan melakukan stimulasi pada kulit untuk
menghilangkan nyeri.
2) Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain
sehingga kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat
dilakukan diantaranya dengan cara :
Nafas dalam lambat dan berirama
• Massage and slow, rhythmic breating
• Rhythmic singing and tapping
• Active listening
• Guided imagery (kekuatan imajinasi klien bisa dengan mendengarkan musik
yang lembut)
3) Anticipatory Guidance