NIM : 20043153
Tugas Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Minggu 2
Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia membuatmu
kagum, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang
yang paling keras. (204) Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk
berbuat kerusakan di muka bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, padahal Allah
tidak menyukai kerusakan. (205) Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada
Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka
Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) seburuk-buruk tempat tinggal. (206) – (Q.S Al-
Baqarah: 204-206)
Pertanyaan: bacalah surah dan ayat diatas, jelaskan dan kaitkan ayat diatas dengan etika
lingkungan dalam berbisnis?
=> Allah swt telah menciptakan bumi dan seisi nya dengan sebaik – baiknya. Manusia tidak
bisa menjaga keindahan bumi melainkan manusia hanya bisa merusak dan mengambil
keuntungan untuk diri sendiri tanpa memikirkan keadaan dan dampak yang akan terjadi. Di
dalam Al – Qur’an Allah juga sudah menjelaskan tentang kerusakan alam baik didaratan
maupun dilautan yang dilakukan oleh manusia. Didalam etika lingkungan dalam berbisnis
sudah dijelaskan bahwa “ Perusahaan yang baik tidak hanyak peduli dengan labanya. Tetapi
juga peduli dengan lingkungannya.” Sehingga masyarakat yang berada disekitar perusahaan
tidak menjadi korban.
Instruksi:
Seksi Wilayah I Balai Pengamanan dan Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup Wilayah
Sumatera, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyegel PT. Expravet
Nasuba, Senin (17/8/2018). Perusahaan yang beralamat di Jalan K.L Yos Sudarso KM.8,8,
Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara, ini dianggap
melanggar undang-undang lingkungan hidup, membuang limbah cair ke aliran Sungai Deli.
Operasi penegakkan hukum terhadap perusahan yang bergerak pada pemotongan dan
pengolahan daging serta unggas ini dipimpin Kepala Balai Gakkum LHK Wilayah Sumatera,
Edward Sembiring. Di lokasi, tim gakkum bersama Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat
(SPORC) Brigade Macan Tutul, dan tim penyidik Seksi Wilayah I mengumpulkan sejumlah
barang bukti beserta sampel limbah cair perusahaan.
Pantauan Mongabay di lokasi, tim penyidik gakkum menelusuri arah pipa terakhir
pembuangan limbah cair ke Sungai Deli. Edward tampak geram dengan pencemaran
lingkungan yang dilihatnya itu.
“Tim silakan segel lokasi ini. Air yang mengalir dari pipa segera hentikan, jangan ada setetes
pun terbuang ke aliran Sungai Deli ini. Silahkan tutup dengan semen,” tegas Edward yang
mendapat pengawalan bersenjata lengkap SPORC Brigade Macan Tutul.
Namun, ketika penyegelan berlangsung, seorang pria datang menghampiri dan ingin
penyegelan dihentikan. “Apa-apaan ini? Kok berani menyegel dan menyemen lubang
pembuangan akhir limbah kami? Saya minta dicabut plang penyegelan,” katanya kepada
petugas. Lelaki itu bernama Hasman, HRD perusahaan. Adu argumen sempat terjadi antara
dia dan petugas.
Edward langsung menjelaskan, perusahaan diminta menaati aturan hukum. Keterangan dapat
diberikan saat proses pemeriksaan di Balai PamGakkum KLHK wilayah Sumatera, di Medan.
“Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tolong jangan begitu, kalau disegel proses produksi bisa
terganggu,” tutur Hasman.
Hasman mengatakan, proses pengolahan limbah perusahaan sedang dalam proses di Balai
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan. Dia menjelaskan, perusahaan sudah menyerahkan
pengajuan dokumen Analis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pembuangan limbah
akhir. Namun, masih ada penolakan dan perbaikan dari BLH Kota Medan.
“Semua masih dalam proses, Pak. Kan tahu sendiri, birokrasi kita lamban jadi saya minta
tolong ada kelonggaran,” katanya lagi.
Edward kembali bertanya tentang surat peringatan Pemerintahan Kota Medan kepada
perusahaan ini yang membuang limbah cairnya tidak sesuai aturan, Hasman hanya diam, lalu
mengakui surat peringatan itu sudah diterima sejak 2013 lalu.
Edward makin berang, karena sejak 2013 hingga 2018, tidak ada itikad dari perusahaan untuk
memperbaiki pembuangan limbah akhir yang masih dilakukan ke aliran Sungai Deli. Namun,
Hasman masih bersikeras agar penyegelan tidak dilakukan. Menurut dia, perusahaan sudah
mengikuti anjuran BLH Medan agar sebelum dibuang, limbah akhir diendapkan 24 jam dan
itu sudah dilakukan. “Kami juga terus memberbaiki proses pembuangan limbah akhir,”
terangnya.
Namun, pihak Gakkum Wilayah Sumatera tetap menyegel perusahaan. Menurut Edward,
yang dilakukan ini adalah perintah undang-undang. Ada Pasal 100 ayat (2) jo Pasal 20 ayat
(3) huruf a dan b jo Pasal 68 huruf b dan c; Pasal 114 dan Pasal 116 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jo Pasal 37 Jo
Pasal 40 ayat (1), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jo Permen LH Nomor 5 Tahun
2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Ancaman pidana penjara paling lama tiga tahun dan
denda paling banyak tiga miliar Rupiah.
Laporan masyarakat
Edward mengatakan, penghentian kegiatan PT. Expravet Nasuba (EN) berawal dari
pengaduan masyarakat terkait pencemaran Sungai Deli. Pada 25 Agustus 2018, Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) memverifikasi pengaduan, ditemukan fakta bahwa
perusahaan tidak memiliki izin pembuangan limbah cair serta ada saluran pembuangan tanpa
pengolahan.
Pada 13 Maret 2013, Wali Kota Medan telah memberikan sanksi administrasi, paksaan
pemerintah, kepada PT. EN berdasarkan SK No: 660.2/396.X/III/2013 atas pelanggaran yang
dilakukan. Namun, perusahaan tidak melaksanakan isi surat tersebut, bahkan tetap
membuang limbah cair langsung ke Sungai Deli.
“PT. EN diduga melanggar peraturan. Atas dasar itu, kami menyegelnya. Kami hanya
menghentikan pembuangan limbah, bukan kegiatan perusahaan,” terangnya.
Pertanyaan: