Veronica Silalahi1*
1
STIKES Katolik St.Vincentius a Paulo Surabaya, Jalan Jambi 12-18
*Email korespondensi : vero.silalahi30@gmail.com
ABSTRACT
Menstruation is a natural process in every woman and repeats itself every month. Irregular menstrual
cycles are one of the signs of menstrual disorders and can be caused by anxiety. The phenomenon found in
10 female students with the final task has anxiety and the menstrual cycle is not normal. This study's aim to
analyzed the relationship anxiety levels and the late-level menstrual. The research method is quantitative
with a correlation study, design with a cross sectional. The research sample is a final-level students of
Catholic School of Health Sciences of St.Vincentius a Paulo, Surabaya with 56 respondents. Sampling
technique using Simple Random Sampling. Anxiety levels were measured by the Psychometric Properties
of The Depression Anxiety Stress Scale 42 questionnaire (DASS 42) and the menstrual cycle by the
menstrual cycle questionnaire. The results showed 38% very severe anxiety, 23.2% no anxiety, 19.6%
severe anxiety, 12.5% moderate anxiety, 7.1% mild anxiety, and 61% normal menstrual cycles.
Correlation test result showed p = 0.098 (p>0.05) which means there is no relationship between anxiety
levels and menstrual cycles. Irregular menstrual can be caused by other factors such as weight, physical
activity. College students can maintain a diet, regular exercise, and manage anxiety.
ABSTRAK
Menstruasi adalah proses yang alami pada setiap wanita dan berulang setiap bulan. Siklus menstruasi yang
tidak teratur adalah salah satu tanda gangguan menstruasi dan dapat disebabkan oleh kecemasan.
Fenomena yang ditemukan pada 10 mahasiswi yang mengalami kecemasan dengan adanya tugas akhir dan
siklus menstruasi tidak normal. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan
dengan siklus menstruasi. Metode penelitian secara kuantitatif dengan desain penelitian studi korelasi
dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah mahasiswi tingkat akhir Stikes Katolik St.
Vincentius A Paulo Surabaya sebanyak 56 responden. Teknik sampling menggunakan Simple Random
Sampling. Tingkat kecemasan diukur dengan kuisioner Psychometric Properties of The Depression Anxiety
Stres Scale 42 (DASS 42) dan siklus menstruasi dengan kuisioner siklus menstruasi. Analisa data dengan
uji rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan 38% memiliki tingkat kecemasan sangat berat, 23.2%
tidak ada kecemasan, 19.6% tingkat kecemasan berat, 12.5% tingkat kecemasan sedang, 7.1% tingkat
kecemasan ringan dan 61% responden memiliki siklus menstruasi normal. Hasil uji korelasi menunjukkan
nilai p=0,098 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus
menstruasi. Siklus menstruasi yang tidak normal bisa disebabkan oleh faktor lain seperti berat badan,
aktivitas fisik. Mahasiswi dapat menjaga pola makan, teratur berolahraga dan mengelola kecemasan.
1
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
2
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
3
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
Karakteristik f %
Dukungan teman sebaya
Ya 56 100
Tidak
Berat badan
Kurus 12 21.4
Normal 22 39.3
Overweight 8 14.3
Obesitas 1 9 16.1
Obesitas 2 5 8.9
4
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
Tabel 2 Tingkat Kecemasan dan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Tingkat Akhir
Variable f %
Tingkat kecemasan
Tidak ada kecemasan 13 23
Kecemasan ringan 4 7
Kecemasan sedang 7 12
Kecemasan berat 11 20
Kecemasan sangat berat 21 38
Siklus Menstruasi
Normal 34 61
Tidak Normal 22 39
Berdasarkan tabel 2 diatas, dari tingkat sangat berat. Menurut Stuart dan Laraia
kecemasan didapatkan data bahwa dari 56 dalam (Sutejo, 2019), bahwa kecemasan
responden ada 21 (38%) responden memiliki berhubungan dengan adanya trauma atau
tingkat kecemasan sangat berat, 13 (23%) adanya pengalaman yang tidak
responden tidak ada kecemasan, 11 (20%) menyenangkan. Dalam hal ini, pengalaman
responden memiliki tingkat kecemasan yang tidak menyenangkan yang dialami
berat, 7(12%) responden memilikit tingkat mahasiswa selama mengikuti pembelajaran
sedang, dan 4 (7%) responden memiliki semester akhir, seperti kesulitan mencari
tingkat kecemasan ringan. Ditinjau dari referensi dalam menyelesaikan tugas akhir,
siklus menstruasi, didapatkan data dari 56 banyak tugas sehingga sulit membagi waktu,
responden ada 34 (61%) responden memiliki pembelajaran online. Peneliti berpendapat
siklus menstruasi yang normal, dan 22 bahwa terdapat kesesuaian antara fakta dan
(39%) responden memiliki siklus menstruasi teori, dimana banyaknya tugas mahasiswa
yang tidak normal. terutama semester akhir memicu kecemasan
mahasiswa. Banyaknya tugas yang
1. Tingkat Kecemasan dikerjakan mahasiswa membuat mereka
Berdasarkan hasil penelitian, kesulitan membagi waktu dan memberikan
didapatkan data bahwa 21 (38%) responden tekanan tersendiri kepada mahasiswa. Hal
memiliki tingkat kecemasan sangat berat, 13 ini juga sejalan dengan penelitian Lufthi &
