Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN PERUBAHAN

Pembahasan Kasus Komprehensif I

DOSEN PENGAJAR:

Dr. Dra. Putu Saroyini Piartrini, M.M., Ak.

DISUSUN OLEH:

(Kelompok 06)

I Made Agus Yona Surya Andika (Absen 18) (2007521177)

Gusti Ayu Agung Wulan Pramestya Putri (Absen 19) (2007521207)

Ni Wayan Ratna Pradnyana Dewi (Absen 21) (2007521218)

Ni Komang Diah Ayumi (Absen 23) (2007521233)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
I. Latar Belakang

PT Pos Indonesia adalah salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan
publik dengan memiliki jaringan pelayanan terbesar dan tersebar di seluruh pelosok tanah air.
PT Pos Indonesia telah mengalami perubahan bentuk badan hukum, yang pada awalnya
berbentuk Perum Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia. Perum Pos dan Giro adalah
perusahaan milik negara yang modalnya berasal dari negara, sedangkan PT Pos Indonesia
modalnya dapat berasal dari penjualan saham kepada masyarakat.

Lingkungan yang telah berubah adalah salah satu faktor perubahan yang ada di PT Pos
Indonesia. Adanya kemajuan teknologi merevolusi media komunikasi berbasis internet yang
tadinya hanya sebagai komplementer menjadi substitusi sepenuhnya terhadap produk PT Pos
Indonesia yang memiliki kelebihan yang tidak mampu disediakan oleh produk pos reguler.

Oleh karena keadaan ini PT Pos Indonesia dituntut untuk terus bertahan sekaligus harus
menjadi salah satu BUMN yang eksis dan mampu memberikan kontribusi keuntungan bagi
negara. PT Pos dalam posisinya saat ini harus melakukan langkah drastis untuk mengubah
perusahan dari tidak efisien menjadi efisien, dari merugi menjadi menguntungkan, dan dari
nonproduktif menjadi bertumbuh serta produktif.

II. Pembahasan
a) Alasan dan Penyebab Perubahan PT Pos Indonesia
Model Perubahan Burnes (2000: 253) mengemukakan adanya tiga macam model
perubahan organisasional, yang dikelompokkan berdasarkan frekuensi dan besaran
perubahan yang dimana dalam kasus PT. Pos Indonesia penyebab terjadinya perubahan
didasari oleh The Continuous Transformation Model of Change (Model Perubahan
Transformasi Berkelanjutan) Argumen yang dipergunakan model ini adalah, dengan
maksud agar organisasi tetap survive, organisasi harus mengembangkan kemampuan
untuk mengubah dirinya secara berkelanjutan dengan kebiasaan fundamental. Rasionalitas
untuk continuous transformation model adalah bahwa lingkungan di mana organisasi
beroperasi adalah ber- ubah, dan akan terus berubah, cepat, radikal, dan tidak dapat
diprediksi. Hanya dengan transformasi secara berkelanjutan organisasi akan dapat
menjaga dirinya agar selalu sejalan dengan lingkungannya dan bertahan.
Perubahan lingkungan yang dinamis menyebabkan kondisi pelayanan pada saat
sebelum adanya inovasi dan setelah adanya inovasi sangat berbeda, dimana kondisi
pelayanan setelah adanya inovasi sudah menggunakan sistem online dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Sebelum adanya inovasi, kondisi pelayanan
di PT Pos Indonesia masih dilakukan secara manual sehingga proses pelayanan
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan setelah inovasi. Setelah adanya inovasi,
kondisi pelayanan yang sudah menggunakan sistem online memungkinkan proses
pengiriman untuk dapat dilacak secara online di seluruh kantor pos. Dengan adanya
inovasi-inovasi tersebut PT Pos Indonesia diharapkan mampu bertahan dalam menghadapi
persaingan yang semakin kompetitif.
Selain itu, faktor-faktor yang mendorong pengembangan inovasi dari lingkungan
internal PT Pos Indonesia adalah terkait dengan SDM serta visi dan misi. Sementara itu,
pengaruh dari lingkungan eksternal antaralain kebijakan pemerintah, kemajuan teknologi,
dan munculnya jasa pengiriman swasta. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan
oleh Taufik (2005) bahwasanya faktor yang merupakan penyebab inovasi adalah
perkembangan atau kemajuan teknologi, tekanan persaingan yang ketat, perubahan atau
keinginan atau “selera” konsumen, dan peraturan atau kebijakan pemerintah.

b) Bentuk-bentuk inovasi pada PT Pos Indonesia


Bentuk-bentuk inovasi yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia seperti Pos Express,
Express Mail Service (EMS), Pos Payment, wesel pos instan dan wesel pos prima serta
perangko prisma, jaminan ganti rugi terhadap surat, dokumen, dan barang yang rusak atau
hilang, electronic mobile (e-mobile), dan mesin nomor antrian elektronik).

Tabel 1 Bentuk-bentuk inovasi PT Pos Indonesia


Bentuk Inovasi PT Pos
Tipe Inovasi Karakteristik
Indonesia
Inovasi produk Produk, jasa, atau kombinasi a) Pos Express
keduanya yang baru b) Express Mail Service (EMS)
c) Pos Payment
d) Wesel Pos Instan danWesel
Pos Prima
e) Perangko Prisma
Inovasi Proses Metode baru dalam a) Jaminan Ganti Rugi terhadap
menjalankan kegiatan bernilai surat, dokumen, dan barang
tambah (misalnya yang rusak atau hilang
distribusi atau produksi) yang b) Electronic mobile
lebih baik atau lebih murah c) Mesin nomor antrian
(elektronik)

Dari hasil di penelitian, keberhasilan inovasi yang dilakukan PT Pos Indonesia


merujuk pada teori Suherli (2010) dalam jurnal Mayangsari dkk, bahwasanya keberhasilan
itu salah satunya pada inovasi layanan PosPay, di mana layanan ini menggandeng
perusahaan lainnya untuk bisa memberikan pelayanan yang efektif dan efisien. Dengan
adanya produk inovasi layanan, seperti PosPay, PT Pos Indonesia memiliki keunggulan
pada produk yang ditawarkan karena ini merupakan produk yang berbeda dari perusahaan
jasa lainnya.

c) Kelompok Resisten dalam PT Pos Indonesia


Dari data yang diperoleh dalam penelitian sebelumnya, diketahui bahwa PT Pos
Indonesia mengalami krisis tenaga kerja dimana tenaga dengan rentang usia 22 – 30 tahun
hanya mengambil porsi sebesar 4% dari keseluruhan. Tentunya ini memprihatinkan karena
muncul potensi masalah saat perusahaan mencapai tahapan di mana tenaga yang pensiun
tidak seimbang dengan tenaga penggantinya. Masalah tidak berhenti di situ, karena
mayoritas pegawai telah berada di comfort stage. Potts dan LaMarsh (2004: 20)
menyatakan bahwa terdapat lima alasan pokok bagi seseorang untuk menolak perubahan,
yang mana pada kasus ini merupakan poin pertama yang diungkapkan oleh Potts dan
LaMarsh yaitu mereka tidak ingin meninggalkan dari posisi Sekarang ini. Mereka tidak
ingin menghentikan cara yang selalu dipergunakan, duduk bersama dengan tim yang
selama ini bekerja bersama, dan melapor kepada pimpinan sekarang ini. Mereka telah
merasa mapan dengan yang ada sekarang. Maka dari itu, ketika terjadi perubahan, gejolak
resistensi akan lebih besar ketimbang yang diperkirakan.

d) Cara mengatasi kelompok resisten dalam PT Pos Indonesia


Hal yang paling mendesak adalah perbaikan dan percepatan proses rekrutmen
karyawan baru yang memiliki kompetensi, etos kerja dan produktivitas tinggi.
Pengetahuan akan teknologi informasi, pengembangan mental yang kompetitif dan juga
berorientasi secara open minded juga perlu mendapat perhatian lebih dari manajemen.
Diperlukan juga perubahan kebijakan pemberian imbalan hasil kerja dan tunjangan-
tunjangan sebagai salah satu bentuk perhatian manajemen kepada tenaga kerja. Selain itu
agar karyawan muda mau aktif berpatisipasi dalam perubahan, menurut Greenberg dan
Baron (2003: 604) memberikan pedoman untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan
organisasi yaitu dengan:
• Educate the Work Force (Mendidik Angkatan Kerja) Kadang-kadang orang menolak
untuk berubah sebab mereka takut akan masa depannya, misalnya ketakutan akan
keamanan ekonomisnya. Sebagai bagian pendidikan pekerja tentang apa arti perubahan
organisasional bagi mereka, top-management harus menunjukkan sensitivitas
emosionalnya. Kecenderungan pada pekerja adalah takut terhadap perubahan. Oleh
karena itu, mereka harus dididik agar mengerti tentang arti perubahan organisasi bagi
mereka.
• Involve Employees in the Change Efforts (Mengikutsertakan Pekerja pada Usaha
Perubahan) Orang yang berpartisipasi dalam membuat keputusan cenderung lebih
mempunyai komitmen terhadap hasil dari keputusan daripada mereka yang tidak
terlibat. Demikian pula, pekerja yang turut serta dalam proses perubahan dapat
diharapkan hanya memiliki sedikit resistensi terhadap perubahan. Sebaliknya, pekerja
yang terlibat dalam proses perubahan dapat lebih memahami kebutuhan akan
perubahan, dan karena kurang menolak.

