NIM : 02320210084
Dalam banyak literatur auditing, tahapan persiapan audit sering disamakan dengan tahapan
perencanaan audit. Tahapan persiapan audit berisi berbagai kegiatan berkenaan dengan penerimaan
penugasan audit dan perolehan berbagai informasi yang diperlukan untuk mengembangkan
perencanaan audit dan program audit secara menyeluruh. Suatu perencanaan audit yang baik akan
mendukung auditor melaksanakan penugasan dengan efektif dan efisien. Berdasarkan cakupan
perencanaan, perencanaan audit dapat dikategorikan dalam dua kelompok utama perencanaan,
perencanaan organisasi audit dan perencanaan penugasan audit. Perencanaan organisasi audit dapat
dirinci menjadi dua jenis perencanaan, yaitu perencanaan jangka panjang, yang sering disebut sebagai
rencana strategis, dan perencanaan jangka pendek yang biasanya dalam jangka waktu satu tahun, yang
disebut perencanaan operasional. Perencanaan organisasi merupakan metode yang digunakan auditor
untuk membagi waktunya pada masing-masing penugasan dan pada masingmasing auditan.
Akuntabilitas
Semua tugas auditor pasti dikaitkan dengan peranan utamanya yaitu meningkatkan
akuntabilitas. Tidak satupun jenis audit yang dapat dipandang lebih penting daripada yang lainnnya
karena yang selalu dinilai adalah kegiatan audit secara keseluruhan dari lembaga audit. Sebagai
konsekuensinya, lembaga audit harus memandang keseluruhan penugasan audit dalam rencana
strategis sebagai suatu penugasan audit tunggal yang sangat besar.
Materialitas
Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu
salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut
dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional. Pernyataan FASB No. 2
mendefinisikan materialitas sebagai jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi
akuntansi yang, dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan
pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji
tersebut. Materialitas juga didefinisikan dalam International Accounting Standard. Menurut standar
ini, informasi dipandang sebagai material bila disajikan salah atau tidak disajikan dapat mempengaruhi
keputusan-keputusan ekonomis yang diambil oleh pengguna laporan yang mendasarkan keputusan-
keputusannya sebagian pada informasi dalam laporan keuangan. Ada lima langkah audit yang terkait
dengan penerapan konsep materialitas, dua diantaranya dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu:
1) Menetapkan penentuan awal tentang materialitas.
2) Mengalokasikan penentuan materialitas awal kepada berbagai bidang atau segmen.
Tiga langkah audit berikut juga menerapkan konsep materialitas dan dilaksanakan dalam tahapan
pelaksanaan audit, yaitu:
1) Mengestimasikan kesalahan pada setiap segmen.
2) Mengestimasikan kesalahan secara total.
3) Membandingkan estimasi kesalahan total dengan penetapan materialitas awal atau yang
sudah direvisi.
Risiko Audit
Risiko dalam audit berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu
dalam pelaksanaan audit. Risiko adalah penilaian auditor akan kemungkinan terjadi kesalahan dalam
simpulan-simpulannya yang dinyatakan dalam laporan audit. Risiko audit dapat didefinisikan sebagai
risiko yang dihadapi auditor dengan menderita kerugian karena menghasilkan laporan atau
memberikan opini audit yang tidak layak. Bila audit menggunakan pendekatan non-statistik, risiko
harus dipertimbangkan bersama-sama dengan materialitas. Auditor akan memerlukan perencanaan
berkaitan dengan risiko bila menghadapi tiga situasi berikut:
1. Bila melakukan perencanaan pekerjaan audit yang menggunakan pendekatan non-statistik.
2. Bila tingkat kesalahan dalam sampling diperkirakan akan tinggi. Hal ini akan dibahas lebih
lanjut dalam pembahasan sampling statistik pada bagian berikutnya.
3. Menilai kebergantungan kepada pengendalian intern. Hal ini akan dibahas pada bagian
pemahaman dan penilaian pengendalian intern.
Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen
audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektivitas pengendalian
intern. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bawaan adalah sifat kegiatan auditan, integritas
manajemen, motivasi manajemen, hasil audit sebelumnya, penugasan pertama atau berulang,
hubungan istimewa, transaksi nonrutin, pertimbangan yang diperlukan, kemungkinan terhadap
kecurangan, dan unsur-unsur populasi.
Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan
(salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tidak terdeteksi atau tercegah
oleh struktur pengendalian intern. Faktor yang mempengaruhi risiko pengendalian adalah efektivitas
pengendalian intern dan keandalan yang direncanakan oleh auditor. Risiko pengendalian ditetapkan
setelah auditor memahami struktur pengendalian intern auditan.
Risiko Audit yang Dapat Diterima
Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa
laporan audit tidak memberikan pendapat atau simpulan yang sesuai dengan kenyataan yang ada.
Faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima adalah tingkat ketergantungan pemakai
laporan auditan dan kemungkinan adanya permasalahan dalam organisasi auditan, seperti masalah
keuangan.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah. Perhatian harus diberikan pada
bagaimana prosedur analitis dapat membantu pencapaian risiko deteksi yang dapat diterima sebelum
memilih pengujian terinci. Pada saat hasil prosedur analitis sesuai dengan yang diharapkan dan tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, maka tidak perlu dilakukan pengujian terinci
Penjadwalan
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mungkin mempengaruhi penentuan waktu
pengujian. Jika tingkat risiko deteksi tinggi, pengujian substantif dapat dilakukan beberapa bulan
sebelum akhir tahun. Sebaliknya pada saat risiko deteksi rendah, pengujian substantif dilakukan pada
atau mendekati tanggal neraca. Akan tetapi terdapat kemungkinan bertambahnya risiko audit sampai
tanggal neraca. SAS No. 45 tentang Substantive Test Prior to Balance Sheet Date menyebutkan bahwa
kondisi yang memberikan kontribusi pada pengendalian risiko adalah:
1. Pengendalian intern yang efektif selama periode tersisa
2. Tidak ada kondisi yang mendorong manajemen untuk melakukan salah saji dalam laporan
keuangan selama periode tersisa
3. Saldo akhir tahun dari akun yang telah diuji pada tanggal interim dengan pertimbangan yang
tepat, dapat diprediksi dalam hal jumlah, signifikansi relatif serta komposisi
4. Sistem akuntansi auditan dapat memberikan informasi mengenai transaksi yang tidak biasa
maupun fluktuasi yang signifikan selama periode tersisa tersebut.