NIM :12030119420067
Kunci dalam mendeteksi fraud yang harus diingat adalah fraud dapat terjadi disebabkan karena
tidak adanya kontrol internal. Lemahnya kontrol internal lebih baik dari pada tidak ada sama
sekali kontrol internal dalam suatu entitas. Selanjutnya, kecurangan (fraud) sering kali terdeteksi
oleh intuisi, kecurigaan para penyelidik, dan manajer. Namun, dalam bab ini akan mendeteksi
kecurangan (fraud) dalam bentuk metode data pada mendeteksi bukti fraud
Asosiasi Certified Fraud Examiners (ACFE) Secara berkala melakukan studi tentang
penipuan diselesaikan sebelumnya 12 sampai 18 bulan dan melaporkan statistik
kepada masyarakat dalam bentuk Laporan Laporan berhak Bangsa (RTTN). The
ACFE telah mengeluarkan RTTN pada tahun 1996, 2002, 2004, 2006, dan 2008.
Dalam setiap RTTN, statistik menunjukkan metode pendeteksian yang lebih umum.
Di semua tahun, metode deteksi yang paling umum telah menjadi tips. Dalam
beberapa tahun, Tips mencakup sekitar dua kali lebih banyak dalam persentase deteksi
sebagai apa pun metode peringkat kedua. Dalam semua tahun, metode deteksi yang
paling tidak efektif, selain penegakan hukum, adalah audit eksternal.
Berdasarkan tabel 7.1 dapat dilihat bahwa perbandingan antara 2008 dengan 2006 berdasarkan
efektifitas hasilnya yaitu posisi pertama TIP sebesar memiliki efektifitas metode dalam
mendeteksi fraud yang baik yaitu sebesar 46,2% di tahun 2008 dan 34,2% di tahun 2006, posisi
kedua by accident yaitu sebesar 20,0% di tahun 2008 dan 25,4% di tahun 2006, posisi ketiga
internal audit yaitu sebesar 19,4% di tahun 2008 dan 20,2% di tahun 2006, posisi keempat
internal kontrol yaitu sebesar 23,3% di tahun 2008 dan 19,2% di tahun 2006, posisi kelima audit
eksternal 9,1% di tahun 2008 dan 12,0% di tahun 2006, dan posisi yang keenam pemberitahuan
polisi 3,2% di tahun 2008 dan 3,8% di tahun 2006.
Metode lain selain keenam metode efektifitas tersebut yang dapat dikembangkan untuk skema
kelompok fraud tertentu atau skema individu fraud yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi audit internal yang harus secara aktif terlibat dalam kegiatan anti fraud.
b. Mengidentifikasi kelemahan dalam kontrol internal yang dapat menyebabkan tingginya
resiko fraud.
c. Melakukan analisis secara vertikal maupun horizontal dalam laporan keuangan entitas
dan melakukan perbandingan antara unit bisnis dengan datanya.
d. Melakukan analisis rasio dari tren selama beberapa tahun periode dan membandingkan
unit bisnis lain dengan entitas secara keseluruhan.
e. Melakukan audit suprise (SIDAK).
f. Menindaklajuti pelaporan atau keluhan jika karyawan sedang melihat terindikasinya
sebuah fraud.
g. Penggalian data dalam red flags.