e) Implementasi Inovasi Perubahan di PT Pos Indonesia


Inovasi-inovasi di atas dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tantangan PT
Pos Indonesia sekarang ini. Akan tetapi, inovasi produk dan proses masih belum bisa
menjawab tantangan organisasional terkait dengan sumber daya manusia. Hal tersebut
disebabkan oleh inovasi yang telah ada sekarang ini belum mampu untuk mengatasi
tantangan organisasional terkait dengan kualitas dan kuantitas SDM.
De Jong dan Hartog (2003) dalam merinci lebih mendalam implementasi inovasi
dalam 4 tahap sebagai berikut:
a) Melihat kesempatan; kesempatan dapat berawal dari ketidakkongruenan dan
diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan pola kerja yang
diharapkan, seperti timbulnya masalah pada pola kerja yang sedang berlangsung,
adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, atau adanya indikasi trends yang
sedang berubah.
b) Mengeluarkan ide; hal ini meliputi mengemukakan suatu ide yang baru atau
memperbarui pelayanan, pertemuan dengan klien, dan teknologi pendukung.
c) Implementasi; pada tahapan ini sering juga disebut tahapan konvergen. Untuk
mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide, karyawan harus memiliki perilaku
yang mengacu pada hasil.
d) Aplikasi; dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun,
menguji, dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi
dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan.

III. Kesimpulan
Faktor-faktor yang mendorong pengembangan inovasi dari lingkungan internal PT Pos
Indonesia adalah terkait dengan SDM serta visi dan misi. Sedangkan lingkungan eksternal
adalah kebijakan pemerintah, kemajuan teknologi, dan munculnya jasa pengiriman swasta.
Bentuk-bentuk inovasi untuk menghadapi tantangan organisasional PT Pos Indonesia
adalah sebagai berikut:
a) Inovasi Produk, meliputi: layanan pos express, layanan pos payment, wesel pos prima
dan instan, serta inovasi perangko prisma.
b) Inovasi Proses, inovasi proses ini dimaksudkan untuk bisa memberikan nilai tambah
produksi atau distribusi yang lebih baik atau lebih murah, seperti: jaminan ganti rugi
(asuransi) terhadap surat, dokumen, dan paket yang rusak atau hilang, electronic
mobile, dan juga mesin nomor antrian (elektronik).
Kelompok resisten pada PT Pos Indonesia muncul karena proporsi yang tidak seimbang
antara pegawai muda dengan rentang usia di bawah 30 tahun dan pegawai yang berusia di
atas 40 tahun. Hal ini menyebabkan mayoritas pegawai telah berada di comfort stage. Maka
dari itu, ketika terjadi perubahan, gejolak resistensi akan lebih besar ketimbang yang
diperkirakan. Hal ini dapat diatasi dengan perbaikan dan percepatan proses rekrutmen
karyawan baru yang memiliki kompetensi, etos kerja dan produktivitas tinggi. Pengetahuan
akan teknologi informasi, pengembangan mental yang kompetitif dan juga berorientasi secara
open minded juga perlu mendapat perhatian lebih dari manajemen.
Inovasi-inovasi yang ada masih belum menjawab semua tantangan organisasional yang
di hadapi PT Pos Indonesia karena inovasi produk dan proses belum mampu mengatasi
masalah organisasional yang dihadapi terkait dengan kualitas dan kuantitas SDM. Oleh
karena itu diperlukan perluasan bentuk inovasi, tidak hanya pada inovasi produk dan proses
saja agar mampu menjawab tantangan organisasional terkait dengan kualitas dan kuantitas
SDM.
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, J., Hartog, D. 2003. Leadership as a Determinant of Innovative Behaviour: A


Conceptual Framework. Diakses melalui http://www.eim.net/pdf-ez/H200303.pdf
pada 20 Oktober 2021.

Mayangsari., Putrie, I., Dkk. 2012. Inovasi PT. Pos Indonesia dalam Menjaga Eksistansi dan
Daya Saing Pelayanan Publik. Diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/73220-ID-inovasi-pt-pos-indonesia-
dalam-menjaga-e.pdf pada 20 Oktober 2021.

Wibowo. 2011. Manajemen Perubahan. Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai