Anda di halaman 1dari 2

Reaction Paper

“Life Cycle Costing”

Oleh Kelompok 12:

1. Helmi Hauzan 1810532010


2. Nirda Andika 1810532014
3. Elsa Aisyah 1810532028

Mata Kuliah: Seminar Akuntansi Manajemen A2

Life cycle costing merupakan salah satu metode yang ditawarkan dalam rangka
penghitungan biaya yang lebih akurat dan lebih mendukung dalam pengambilan keputusan serta
dapat diaplikasikan baik pada perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa. Life cycle
costing merupakan teknik manajemen yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memonitor
biaya produk selama siklus hidupnya. Siklus hidup meliputi semua tahap, mulai dari
perancangan produk dan pembelian bahan baku hingga pengiriman dan pelayanan atas produk
yang sudah jadi. Manajer memperhatikan total biaya selama siklus hidup keseluruhan yang
biasanya dipisahkan menjadi tiga komponen, yaitu biaya hulu seperti riset dan pengembangan,
desain yang membuat prototype, pengujian, teknis, dan pengembangan kualitas, lalu biaya
produksi seperti pembelian, biaya produksi langsung, biaya produksi tidak langsung dan biaya
hilir seperti pemasaran dan distribusi pengemasan, pengangkutan, dan promosi.

Pro:

Life cycle costing memberikan perspektif jangka panjang, sehingga dapat


mempertimbangkan semua biaya selama siklus hidup produk atau jasa. Dengan adanya sistem
ini, dapat membantu meningkatkan kesadaran manajemen pada faktor-faktor yang mendorong
biaya dan sumber daya yang diperlukan oleh suatu item, sehingga bisa diberlakukan program
pengurangan biaya. Ini akan membantu manajer agar dapat memahami latar belakang teoritis
nilai waktu uang dan analisis risiko serta dampaknya terhadap proses pengambilan keputusan.
Penerapan life cycle costing dapat mengurangi biaya operasi dan biaya pemeliharaan serta
meningkatkan kinerja alat produksi melalui analisis parameter kinerja dan biaya driver. Life
cycle costing menyediakan perspektif yang lebih lengkap terkait biaya produk atau laba dari
produk/jasa. Sebagai contoh, produk yang dirancang dengan cepat dan ceroboh akan memiliki
nilai investasi yang sedikit pada biaya perancangan, akan tetapi ada kemungkinan memiliki biaya
servis dan pemasaran yang lebih tinggi pada daur hidupnya di kemudian hari. Untuk
meminimalisir kemungkinan kerugian akibat biaya servis ini maka, life cycle costing bisa
membantu memprediksikan dari awal terkait biaya-biaya yang mungkin akan muncul.

Dalam melakukan pengembangan produk industri, pada perusahaan industri manufaktur,


biaya-biaya yang dibebankan kepada produk seringkali kurang mencerminkan kondisi yang
sebenarnya. Kenyataan yang terjadi, suatu perusahaan tidak dapat menutup biaya riset dan
penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan produk baru tersebut, karena biaya overhead
yang terjadi tidak dapat ditentukan secara akurat pada fase pengembangan produk. Padahal suatu
perusahaan manufaktur dihadapkan pada persaingan pasar yang berfokus pada kemampuannya
untuk dapat melakukan proses pengembangan produk agar laba yang telah diperoleh tidak hilang
begitu saja. Apalagi bila produk yang dihasilkan adalah produk industri yang memiliki
karakteristik yang lain jika dibandingkan dengan barang konsumsi biasa. Sehingga diperlukan
suatu pembebanan biaya berdasarkan daur hidup produk (product Life-Cycle Costing) yang akan
membantu perusahaan untuk mendeteksi daur hidup produk industry yang dihasilkannya.

Kontra:

Dalam proyek life cycle costing, membutuhkan pemikiran yang sangat matang dalam
membuat produk dan sistem diagram selama pembuatan perencanaan awal yang merupakan
bagian dari sistem perancangan konseptual. Harus terdapat kesesuaian dengan syarat sistem
operasional, kinerja dan faktor efektifitas, konsep perawatan, konfigurasi sistem perencanaan,
jumlah barang yang diproduksi, faktor pemanfaatan, dukungan logistik, dan lain sebagainya
dalam implementasi life cycle costing ini. Semakin cepat berkembang suatu teknologi, menuntut
manajemen untuk selalu memantau keadaan pasar. Semakin lama waktu hidup proyek, biaya
operasi yang dikeluarkan akan berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai