Hukum Upah-Minimum
Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor 07 tahun 2013
tentang upah minimum pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa upah minimum adalah upah
bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh
gubernur sebagai jaring pengaman. Upah minimum ditetapkan oleh gubernur dengan
memperhatikan rekomendasi dari dewan pengupahan provinsi dan/atau bupati/walikota.
Dasar dan wewenang penetapan upah minimum sebagaimana dijelaskan dalam peraturan
menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor 07 tahun 2013 tentang upah minimum pasal 3
adalah :
1) Penetapan upah minimum didasarkan pada kebutuhan hidup layak (KHL) dengan
memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
2) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada pencapaian
KHL.
4) Untuk pencapaian KHL sebagaimana dimaksud pada ayat (2), gubernur menetapkan
tahapan pencapaian KHL dalam bentuk peta jalan pencapaian KHL bagi perusahaan
industry padat karya tertentu dan bagi perusahaan lainnya dengan mempertimbangkan
kondisi kemampuan dunia usaha.
Maka dari itu, timbulah sebab baru yang menyebabkan pengangguran terjadi yaitu
ketika upah minimum berada diatas tingkat keseimbangan, jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan melebihi jumlah yang diminta, dan para pekerja menjadi pengangguran karena
mereka menunggu adanya lowongan pekerjaan.
Para ekonom berselisih pendapat mengenai apakah secara keseluruhan serikat pekerja
berdampak baik atau buruk bagi perekonomian. Mari kita pertimbangkan kedua sisi
perdebatan tersebut. Para ekonom berselisih pendapat mengenai apakah secara keseluruhan
serikat pekerja berdampak baik atau buruk bagi perekonomian. Mari kita pertimbangkan
kedua sisi perdebatan tersebut.
Kritikan yang ditujukan atas serikat pekerja adalah bahwa serikat pekerja hanyalah
salah satu jenis kartel. Ketika serikat pekerja menaikkan upah di atas tingkat yang berlaku di
pasar kompetitif, mereka mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja, sehingga
menyebabkan beberapa pekerja menganggur, dan menurunkan upah di sektor ekonomi
lainnya.
Pengalokasian tenaga kerja yang mengakibat akan hal ini, menurut para kritikus,
menjadi tidak efisien dan tidak merata. Tidak efisien karena upah serikat pekerja yang tinggi
mengurangi lapangan pekerjaan di perusahaan dengan serikat pekerja di bawah tingkat
efisien dan kompetitifnya. Tidak merata karena beberapa pekerja memperoleh manfaat di atas
penderitaan pekerja lainnya.
Para pendukung serikat pekerja berpendapat bahwa serikat pekerja diperlukan untuk
mengimbangi kekuasaan perusahaan-perusahaan di pasar tenaga kerja. Contoh kasus ekstrem
dari kekuasaan pasar tenaga kerja adalah kasus company town, di mana satu perusahaan
mempekerjakan hampir seluruh angkatan kerja yang ada di suatu wilayah.
Dalam sebuah company town, jika pekerja tidak menyetujui upah dan kondisi kerja
yang ditawarkan perusahaan, mereka hanya mempunyai dua pilihan, yaitu pindah dari
wilayah itu atau menganggur. Apabila tidak ada serikat pekerja, perusahaan dapat
menggunakan kekuasaan pasarnya untuk membayar upah yang lebih rendah dan memberikan
kondisi kerja yang lebih buruk daripada apabila perusahaan harus bersaing dengan
perusahaan lain untuk mendapatkan pekerja yang sama. Pada kasus ini, serikat pekerja dapat
menyeimbangkan kekuasaan pasar suatu perusahaan dan melindungi para pekerja dari
tindakan pemilik perusahaan yang seenaknya.
Para pendukung serikat pekerja juga menyatakan bahwa serikat pekerja penting bagi
perusahaan untuk menanggapi kebutuhan para pekerja. Ketika para pekerja mendapatkan
pekerjaan, para pekerja dan perusahaan harus menyetujui berbagai faktor mengenai
pekerjaan, selain dari upah: jumlah jam kerja, kondisi lembur dan sebagainya.
Pada akhirnya, Mankiw menyimpulkan bahwa tidak ada kesepakatan di antara semua
ekonom mengenai apakah serikat pekerja berdampak baik atau buruk bagi perekonomian.
Seperti institusi lainnya, pengaruh mereka mungkin memiliki dampak yang baik dalam suatu
keadaan dan berdampak buruk dalam keadaan lainnya.