(23.2%) responden tidak ada kecemasan, 11 Yaunin, (2020), bahwa kecemasan yang
(19.6%) responden memiliki tingkat muncul pada mahasiswa tingkat empat
kecemasan berat, 7 (12.5%) responden disebabkan oleh banyak faktor yaitu
memilikit tingkat sedang, dan 4 (7.1%) padatnya jadwal perkuliahan, kegiatan
responden memiliki tingkat kecemasan tutorial, praktikum, skill laboratorium, dan
ringan. Ditinjau dari pengalaman yang tidak tuntutan untuk belajar mandiri di luar jam
menyenangkan selama mengikuti kuliah. Oleh karena itu, tekanan dan beban
pembelajaran semester akhir, didapatkan 8 kondisi fisik dan mental peserta didik lebih
(38.1%) responden memiliki kecemasan
5
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
berat dibandingkan bidang pendidikan dan teori yaitu teman sebaya sebagai orang
lainnya. terdekat dengan mahasiswa dapat saling
Peneliti juga berpendapat terdapat membantu, saling memotivasi dalam proses
kesesuaian antara teori dengan fakta, yaitu pembelajaran terutama saat tugas akhir,
mahasiswa tingkat akhir akan menemui sehingga tugas bisa terselesaikan.
berbagai macam kesulitan salah satunya Namun, bila ditinjau dari dukungan
adalah kesulitan dalam mencari referensi dari keluarga, didapatkan data bahwa 21
untuk penulisan tugas akhir, khususnya pada (100%) responden yang mendapat dukungan
masa pandemi ini mahasasiwa memiliki keluarga memiliki tingkat kecemasan sangat
beberapa kesulitan saat mencari literatur berat. Menurut Stuart dan Laraia dalam
seperti sangat sulit menjangkau (Sutejo, 2019), lingkungan keluarga,
perpustakaan kampus karena jarak yang keadaan rumah yang penuh dengan
jauh, adanya batasan untuk datang pertengkaran atau ketidakpedulian orang tua
kekampus dan peminjaman buku. Hal-hal kepada anak dapat menyebabkan
inilah yang akan menghambat mahasiswi ketidaknyamanan dan rasa cemas, dan
dalam penulisan tugas akhir dan akhirnya sebaliknya. Tidak terdapat kesesuaian antara
dapat menimbulkan kecemasan bagi fakta dan teori, dimana walaupun mahasiswa
mahasiswa. Hal ini didukung oleh penelitian semester akhir sudah mendapat dukungan
yang dilakukan oleh Sawitri & Widiasavitri, keluarga baik materi, psikologis, namun
(2021) yaitu permasalahan yang mereka masih merasakan kecemasan. Hal ini
menghambat proses pengerjaan tugas akhir bisa disebabkan karena banyak mahasiswa
responden adalah sulitnya mencari referensi. yang tinggal jauh dari keluarga, dan mereka
Tidak semua referensi yang dibutuhkan tinggal di kost karena mereka tidak bisa
dapat diakses secara online, terdapat mendapatkan bantuan kapanpun mereka
beberapa referensi buku yang hanya dapat butuhkan karena tidak tinggal bersama
diakses secara offline di perpustakaan. dengan orangtua. Hal ini sejalan dengan
Perpustakaan menyediakan fasilitas penelitian yang dilakukan oleh Diferiansyah,
peminjaman buku namun dengan jarak (2015) dalam Lufthi & Yaunin, (2020)
tempuh yang dekat, sedangkan posisi tempat bahwa seseorang yang tinggal terpisah dari
tinggal responden melampaui jarak yang keluarga selama masa kuliah sering
ditentukan sehingga responden tidak dapat mengalami persaingan akademik, masalah
mengakses fasilitas tersebut. Adanya ekonomi, kesulitan mengatur waktu
hambatan inilah yang menjadi pemicu manajemen secara mandiri dan menjadi
kecemasan yang dialami oleh mahasiswa. stressor bagi mahasiswa
Ditinjau dari dukungan dari teman,
didapatkan data 13 (100%) responden tidak 2. Siklus Menstruasi
mengalami kecemasan. Menurut Stuart dan Pada variabel siklus menstruasi, bila
Laraia dalam Sutejo, (2019), teman sebaya ditinjau dari faktor berat badan, dari 34
sangat berpengaruh pada kecemasan responden (100%) yang memiliki siklus
mahasiswa, karena teman sebaya merupakan menstruasi normal, terdapat 47,1%
orang terdekat dengan mahasiswa. Jika responden memiliki kategori Indeks Massa
teman sebaya mahasiswa sering memberikan Tubuh (IMT) normal dan dari 22 responden
motivasi dalam proses pembelajaran akan (100%) yang memiliki siklus menstruasi
mengurangi kecemasan yang dialami oleh tidak normal, terdapat 40,9% responden
mahasiswa. Terdapat kesesuaian antara fakta memiliki kategori Indeks Massa Tubuh
6
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
(IMT) kurus. Perubahan berat badan akan sekali dan dari 34 responden (100%) yang
mempengaruhi fungsi menstruasi. Berat memiliki siklus menstruasi normal, terdapat
badan turun secara akut dan sedang akan 61,8% responden menyatakan melakukan
mengakibatkan gangguan pada fungsi olahraga minimal 1 minggu sekali. Tingkat
ovarium, Kondisi patologis seperti berat aktivitas fisik yang ringan dan berat dapat
badan kurang akan menyebabkan penurunan mempengaruhi menstruasi. Apabila aktivitas
berat badan sehingga dapat menyebabkan fisik dilakukan dengan intensitas sedang
siklus menstruasi yang tidak teratur maka akan memberikan manfaat bagi
(Kusmiran, 2014). Peneliti berpendapat ada kesehatan tubuh, khususnya pada kesehatan
kesesuaian antara teori dengan fakta, yaitu reproduksi (Afiyanti & Pratiwi, 2017).
responden yang mengalami siklus Menurut peneliti ada kesesuaian antara teori
menstruasi yang tidak normal dipengaruhi dengan fakta yaitu aktivitas fisik merupakan
oleh berat badan yang perubahan berat salah satu faktor yang mempengaruhi
badannya secara tidak stabil yang dapat ketidakteraturan menstruasi. Aktivitas fisik
mempengaruhi siklus menstrusi. Berat badan yang ringan seperti duduk, menonton
yang kurang atau lebih akan mempengaruhi televisi, dan bermain handpone akan
hormon-hormon pada tubuh sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya menstruasi
mempengaruhi siklus menstruasi. yang tidak normal karena aktivitas fisik
Responden yang memiliki berat badan yang ringan kurang membantu dalam proses
kurang akan beresiko mengalami siklus metabolisme tubuh, sedangkan aktivitas fisik
menstruasi yang tidak normal sedangkan yang berlebihan atau berat juga akan
berat badan normal cenderung memiliki mempengaruhi siklus menstruasi karena
siklus menstruasi yang teratur. Hal ini akan menurunkan level kadar esterogen. Jika
didukung oleh penelitian yang dilakukan aktivitas fisik dilakukan dalam intesitas
oleh Hidayah et al., (2016) yaitu individu sedang dengan olahraga minimal 1 minggu
yang memiliki status gizi kurang akan sekali, maka akan membantu proses
mengalami hambatan dengan metabolisme tubuh yang baik. Hal ini juga
menstruasinya. Kehilangan berat badan didukung oleh penelitian oleh hasil
secara besar-besaran dapat menyebabkan penelitian dari Purwati & Muslikhah, (2020)
penurunan hormon gonadotropin untuk yaitu aktivitas ringan akan meningkatkan
pengeluaran LH dan FSH yang cadangan energi di jaringan adiposa yang
mengakibatkan kadar estrogen akan turun dapat menyebabkan defisit cadangan energi
sehingga berdampak negatif pada siklus teroksidasi. Defisit cadangan teroksidasi
menstruasi dan ovulasi (Hidayah et al., akan berdampak pada siklus menstruasi
2016). Status gizi yang kurang dapat sedangkan aktivitas fisik yang berat dapat
menyebabkan anemia dan anemia sendiri menyebabkan terjadinya disfungsi
dapat terjadi bila pola menstruasi tidak hipotalamus yang menyebabkan gangguan
teratur (Sari, 2020). pada sekresi Gonadotropin-releasing
Bila ditinjau dari faktor aktivitas fisik, hormone (GnRH) dan aktivitas gonadotropin
berdasarkan hasil penelitian dari 22 sehingga menurunkan level dari serum
responden (100%) yang memiliki siklus estrogen, sehingga dalam hal ini aktivitas
menstruasi yang tidak normal, terdapat berat menyebabkan adanya gangguan siklus
81,8% responden menyatakan tidak menstruasi (Purwati & Muslikhah, 2020).
melakukan olahraga minimal 1 minggu
7
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
Siklus Menstruasi
Tingkat kecemasan
Normal tidak normal Total p-value
Responden
∑ % ∑ % ∑ %
Tidak ada kecemasan 11 84.6 2 15.4 13 100 0,098
Kecemasan Ringan 4 100 0 0 4 100
Kecemasan sedang 3 42.9 4 57.1 7 100
Kecemasan berat 4 36.4 7 63.6 11 100
Kecemasan sangat berat 12 57.1 9 42.9 21 100
Total 34 60,7 22 39,3 56 100
*Bermakna dengan p<0,05
8
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
9
Veronica Silalahi | Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir
10