Anda di halaman 1dari 16

PENGAUDITAN DAN PDE

Analisis Pengendalian Intern, Prosedur Audit, Kertas Kerja Audit Compliance dan
Substantive Tes yang Berkaitan dengan Siklus Perolehan dan Pembayaran Dimuka dan
Perlengkapan Kantor

Oleh:
Kelompok 6
Ni Komang Indira Trisnayanti (1807531002)
Ni Luh Made Dian Purnami Putri (1807531005)
Ni Putu Indah Berliana (1807531014)
I Gusti Agung Candrika Mahadewi (1807531017)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
MATERI POKOK
A. Analisis Pengendalian intern
B. Prosedur Audit
C. Kertas Kerja Audit Compliance
D. Substantive Test yang Berkaitan dengan Siklus Perolehan
E. Substantive Test yang Berkaitan dengan Siklus Pembayaran Dimuka
F. Substantive Test yang Berkaitan dengan Perlengkapan Kantor

PEMBAHASAN
A. ANALISIS PENGENDALIAN INTERN
1. Perolehan
Fungsi-fungsi usaha yang terdapat pada siklus perolehan dan pembayaran:
a. Fungsi Pemrosesan Order Pembelian
Dokumen yang berhubungan dengan fungsi pemrosesan order pembelian yaitu
permintaan pembelian (purchase requisition) dan order pembelian (purchase
order).
Pengendalian intern:
- Adanya otorisasi yang memadai untuk perolehan untuk menjamin bahwa
barang dan jasa yang dibeli sesuai dengan kepentingan perusahaan dan
mencegah pembelian barang yang tidak diperlukan atau pembelian yang
berlebihan.
- Adanya pengajuan order untuk membeli barang dan jasa.
- Order pembelian harus prenumbered dan harus mempunyai kolom dan ruang
yang cukup untuk meminimumkan kemungkinan penghilangan yang tidak
disengaja pada formulir tersebut saat barang diorder.
- Tanggung jawab otorisasi perolehan dan penerimaan barang bukan dibagian
pembelian.

b. Fungsi Penerimaan Barang dan Jasa


Dokumen yang berhubungan dengan fungsi penerimaan barang dan jasa yaitu
laporan penerimaan barang (receiving report).
Pengendalian intern:
- Barang diawasi secara fisik sejak saat diterima sampai digunakan.
- Dilakukan penelitian atas deskripsi, jumlah, saat kedatangan serta kondisi
barang saat barang diterima.
- Pegawai dibagian penerimaan harus independen dari bagian gudang dan
akuntansi.
- Catatan akuntansi hendaknya memindahkan tanggung jawab barang tersebut
dari bagian penerimaan ke gudang dan selanjutnya dari gudang ke pabrik.

c. Fungsi Pengakuan Kewajiban


Dokumen yang berhubungan dengan fungsi pengakuan kewajiban yaitu jurnal
perolehan (acquisition journal) dan nota debit (debit note). Laporan ikhtisar
perolehan (summary acquisition report) terdiri dari voucher, faktur pemasok
(vendor invoice), berkas induk hutang usaha (account payable master file), dan
neraca saldo hutang usaha (account payable trial balance).
Pengendalian intern:
- Adanya dokumen dan catatan yang memadai, prosedur penanganan catatan
yang memadai.
- Adanya pengecekan yang independen atas pelaksanaan.
- Adanya persyaratan bahwa pegawai yang mencatat perolehan tidak
mempunyai akses pada kas, efek-efek dan aktiva lainnya.

d. Fungsi Pemrosesan dan Pencatatan Kas


Dokumen yang berhubungan terhadap fungsi pemrosesan dan pencatatan kas
yaitu cek, dan jurnal pengeluaran kas (cash disbursements journal).
Pengendalian intern:
- Adanya penandatanganan setiap cek oleh orang dengan otorisasi yang
memadai.
- Pemisahan tanggung jawab antara penandatangan cek dengan pelaksana fungsi
hutang usaha.
- Adanya pemerikasaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh
penandatangan cek saat cek ditandatangani.
- Cek seharusnya prenumbered dan dicetak diatas kertas khusus sehingga sulit
mengganti nama penerima dan jumlahnya.
- Adanya pengawasan fisik atas cek yang belum diisi, dibatalkan dan yang
sudah ditandatangani.
- Setiap dokumen pendukung dibubuhi nomor cek untuk mencegah penggunaan
ulang dokumen tersebut sebagai pendukung terhadap cek lain.

2. Pembayaran Dimuka
Beban yang dibayar di muka adalah aset yang umurnya bervariasi dari beberapa
bulan hingga tahun. Contohnya sewa dibayar dimuka, hak paten, pajak dibayar
dimuka, asuransi dibayar dimuka, hak cipta, goodwill, beban yang ditangguhkan, dan
lain-lain.

Pengendalian intern
Pengendalian intern khususnya terhadap asuransi dibayar dimuka adalah dengan
mengidentifikasi polis yang berlaku terkait dengan asuransi dibayar dimuka tersebut.
Dalam melakukan hal tersebut dengan menggunakan register asuransi (insurance
register). Selain itu auditor juga dapat melakukan pengecekan terhadap ayat jurnal
yang berkaitan dengan pencatatan asuransi tersebut.
Ciri-ciri pengendalian intern yang baik atas biaya dan pajak dibayar dimuka, yaitu:
a. Pengeluaran untuk biaya dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka harus
mendapat otorisasi oleh pejabat yang berwenang.
b. Didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap.

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Biaya dan pajak Dibayar Dimuka


Untuk memeriksa dan meyakinkan:
a. Adanya pengendalian intern yang baik atas biaya dan pajak dibayar dimuka
b. Biaya yang memiliki kegunaan untuk tahun yang akan datang sudah dicatat
sebagai biaya dibayar dimuka, dan
c. Biaya dibayar dimuka yang memiliki manfaat ekonomis dalam tahun berjalan
telah dibebankan sebagai biaya dalam tahun berjalan
d. Seluruh pajak dibayar dimuka didukung dengan bukti setoran / pemotongan pajak
yang lengkap dan sah
e. Penyajian biaya dan pajak dibayar dimuka sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum
3. Perlengkapan Kantor
Perlengkapan (supplies) dalam akuntansi adalah barang-barang yang dimiliki
perusahaan yang bersifat habis dipakai ataupun bisa dipakai berulang-ulang yang
bentuknya relatif kecil dan pada umumnya bertujuan untuk melengkapi kebutuhan
bisnis perusahaan (contohnya seperti kertas, tinta printer, dan buku nota).
Perlengkapan merupakan bagian dari persediaan. Menurut ( standar akuntansi
keuangan tahun 1999 ) salah satu pengertian persediaan ialah aktiva dalam bentuk
bagan atau perlengkapan ( supplies ) untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Dua tujuan utama pengendalian persediaan menurut Carl S. Warren, Dkk dalam
buku pengantar akuntansi 1 (2017 : 344) adalah sebagai berikut.
a. Melindungi Persediaan Perlengkapan Kantor
Pengendalian atas persediaan harus dimulai saat persediaan diterima.
Dokumen-dokumen dibawah ini merupakan dokumen yang sering digunakan
untuk pengendalian persediaan (Carl S. Warren, Dkk dalam buku pengantar
akuntansi 1 (2017 : 344)):
- Pesanan pembelian
Pesanan pembelian (purchase order) memberi wewenang atas pembelian suatu
barang dari pemasok.
- Laporan penerimaan
Laporan penerimaan (receiving report) harus dilengkapi oleh departemen
penerimaan perusahaan sebagai akuntabilitas awal atas persediaan.Untuk
memastikan persediaan yang diterima adalah barang yang dipesan, laporan
penerimaan harus sesuai dengan pesanan pembelian barang yang dikeluarkan
perusahaan. Kemudian harga, jumlah dan keterangan barang dalam pesanan
pembelian dan laporan penerimaan dicocokan dengan faktor pemasok
- Faktor pemasok.
Pengendalian untuk melindungi persediaan mencakup tindakan-tindakan
pengamanan untuk mencegah kerusakan persediaan atau pencurian oleh
pelanggan atau karyawan. Contoh tingkat pengamanan meliputi :
 Persediaan harus disimpan dalam suatu area dengan akses terbatas hanya
pada karyawan yang berwenang.
 Barang berharga disimpan dalam lemari terkunci.
 Menggunakan alat, cermin dua arah, kamera dan penjagaan keamanan.
b. Melaporkan persediaan Perlengkapan Kantor
Untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan yang dilaporkan dalam
laporan keuangan, perusahaan dagang perlu melakukan perhitungan fisik
persediaan (phiscal inventory), yaitu menghitung persediaan secara fisik.Setelah
jumlah persediaan tersedia dihitung, biaya perolehan persdiaan dimasukan
kedalam laporan keuangan.

B. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit  adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pilihan
auditor tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data diperoleh,
dikirimkan, diproses, dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Pengolahan komputer
juga mempengaruhi pemilihan prosedur audit. Prosedur audit terbagi dalam 10 jenis
yaitu:
1. Inspeksi
Pemeriksaan rinci terhadap suatu dokumen dan kondisi fisik yang memiliki kaitan
dan memiliki probabilitas menghasilkan bukti untuk mendukung laporan keuangan.
2. Observasi/Pengamatan
Prosedur audit untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan yang berhubungan
dengan proses pengumpulan bukti.
3. Permintaan Keterangan (Enquiry)
Merupakan prosedur audit untuk memintai keterangan yang dilakukan oleh auditor
terhadap objek yang dianggap memiliki informasi.
4. Konfirmasi
Merupakan penyelidikan yang dilakukan auditor untuk memintai keterangan melalui
pihak ketiga untuk mendapatkan bukti.
5. Penelusuran (tracing)
Penelusuran merupakan proses pengumpulan bukti yang dilakukan oleh auditor dari
dokumen ke catatan akuntansi.
6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Berbeda dengan tracing, vouching merupakan proses pengumpulan bukti yang
dilakukan auditor dari catatan akuntansi ke dokumen. Jadi vouching merupakan
kebalikan dari tracing.
7. Perhitungan (Counting)
Prosedur ini merupakan penghitungan fisik yang dilakukan auditor di dalam
pemeriksaan untuk mendapatkan bukti. Misalnya penghitungan fisik dari jumlah
persediaan akhir.
8. Scanning
Scanning merupakan review atau penelaahan secara cepat terhadap dokumen,
catatan, dan lain untuk menemukan unsur-unsur yang bisa digunakan sebagai bukti
di dalam pemeriksaan.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming)
Proses ini merupakan pengulangan pekerjaan yang dilakukan oleh auditee untuk
mencari apakah ada hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai bukti di dalam
pemeriksaan.
10. Computer-assisted Audit Techniques
Proses ini dilakukan apabila catatan akuntansi klien direkam atau disajikan dalam
media elektronik dan sebagainya.

C. KERTAS KERJA AUDIT COMPLIANCE


Compliance Test
Tes Ketaatan atau Kepatuhan (Compliance Test) atau Test of Recorded
Transactions adalah tes terhadap bukti pembukuan yang mendukung transaksi
yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi
sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah
ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemprosesan dan
pencatatan transaksi, walaupun jumlah (Rupiah) nya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas
pengendalian intern harus dipertimbangkan juga apakah kelemahan dalam salah
satu aspek pengendalian intern bisa diatasi dengan suatu "Compensating Control",
misalnya:
Kesalahan yang Kelemahan I/C (Internal Compensating Control
Ditemukan Control)
1. Bukti pengeluaran Timbul kemungkinan 1. Subledger utang selalu di-
kas dan bukti-bukti bukti pendukung yang update dan setiap akhir bulan
pendukung tidak digunakan untuk direkonsiliasi dengan saldo
dicap lunas pembayaran yang kedua utang di buku besar
kalinya 2. Perusahaan memiliki bagian
internal audit yang cukup kuat
dan setiap bulan memeriksa
kelengkapan bukti-bukti
pengeluaran kas
2. Bukti pengeluaran Timbul kemungkinan Perusahaan menggunakan
kas tidak bernomor penyalahgunaan bukti imprest fund untuk pengeluaran ≤
urut tercetak tersebut untuk kepentingan Rp1.000.000 untuk jumlah ≥
pribadi Rp1.000.000 dibayar dengan giro
yang nomor urutannya selalu
diawasi.

Dalam melaksanakan Compliance Test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. kelengkapan bukti pendukung (Supporting Documents)

2. Kebenaran perhitungan mathemathis (Footing, Cross Footing, Extension)

3. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang

4. Kebenaran nomor perkiraan yang didebet/kredit

5. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar.

Proses compliance test biasanya dipakai untuk transaksi di bawah ini :

1. Penjualan

2. Penerimaan kas

3. Pengeluaran kas

4. Pembelian

5. Pembayaran gaji dan upah

6. Jurnal koreksi/ penyesuaian.

Compliance Test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah
perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
D. SUBSTANTIVE TEST YANG BERKAITAN DENGAN SIKLUS PEROLEHAN
1. Akun dan Kelompok Transaksi di Dalam Siklus Perolehan dan Pembayaran
Prosedur substantif adalah aktivitas yang dilakukan oleh auditor untuk
mendeteksi salah saji material atau kecurangan di tingkat asersi. Tujuan dilakukannya
prosedur pengujian dalam siklus perolehan dan pembayaran adalah untuk
mengevaluasi apakah akun yang dipengaruhi oleh perolehan barang dan jasa serta
pengeluaran kas untuk perolehan tersebut secara wajar disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Terdapat 3 kelompok transaksi yang berkaitan dengan
audit siklus perolehan yaitu:
a. Perolehan Barang dan Jasa
b. Pengeluaran Kas
c. Retur dan Cadangan Pembelian serta Potongan Pembelian

2. Fungsi Operasional serta Dokumen dan Catatan Terkait


Fungsi Dokumen yang Pengendalian Internal
Operasional Berhubungan

1. Fungsi  Permintaan  Adanya otorisasi memadai untuk


Pemrosesan Pembelian (Purchase perolehan guna menjamin bahwa
Order Requistion) barang dan jasa yang dibeli sesuai
Pembelian  Order Pembelian dengan kepentingan perusahaan
(Purchase Order) dan mencegah pembelian barang
yang tidak diperlukan.
 Adanya pengajuan order untuk
membeli barang dan jasa.
 Order pembelian harus
prenumbered dan memiliki kolom
serta ruang yang cukup untuk
meminimalisir penghilangan yang
tidak disengaja pada formulir.
 Tanggung jawab otorisasi
perolehan dan penerimaan barang
ukan dibagian pembelian.
2. Fungsi  Laporan Penerimaan  Barang diawasi secara fisik sejak
Penerimaan Barang (Receiving saat diterima hingga digunakan.
Barang dan Report)  Dilakukan penelitian atas
Jasa deskripsi, jumlah, serta kondisi
barang saat diterima.
 Pegawai di bagian penerimaan
harus independen.
3. Fungsi  Jurnal Perolehan  Adanya dokumen dan catatan yang
Pengakuan (Acquisition Journal) memadai.
Kewajiban  Nota Debet (Debet  Adanya pengecekan yang
Note) independen atas pelaksanaan.
 Laporan Ikhtisar  Adanya persyaratan bahwa
Perolehan (Summary pegawai yang mencatat perolehan
Acquistion Report) tidak mempunyai akses pada kas,
 Voucher efek-efek, dan aktiva lainnya.
 Faktur Pemasok
(Vendor Invoice)
 Berkas Induk Utang
Usaha (Account
Payable Master File)
 Neraca Saldo Utang
Usaha (Account
Payable Trial
Balance)
4. Fungsi  Cek  Adanya penandatanganan setiap
Pemrosesan  Jurnal Pengeluaran cek oleh orang dengan otorisasi
dan Kas (Cash yang memadai.
Pencatatan Disbursements  Pemisahan tanggung jawab antara
Kas Journal) penandatanganan cek dengan
pelaksana fungsi utang usaha.
 Adanya pemeriksaan yang cermat
atas dokumen pendukung oleh
penandatanganan cek saat cek
ditandatangani.
 Cek seharusnya prenumbered dan
dicetak di atas kertas khusus
sehingga sulit mengganti nama
penerima dan jumlahnya.
 Adanya pengawasan fisik atas cek
yang belum diisi, dibatalkan, dan
yang sudah ditandatangani.
 Setiap dokumen pendukung
dibubuhi nomor cek untuk
mencegah penggunaan ulang
dokumen tersebut sebagai
pendukung terhadap cek lain.

3. Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi


a. Pengujian atas Perolehan (Test of Acquisition)
Berkaitan dengan 3 fungsi, yaitu:
- Fungsi Pemrosesan Order Pembelian
- Fungsi Penerimaan Barang dan Jasa
- Fungsi Pengakuan Kewajiban
b. Pengujian atas Pembayaran
Berkaitan dengan fungsi pemrosesan dan pencatatan kas.

E. SUBSTANTIVE TEST YANG BERKAITAN DENGAN SIKLUS PEMBAYARAN


DIMUKA
Untuk memulai pemeriksaan beban dibayar di muka, maka auditor yang bertugas
terlebih dahulu harus memahami kertas kerja pemeriksan dari perusahaan klien tahun
sebelumnya. Pihak klien biasanya memiliki beragam jenis beban dibayar di muka seperti
asuransi, sewa pajak dan biaya lain-lain yang dibayar di muka.
1. Asuransi Dibayar Dimuka
Merupakan bagian dari premi asuransi yang telah dibayar tetapi belum berlaku pada
saat pelaporan Neraca.
2. Sewa Dibayar Dimuka
Merupakan beban sewa yang sebenarnya belum menjadi kewajiban yang harus
dibayarkan dalam periode yang bersangkutan, tetapi telah dibayarkan lebih dulu.
3. Pajak Dibayar Dimuka
Merupakan pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut
oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk
pajak penghasilan) atau di akhir bulan (untuk PPN).

a. Tujuan Audit Beban Dibayar di Muka

b. Prosedur Audit Beban Dibayar di Muka


Berikut merupakan prosedur audit yang perlu dilaksanakan oleh auditor pada masing-
masing akun:
1. Asuransi Dibayar di Muka
Prosedur audit yang perlu dilaksanakan untuk akun asuransi dibayar di muka:
- Meminta daftar asuransi yang dibayar di muka, dan Menyocokan dengan saldo
buku besar.
- Memeriksa polis asuransi dan bukti pembayaran premi asuransi, bila polis
tersebut disimpan oleh bank, lakukan konfirmasi kepada bank yang
bersangkutan
- Memeriksa kebenaran perhitungan premi asuransi yang dibayar di muka dan
biaya asuransi untuk tahun berjalan dengan memerhatikan periode berlakunya
polis asuransi tersebut
- Memisahkan antara biaya yang mempunyai masa manfaat jangka pendek
dengan yang jangka panjang
- Memerhatikan kecukupan jumlah asuransi atas segala macam kerugian yang
timbul.
2. Sewa Dibayar di Muka
Prosedur audit yang perlu dilaksanakan untuk akun sewa dibayar di muka:
- Meminta daftar-daftar sewa dibayar di muka dan Menyocokan dengan saldo
menurut buku besar
- Memeriksa surat kontrak sewa untuk perjanjian baru, sedangkan untuk
perjanjian lama dapat dilihat pada kertas kerja tahun sebelumnya
- Memeriksa kebenaran perhitungan sewa dibayar di muka untuk tahun berjalan
dengan memerhatikan periode berlakunya masa sewa tersebut (lakukan
rekonsiliasi dengan biaya sewa di pos laba rugi)
- Memeriksa bukti pembayaran atas penambahan sewa dibayar di muka dan
pastikan bahwa penambahan tersebut disetujui oleh pejabat yang berwenang
- Memisahkan antara biaya kontrak jangka pendek dengan jangka panjang
- Untuk kontrak sewa jangka panjang, lakukan konfirmasi atas jumlah yang
masih berlaku
- Meyakinkan bahwa peraturan perpajakan yang berlaku untuk biaya sewa telah
ditaati.
3. Pajak Dibayar di Muka
Prosedur audit yang perlu dilaksanakan untuk akun pajak dibayar di muka:
- Meminta daftar rincian pajak dibayar di muka yang meliputi jenis pajak PPh
Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 25
- Memeriksa bukti pemotongan dan bukti Surat Setoran Pajak (SSP), serta
tanggal penyetoran dan pelaporan
- Menyocokan atas bukti pemotongan dan bukti surat setoran pajak dengan
saldo di buku besar serta lakukan vouching terhadap bukti tersebut
- Melakukan rekonsiliasi antara total objek dengan tarif pajaknya (misalnya,
uang muka pajak PPh Pasal 23 = total pendapatan sewa tahun berjalan x tarif
pajaknya)
F. SUBSTANTIVE TEST YANG BERKAITAN DENGAN PERLENGKAPAN
KANTOR
Seperti halnya pada beban dibayar di muka, dalam melakukan pemeriksaan terhadap
perlengkapan kantor, auditor perlu mempelajari kertas kerja pemeriksaan perlengkapan
tahun sebelumnya agar proses pemeriksaan sejalur dan mudah dilaksanakan.
Perlengkapan kantor merupakan barang-barang yang digunakan untuk menghasilkan
suatu pekerjaan yang diharapkan di kantor. Misalnya kertas, amplop, pita, dan
sebagainya.
Ciri-ciri dari perlengkapan :
1. Tidak ada biaya penyusutan karena termasuk barang yang habis pakai.
2. Tidak bisa dijual kembali.
3. Masa manfaat atau pemakaiannya kurang dari satu tahun.
4. Dapat digunakan tanpa listrik.
5. Lebih murah dan relatif lebih kecil.
6. Tujuan utamanya hanya sebagai pelengkap (untuk melengkapi) bukan sebagai
pendukung usaha.
7. Dicatat sebagai aktiva lancar

a. Tujuan Pemeriksaan Perlengkapan Kantor


Tujuan dilaksanakannya perlengkapan kantor diantaranya adaah untuk:
- Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik terhadap
perlengkapan kantor atau tidak. Hal ini akan mempengaruhi substantive test yang
dilakukan, dimana saat internal control atas perlengkapan kantor berjalan efektif
maka luasnya pemeriksaan dapat dipersempit.
- Memeriksa apakah jumlah perlengkapan yang tersedia murni memiliki kriteria
sebagai perlengkapan dan tidak termasuk peralatan di dalamnya.
- Memeriksa setiap pembelian perlengkapan apakah ada bukti pembelian (seperti
faktur pembelian)
- Memastikan setiap pembelian perlengkapan kantor dicatat sebagai perlengkapan
pada pelaporan dan digolongkan pada kelompok aktiva lancar.
- Memastikan setiap akhir periode jumlah perlengkapan yang terpakai dicatat
sebagai beban perlengkapan yang akan dilaporkan dalam akun laba rugi.
- Memeriksa apakah penyajian perlengkapan kantor dalam laporan keuangan sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (PSAK).
b. Prosedur Audit Perlengkapan Kantor
Prosedur terkait perlengkapan kantor yang perlu dilaksanakan adalah:
- Meminta rincian daftar perlengkapan dan menyocokan dengan saldo yang ada
pada buku besar.
- Meminta bukti pembelian perlengkapan dan bukti pendukung lainnya serta
lakukan pengecekan terhadap fisik perlengkapan
- Menyocokan hasil pemeriksaan fisik dengan catatan persediaan perlengkapan.
- Memeriksa pencatatan perlengkapan dalam laporan keuangan perusahaan apakah
telah dilakukan penyesuian terhadap perlengkapan yang telah dipakai.
- Memeriksa apakah penyajian perlengkapan kantor sudah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu. 2017. “Prosedur Audit dan Jenis Bukti Audit” dalam


https://www.prosedur.my.id/2017/10/prosedur-audit-dan-jenis-bukti-audit.html?
m=1. Diakses pada 17 Maret 2021
Kita Mahasiswa Akuntansi. “Audit siklus beban dibayar dimuka - makalah audit”
http://kelompokakuntansi.blogspot.com/2016/12/audit-siklus-bebean-dibayar-
dimuka.html. Diakses pada 14 Maret 2021.
Kompasiana. 2016. “Audit Siklus Perolehan dan Pembayaran” dalam
https://www.kompasiana.com/wening_wahyuningtyas/56e53a656d7e61ab16708312/a
udit-siklus-perolehan-dan-pembayaran?page=all. Diakses pada 16 Mare 2021.

Mantaxjiwa. 2020. “Audit Beban Dibayar Dimuka” dalam


https://www.mantaxjiwa.id/2020/05/audit-beban-dibayar-dimuka.html. Diakses pada
14 Maret 2021.
Nofianti, Leny. 2013. “Modul Laboratorium Auditing” dalam
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/Modul%20Lab.%20Auditing.pdf.
Diakses pada tanggal 15 Maret 2021.
Soohendra. 2011. “Audit atas Siklus Perolehan dan Pembayaran” dalam
http://soohendra.blogspot.com/2011/02/audit-atas-siklus-perolehan-dan_18.html.
Diakses pada 15 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai