Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Balakang

Fase remaja merupakan periode transisi antara fase anak-anak dan dewasa.

Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa, yaitu antara dua belas sampai tiga belas tahun hingga dua puluh

tahun ( Soekanto,2004). Remaja menurut WHO mencakup individu dengan usia sepuluh

sampai Sembilan belas tahun, sedangkan defenisi remaja menurut survey kesehatan

reproduksi remaja Indonesia adalah perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia

lima belas sampai dua puluh empat tahun ( Depkes RI,2007).

Masa remaja merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat

dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pertumbuhan dan perkembangan pada

masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Pada perempuan sudah mulai

terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma

(Hurlock, 2009 ; Proverawati & Misaroh, 2009).

Pada fase ini terjadi perubahan-perubahan baik seara biologis, kognitif, maupun

psikologis. Perubahan-perubahan ini memiliki implikasi pada remaja agar mereka dapat

memahami hal-hal yang menjadi faktor risiko kesehatan, promosi kesehatan dan perilaku

yang dapat berisiko terhadap kesehatannya. Perubahan biologis yang mendasar pada

remaja disebut pubertas. Pada perempuan, pubertas ditandai dengan terjadinya

menstruasi. Pada saat menstruasi sering muncul keluhan, khususnya pada perempuan usia

produktif. Keluhan ini tidak hanya mengganggu masalah kesehatan reproduksi, tetapi

juga dapat mengaanggu produktivitas perempuan sehari-hari. Gangguan menstruasi yang


sering dialami perempuan seperti nyeri perut bagian bawah, menstruasi yang tidak

teratur, nyeri pinggang, dan salah satunya yaitu dismenore ( Kasdu,2005). Hasil

penelitian Cakir M,et al (2000) di Amerika presenasi kejadian dismenore merupakan

gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar 63,5% diikuti oleh ketidakteraturan

menstruasi 31,2%, serta perpanjangan durasi menstruasi 5,3% (dalam Sumawati,2010)

Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot

uterus (Hillegas,2005). Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat

belangsung beberapa hari. Menurut Manuaba,1999 ada tiga tingkat derajat dismenore,

yaitu dismenore ringan, dismenore sedang, dan dismenore berat. Dismenore ringan

terjadi di skala nyeri 1-4, dismenore sedang terjadi di skala nyeri 5-6 dan dismenore berat

terjadi pada skala nyeri 7-10 (Howard, dalam Leppert,2004). Karakteristik paling

subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut (Potter,2005).

Klien sering diminta untuk menggambarkan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah

dengan menggunakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri.

Penyebab terjadinya dismenore dikarenakan adanya peningkatan produksi

prostaglandin. Peningkatan ini akan mengakibatkan kontraksi uterus dan vasokontriksi

pembuluh darah. Aliran darah yang menjuju ke uterus menurun sehingga uterus tidak

mendapat suplai oksigen yang adekuat sehingga menyebabkan nyeri. Intensitas nyeri

berbeda dipengaruhi oleh deskripsi individu tentang nyeri, persepsi dan pengalaman nyeri

(Kelly,2007).
Dari hasil survei dan wawancara yang pernah dilakukan dapat diketahui bahwa

remaja putri kurang mengetahui tentang dismenore padahal dismenore dapat

mengganggu aktifitas belajar pada remaja putri. Hal itu terjadi kemungkinan tidak adanya

pendidikan kesehatan reproduksi. Bagi pelajar, kesehatan reproduksi hanya didapatkan

dari mata pelajaran Biologi, itupun hanya membahas tentang susunan anatomi organ

reproduksi manusia beserta fungsinya. Tidak membahas permasalahan-permasalahan

yang menyertai sistem reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai