Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan diantara etikawan tentang
apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut paham etika absolut denganberbagai
argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yangbersifat mutlak,
berlaku universal kapan pun dan dimanapun. Sementara itu, para penganutetika relatif dengan
berbagai argumentasi yang juga tampak masuk akal membatah hal ini. Di antara tokoh-tokoh
berpengaruh yang mendukung paham etika relatif ini adalah Joseph Fletcher (dalam Suseno,
2006), yang terkenal dengan teori etika situasional-nya.
Ia menolak adanya norma-norma moral umum karena kewajiban moral selalu bergantung
pada situasi konkrit, dan situasi konkrit ini dalam keseharianya tidak pernah sama. Tokoh pengaruh
pendukung paham etika absolut antara lain Immanuel Kant dan Jammes Rachels. Rahcels sendiri, yang walaupun
membuka pemikiranya dengan memberikan argumentasi bagi pendukung etika relatif. Ia mengatakan
bahwa ada pakok teoritis yang umum dimana ada aturan-aturan moral tertentu yang dianut secara
bersama-sama oleh semua masyarakat kerena aturan-aturan itu penting untuk kelestarian
masyarakat. Perkembangan Perilaku Moral, Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam
ilmu psikologi. Salah satu teori yang sangat berpengaruh di kemukakan oleh Kohlberg ( dalam
Atkinson et.al., 1996) dangan mengemukakan tiga tahap perkembangan moral dihubungkan
dengan pertumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang di maksud Etika Absolut dan Relative ?
3. Bagaimana perkembangan Etika dan Moral menurut Kohlberg ?
4. Apa saja teori-teori Etika ?
5. Definisi teori-teori yang ada ?
6. Bagaimana perilaku Etis dalam Akuntansi?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami penggunaan etika absolut dan relative.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami perkembangkan etika dan moral menurut para ahli.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami teori-teori etika.
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami perilaku etis dalam akuntansi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etika Absolut Versus Etika Relatif


Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan di antara para etikawan
tentangapakah etika bersifat absolut atau relatif.Penganut paham etika absolut meyakini bahwa
ada prinsip-prinsip etika yang bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan di mana
pun.Penganut etika relatif mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku
umum.Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat yang
berbeda danuntuk situasi yang berbeda pula.

2.2 Perkembangan Perilaku Moral


Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu
(adat kebiasaan atau tradisi). Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi
harapan kelompok sosial tersebut. Perilaku di luar kesadaran moral adalah perilaku yang
menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh ketidak mampuan yang
bersangkutan dalam memahami harapan kelompok sosial. Kebanyakan perilaku anak balita dapat
digolongkan ke dalam perilaku di luar kesadaran moral (unmoral behavior). Perkembangan
moral (moral development) bergantung pada perkembangan intelektual seseorang.

Tingkat (level) Sublevel Ciri Menonjol


Tingkat I 1. Orientasi pada hukuman Mematuhi peraturan untuk
(Preconventional) menghindari hukuman
Usia < 10 tahun 2. Orientasi pada hadiah Menyesuaikan diri untuk
memperoleh hadiah / pujiaan
Tingkat II 3. Orientasi anak baik Menyesuaikan diri untuk
(Conventional) menghindari celaan orang lain
Usia 10 – 13 tahun 4. Orientasi otoritas Mematuhi hokum dan
peraturan social untuk
menghindari kecaman dari
otoritas dan perasaan bersalah
karena tidak melakukan
kewajiban
Tingkat III 5. Orientasi kontrak social Tindakan yang dilaksanakan
(Postconventional) atas dasar prinsip yang di
Usia > 13 tahun sepakati Bersama masyarakat
demi kehormatan diri
6. Orientasi prinsip etika Tindakan yang didasarkan
atas prinsip etika yang
diyakini diri sendiri untuk
menghindari penghukuman
diri

2
2.3 Teori Etika
1. Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme yaitu:egoisme
psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa
semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Altruismeadalah suatu
tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang laindengan
mengorbankan kepentingan dirinya. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi olehkepentingan
diri sendiri (self-interest). mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentinganorang lain.

2. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang berarti
bermanfaat. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak padasiapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentinganindividu, sedangkan
paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak(kepentingan bersama,
kepentingan masyarakat).

3. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban.Deontologi adalah
pandangan etika normatif yang menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan kepatuhan pada
peraturan.. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil,konsekuensi, atau tujuan dari
tindakan tersebut disebut teori teleologi.

4. Teori Hak
Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atautindakan
tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun sebagaimana dikatakanoleh Bertens
(2000), teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban)karena hak tidak
dapat dipisahkan dengan kewajiban. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas,
yaitu: hak hukum (legal right), hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dan hak
kontraktual (contractual right). Hak legal adalah hak yang didasarkanatas sistem atau yuridiksi
hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negaraadalah Undang-Undang Dasar
negara yang bersangkutan. Hak moral dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu, atau
dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti
luas. Hak kontraktual mengikat individu-individu yangmembuat kesepakatan/kontrak bersama
dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing pihak.

5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Teori keutamaan tidak menyatakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yangtidak etis.
Bila ini ditanyakan pada penganut paham egoisme, maka jawabannya adalah: suatutindakan
disebut etis bila mampu memenuhi kepentingan individu (self-interest) dan suatutindakan disebut
tidak etis bila tidak mampu memenuhi kepentingan individu
yang bersangkutan. Teori ini tidak lagi memepertanyakan suatu tidakan, tetapi berangkat dari per
tanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisadisebut

3
sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia
hina.Sebenarnya, teori keutamaan bukan merupakan teori yang berdiri sendiri dan terpisah dari
teorietika tindakan (deontologi, teleologi) karena sifat keutamaan bersumber dari tindakan
yang berulang-ulang.

6. Teori Etika Teonom


Sebenarnya setiap agama mempunyai filsafat etika yang hampir sama. Salah satunyaadalah
teori etika teonom yang dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini mengatakan bahwakarakter moral
manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengankehendak Allah. Perilaku
manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendakAllah, dan perilaku manusia
dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintahAllah sebagaimana telah
dituangkan dalam kitab suci.

2.4 Etika Abad Ke-20


Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore
Kata baik adalah kunci dari moralitas, namun Moore merasa heran tidak satu pun etikawan
yang berbicara kata baik tersebut, seakan-akan hal itu sudah jelas dengan sendirinya. Ada yang
menafsirkankata baik sebagai nikmat (kaum hedonis), memenuhi keinginan individu (etika
egoisme, etika psikologis), memenuhi kepentingan orang banyak (etika utilitarianisme),
memenuhi kehendak Allah(etika teonom), dan bahkan ada yang mengatakan kata baik tidak
mempunyai arti. Suatu kata tidakdapat didefinisikan jika kata tersebut tidak lagi terdiri atas bagian-
bagian sehingga tidak dapatdianalisis. Berdasarkan penjelasan ini, menurut Moore kata baik
tidak dapat didefinisikan. Baik adalah baik, titik. Setiap usaha untuk mendefinisikannya akan
selalu menimbulkan kerancuan.

Tatanan Nilai Max Scheller


Scheller sebenarnya membantah anggapan teori imperative category Immanuel Kant
yangmengatakan bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhi kewajiban
karenakewajiban itu sendiri. Manusia wajib memenuhi sesuatu untuk mencapai sesuatu yang baik,
dan yang baik itu adalah nilai. Jadi, inti dari tindakan moral adalah tujuan merealisasi nilai-nilai
dan bukan asalmemenuhi kewajiban saja. Nilai-nilai bersifat material dan apriori. Material di sini
bukan dalam arti adakaitan dengan materi, tetapi sebagai lawan dari kata formal. Menurut Schaller,
ada empat gugus nilaiyang masing-masing mandiri dan berbeda antara satu dengan yang lain,
yaitu: (1) nilai-nilai sekitarenak atau tidak enak, (2) nilai-nilai vital, (3) nilai-nilai rohani murni,
dan (4) nilai-nilai sekitar rohkudus.

Etika Situasi Joseph Fletcher


Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika yang bersifat
mutlak.Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu bergantung pada situasi konkret.
Sesuatu ketika berada dalam situasi tertentu bisa jadi baik dan tepat, tetapi ketika berada dalam
situasi yang lain bisa jadi jelek dan salah.

4
Iris Murdoch mengamati bahwa teori-teori etika pasca-Kant yang memusatkan perhatiannya
kepada kehendak bebas tidak mengenai sasaran. Menurut Murdoch, yang khas dari teori-teori
etika paasca-Kant adalah bahwa nilai nilai moral dibuang dari dunia nyata. Teori Murdoch
menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai, melainkan kemampuan u
ntuk melihat dengan penuh kasih dan adil. Hanya pandangan yang adil dan penuh kasih yang
menghasilkan pengertian yang betul-betul benar.

Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner


Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia tidak
memadaisehingga yang diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuan. Ia
mengacu pada ilmukelakuan sederhana yang dikembangkan oleh Pavlov. Ide dasar Skinner adalah
menemukanteknologi/cara untuk mengubah perilaku. Apabila kita dapat merekayasa kondisi-
kondisi kehidupanseseorang, maka kita dapat merekayasa kelakuannya.

Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas


Etika tradisional hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalam lingkungan dekat dan
sesat.Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman global kehidupan manusia dan semua
kehidupandi dunia ini. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya dirancang etika baru yang
berfokus padatanggung jawab. Intinya adalah kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas
ketuhanan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa depan.

Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre


Maclntyre mengatakan bahwa etika pencerahan telah gagal karena pencerahan atas
namarasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi dasar rasionalitas setiap ajaran moral,
yaitu pandangan teleologis tentang manusia. Yang dimaksud oleh Maclntyre adalah pandangan d
ariAristoteles sampai dengan pandangan Thomas Aquinas bahwa manusia sebenarnya mempunyai
tujuanhakiki (telos) dan bahwa manusia hidup untuk mencapai tujuan itu.

2.5 Teori Etika dan Paradigna hakikat Manusia

1. Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika, dimana masing-
masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
2. Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir atau
pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
3. Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat
manusia.
4. Semua teori yang seolah-olah saling bertentangan tersebut sebenarnya tidaklah bertentangan.
5. Teori-teori yang tampak bagikan potongan-potongan terpisah ini dapat dipadukan menjadi satu
teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.

5
6. Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:

 Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat dan kepentingan Tuhan.


 Keseimbangan moral materi (PQ dan IQ), modal sosial (EQ) dan modal spiritual (SQ).
 Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat dan kebahgiaan batin surgawi.
 Keseimbangan antara hak (individu) dengan kewajiban kepada masyarakat dan Tuhan.

Teori Etika dan Hubungannya dengan Paradigma Hakikat Manusia dan Kecerdasan
Paradigma
No Teori Hakikat Manusia
Penataran Teori Kriteria Etis Tujuan Hidup
dan Kecerdasan
Memenuhi Kenikmatan
Tujuan dari Hakikat tidak
1 Egoisme kepentingan duniawi secara
tindakan utuh (PQ, IQ)
pribadi individu
Memberi Kesejahteraan
Tujuan dari Hakikat tidak
2 Utilitarianisme manfaat/kegunaan duniawi
tindakan utuh (PQ, IQ, EQ)
bagi banyak orang masyarakat
Tindakan itu Kewajiban mutlak Demi kewajiban Hakikat tidak
3 Deontologi-Kant
sendiri setiap orang itu sendiri utuh (IQ, EQ)
Tingkat Aturan tentang Hak
Demi martabat Hakikat tidak
4 Teori Hak kepatuhan Asasi Manusia
kemanusiaan utuh (IQ)
terhadap HAM (HAM)
Kebahagiaan
Disposisi Karakter positif- duniawi dan Hakikat tidak
5 Teori Keutamaan
Karakter negatif individu mental utuh (IQ, EQ)
(psikologis)
Karakter mulia dan Kebahagiaan
Disposisi karakter mematuhi kitab rohani (surgawi,
Hakikat utuh (PQ,
6 Teori Teonom dan tingkat suci agama masing- akhirat, maksa,
IQ, EQ, SQ)
keimanan masing individu nirmala), mental,
dan masyarakat dan duniawi

6
Hubungan antar Berbagai Teori Etika
No Teori/Dimensi Hubungan Teori
1 Tingkat kesadaran Hewani Manusiawi Transendental
2 Teori Tindakan Egoisme Utilitarianisme Teonom
3 Teori Hak dan
Hak Kewajiban
Kewajiban
4 Teori Keutamaan Manusia Hina Manusia Utama
5 Tujuan/Nilai Duniawi Surgawi
6 Pemangku Kepentingan Individu Masyarakat Tuhan
7 Kebutuhan Maslow Fisik Sosial Aktualisasi diri
8 Tingkat Perkembangan
Hukuman Prinsip
Kohlberg
9 Kecerdasan Covey PQ IQ, EQ SQ
10 Etika Nafis Psiko Etika Sosio Etika Teo Etika

Model Pengembangan Teori Etika

Paradigma Acuan Acuan Teori


Hakikat Nilai/Tujuan Tindakan
Moral/Etika
Manusia Hidup

Realisasi Nilai
Karakter Kebiasaan
Hidup

7
2.6 Tantangan ke Depan Etika Sebagai Ilmu

Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigma manusia utuh, yaitu suatu pola pikir
yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada :

1. Pertumbuhan PQ, IQ, EQ dan SQ.


2. Kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan Tuhan.
3. Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual).

Hakikat utuh manusia adalah keseimbangan yang bisa diringkas sebagai berikut:

1. Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi).


2. Keseimbangan tujuan duniawi (teori teologi) dan rohani (teori teonom).
3. Kesiembangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan masyarakat
(teori utilitarianisme).
4. Gabungan ketiga butir di atas akan menentukan karakter seseorang (teori keutamaan).
5. Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran.

2.7 Kasus
Sahrudin, Asa Pasca Tambang Rakyat
Perekonomian di Kepualauan Bangka Belitung kini Lesu. Pemerintah belum juga menyiapkan
secara matang sumber daya ekonomi pengganti pasca-penertiban tambang timah rakyat. Kondisi
ini membuat masayarakat bingung mencari sumber penghasilan baru. Namun Sahrudin (38) punya
solusi yang bukan sekadar wacana, tetapi karya nyata. Sejak munculnya euphoria penambangan
rakyat pada tahun 2002, sahrudin sudah merasa bahwa salah satu akibat yang dihasilkan dari
penambang secara instan tidak akan bertahan lama. Hasil dari penambang itu memang sangat
besar. Ibu-ibu yang melimbang timah bisa mendapat Rp 750.000 per hari. Akan tetapi apa yang
akan diwariskan kepada anak cucu kelak? “alam yang rusak dan tanah berlubang-lubang akibat
galian tambang !” ujarnya. Lubang galian tambang itulah yang terpikir olehnya untuk
dimanfaatkan. Di tempat tinggalnya, Desa Perlang, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah,
terdapat ratusan hectare lubang bekas galian tambang yang membentuk danau. Lubang galian ini
hasil eksploitasi PT. Koba Tin- perusahaan timah Malaysia terbesar di Bangka Tengah serta
aktivitas tambang rakyat. “ waktu sekolah di Bandumg, saya melihat banyak warga memanfaatkan

8
kolam-kolam kecil untuk memelihara ikan. Lalu kenapa danau yang besar-besar di desa saya tidak
bisa dimanfaatkan?” ujarnya. Lantas Sahrudin membuat proposal kerja sama yang diyujukan
kepada PT Koba Tin untuk memanfaatkan kolong timah di Kayu Arang 3 Perlang seluas 3 ha
untuk pembuatan keramba jarring apung guna memelihara ikan secara berkelompok. Tahun 2002,
PT. Koba Tin menyetujui pembuatan dua set keramba jarring-jaring apung sebanyak 12 petak,
berikut bantuan 290 ekor ikan nila induk. Tiga petak keramba diantaranya dibuat oleh kelompok
Tani Mutiara yang dipimpin oleh Sahrudin. Banyak warga Perlang mencibir usaha ini. Mereka
menganggap budi daya ikan air tawar Sahrudin sia-sia karena keuntungan tidak besar . Namun
ayah dua anak ini tidak berkecil hati. Dengan tekun ia terus mengembangkan usahanya hingga
mampu menghasilkan ribuan bibit ikan. Dari hasil penjualan bibit ikan itu. Seluruh utang
kelompok Tani Mutiara kepada PT. Koba Tin bisa dilunasi. Sifat keramba yang mudah rusak
membuat Sahrudin membuat kolam baru berupa bak dengan tetap menggunakan aliran air kolong
sebagai sumbernya Bekerja sama dengan PT. Koba Tin dan Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), kelompok Tani Mutiara ini membuat 32 kolam.
Jenis ikan yang dibudidayakan juga makin bervariasi. Setiap kolam menghasilkan sekitar 200 kg
ikan sekali panen.

Ujian Tiba

Daya juang Sahrudin diuji saat ratusan tambang timah apung beroperasi di bagian hulu koleng
seluruh ikan yang dipeliharan mati karena air yang masuk ke kolam tercemar solar dan lumput.
Para anggota kelompok Tani Mutiara putus asa karena ratusan penambang itu sulit dikendalikan.
Ratusan penambang baru ditertibkan polisi setelah mereka melaporkan situasinya kepada
Kementerian Lingkungan Hidup. Dibutuhkan waktu setahun untuk mengembalikan kualitas air
yang tercemar. “ Kami kembali bekerja dari nol, kolam-kolam sekarang massif taraf pemulihan.”
Tuturnya pemberdayaan masyarakat desa terus dilakukan oleh Sahrudin. Ia merintis pembentukan
Kelompok Tani Bina Bersama yang dipersiapkan untuk membuka wawasan tentang tentang
agrobisnis. Awalnya Sahrudin ragu karena beternak sapai merupakan budaya baru bagi masyarakat
asli Bangka. Dalam sejarah, pekerjaan utama masyarakat Bangka Belitung untuk adalah petani
lada dan penambang timah. Berkat dukungan Dinas Peternakan dan Kehutanan babel yang
memberikan pelatihan, Sahrudin dan 20 anggota kelompoknya mencoba beternak sapi. Lahan
seluas 3 ha ditanami rumput gajah sebagai pasokan pakan. Pemerintah pusat memberikan bantuan

9
sapi bergulir sebanyak 42 ekor sapi bali induk. Dengan perawatan telaten, kini jumlahnya menjadi
63 ekor. Pada tahun kedua, sapi sudah dapat digukirkan kepada anggota-anggota beru. Sahrudin
yang juga bekerja sebagai guru sekaligus wakil kepala sekolah SMK Idrus Sariah Koba mengurus
sapi sepulang mengajar. Pada hari Sabtu dan Minggu, ia kuliah untuk meraih gelar sarjana pada
Universitas Bangka Belitung. Limbah dari peternakan ini juga dikelola. Bersama Institut Pertanian
Bogor, Sahrudin membuat digester biogas yang memanfaatkan kotoran sapi diolah menjadi pupuk
organic yang bernilai ekonomis. Berkat keberhasilannya merintis pertanian terpadu itu, warga
sekitar tertarik untuk mengikuti jejak Sahrudin. Saat ini pertanian terpadu ini seringkali dijadikan
studi banding pola agrobisnis dari berbagai arah. “ Memberi contoh adalah cara terbaik untuk
menggerakkan masyarakat.” Ujarnya secara tersenuyum.

Pertanyaan:
1. Bagaiamana anda menilai pribadi sahruddin dilihat dari hakikat manusia utuh ?

 Sahrudin memiliki tenaga yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhannya.
 Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
 Sahrudin mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
 Sahrudin Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
 Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
 Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
 Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
 Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
Jika kita cermati dari kasus tersebut mungkin kita akan menemukan adanya perbedaan pribadi
sahrudin dengan sifat sifat yang dimiliki manusia pada umumnya .
Menurut kami, secara umum sahruddin memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan yang
tinggi. Jiwa kepemimpinan dan kepedulian sharuddin tercermin pada saat dimana
perekomian di kepulauan Belitung ( dimana dia tinggal ) mulai lesu dan pemerintah belum
menyiapkan sumber daya ekonomi, ia tampil sebagai tokoh masyyarakat yang mampu
memotivasi anggota masyarakat lain untuk membuat jenis usaha lain sebagai pengganti
tambang rakyat yaitu usaha bidi daya ikan air tawar. Sahruddin pun ditunjuk sebagai pemimpin

10
Kelompok tani Mutiara. Meskipun usahanya usahanya ini menunai banyak cibiran khususnya
dari warga perlang, namum sekali lagi jiwa kepemimpinannya membuat ia terus
mengembangkan usahanya.
Selain itu sahrudin juga adalah seorang wirausaha yang cerdas dan inspiratif. Ia pun
mampu menemukan peluang usaha yang nyaris tak terpikirkan oleh anggota masyarakat yang
lainnya. Sahrudin juga berinsiatif untuk membuat proposal kerja sama sama yang ditunjukkan
ke PT Koba tin , termasuk pada saat ia mengalami kendala pada operasionalia dimana sifat
keramba yang mudah rusak kemudian ia mampu mencari solusi dengan membuat kolam baru
serupa bak dengan tetap mengunakan aliran air kolong sebagai sumbernya, sahrudin juga
merupakan seorang yang pantang menyerah dimana pada saat usahanya gagal karena ulah para
penambang timah apung yang tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan semua ikan yang
ia pelihara mati. Ia tetap berinsiatif untuk merintis jenis usaha baru lagi yaitu mengelola
perternakan sapi. Padahal seluruh anggota masyarkat telah putus asa. Selain itu sahrudin adalah
sosok yang peduli terhadap lingkungan terbukti ia mampu mengelola limbah dari perternakan
itu. Dan lagi, pada saat masih ramai-ramainya penambang didaerahnya ia sudah merasa bahwa
salah satu akibat yang dihasilkan dari penambangan yang tak terkendali ini adalah kerusakan
alam.kini setelah keberhasilannya.

2. Bagaimana Anda Menjelaskan tindakan shahruddin berdasarkan teori-teori etika bisnis yang
telah anda pelajari ?

a. Teori Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa
suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya
didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.
Tindakan yang dilakukan Sahruddin membuka usaha / lapangan kerja .
b. Teori Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian
menuju pada tujuan tertentu.
Teori teteologi yang menekankan pada tujuan dari suatu tindakan dilihat dari sudut pandang.
Tujuan dati tindakan Sahrudin adalah tujuan yang baik dimana ia bertujuan untuk membantu
kondisi perekonomian yang memang menjadi buruk akibat tambang

3. Bagaimana anda menjelaskan tindakan PT Koba Tin serta dinas – dinas terkait Provinsi Babel
dalam kegiatan dengan usaha kelompok sahruddin di atas?

Peran PT Koba Tin serta dinas-dinas terkait provinsi babel dalam kegiatan usaha kelompok
Tani Mutiara yang dipimpin Sahrudin
Sahrudin sangatlah besar dan bermanfaat dalam kelangsungan usaha sahrudin,kendala
kekurangan modal yang dialami sahrudin pada awal usahanya terselesaiakan dengan pinjaman
dari PT Koba Tin dan seiring dengan perkembangan usaha yang terus maju dan pinjaman
tersebut pun dikembalikan . namum pada akhirnya gagal karena adanya ulah para penambang
yang tidak bertanggung jawab. Tapi setelah itu dinas perternakan dan provinsi bengka belitung
memberikan dukungan untuk usaha barunya yaitu perternakan sapi, bantuan tersebut berupa
bantuan sapi 42 ekor, dan usha itu pun terus berkembang dan memberikan efek yang sangat
baik untuk masyarakat sekitar terutama mengenai kondisi perekonomian.

11
2.8 Perilaku Etis dalam Akuntansi: Teori Etis
Teori etika, menetapkan prinsip yang memberikan alasan pembenaran utama untuk melakukan
tindakan apa pun. Baik egoisme maupun utilitarianisme menggunakan kebaikan konsekuensi
sebagai penentu utama apakah suatu tindakan dapat diterima secara etis. Egoisme memberi
prioritas pada alasan, "Itu menguntungkan saya." Ketika ada konflik antara sesuatu yang baik
untuk saya dan untuk masyarakat, atau ketika ada konflik antara sesuatu yang baik untuk saya dan
keadilannya, egoisme merekomendasikan tindakan mementingkan diri sendiri. Akibatnya, kita
dapat mendefinisikan egoisme sebagai teori yang menyatakan bahwa, "Seseorang harus selalu
bertindak demi kepentingan terbaiknya sendiri."
a. Egoisme
Egois mempertahankan prinsip umum dari jenis berikut: "Seseorang harus selalu bertindak
untuk kepentingannya sendiri." Kebanyakan orang saat menghadapi prinsip seperti itu berpikir
itu tidak etis. adalah prinsip yang tampaknya memajukan keegoisan, dan dalam diri kita,
Biasanya para egois menentang para moralis yang menekankan altruisme untuk mengejar
kepentingan pribadi. Para egois ingin mengklaim apa yang telah kita catat, bahwa mengejar
kepentingan diri sendiri adalah hal yang baik. Namun, kita akan melihat bahwa egois
melangkah terlalu jauh, karena selalu mengejar minat seseorang selalu mengarah pada, pada
waktu, keegoisan, dan keegoisan itu tidak bermoral. Untuk melihat ini dengan lebih jelas, kita
perlu mendefinisikan keegoisan, dan membandingkannya dengan kepentingan diri sendiri,
yang merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Pengejaran kepentingan diri sendiri tidak
buruk; mereka baik. Itu sehat jika semua orang mengejar minat mereka. Psikolog telah
menunjukkan perlunya cinta diri dan harga diri, dan keinginan mengejar proyek dan impian
seseorang.
b. Utilitarianisme
Utilitarianisme mengutamakan kepedulian terhadap kebaikan semua orang, termasuk miliknya
sendiri, tetapi kepentingannya sendiri diperhitungkan dalam keseluruhan kebaikan secara
keseluruhan. Jika minat seseorang bertentangan dengan kebaikan keseluruhan, itu
dikesampingkan. Dengan demikian, utilitarianisme menyatakan bahwa, "Tindakan-tindakan itu
harus dilakukan yang menghasilkan kebaikan terbesar bagi sejumlah besar orang.
Utilitarianisme secara signifikan berbeda dari egoisme karena konsekuensi yang digunakan
utilitarian untuk menilai nilai suatu tindakan bukan hanya konsekuensi dari agciat tetapi
mencakup konsekuensi untuk semua orang yang peduli atau terpengaruh oleh tindakan,
termasuk agen. Kita dapat menandai perbedaan dalam bagan berikut. Kami memiliki:
Lembaga Praktek Tindakan mengarah pada (b) untuk diri sendiri (egoisme)
(c) untuk semua yang terlibat,
termasuk diri sendiri
(utilitarianisme)

Utilitarianisme lebih sesuai dengan kepekaan moral kita daripada egoisme, dan mencerminkan
apa yang kita lakukan cukup sering ketika kita menemukan alasan untuk membenarkan tindakan

12
atau praktik. Melakukan sesuatu untuk membuat diri saya bahagia tidak dapat diterima kecuali
jika melakukannya saya membuat orang lain sengsara. Jika saya melakukan sesuatu yang
memaksimalkan kebahagiaan lebih dari saya sambil meninggalkan beberapa orang yang
berharga sengsara, itu adalah tindakan yang dapat dibenarkan. Ambil sebuah contoh. Misalkan
seorang akuntan membuat skema check-kiting di mana ia mengambil uang perusahaan selama
beberapa hari dan menyimpannya di akunnya sebelum memasukkannya ke dalam akun
perusahaan, sehingga mendapatkan bunga dari uang itu. Utilitarian memuji orang dan
perusahaan karena orang atau perusahaan menyediakan jasa atau barang untuk masyarakat dan
tidak merugikan secara signifikan. Seorang utilitarian menggunakan prosedur berikut untuk
membenarkan atau menuntut suatu tindakan.
c. Etika Deontologi
Mempertimbangan keadilan dan membiarkan mereka memprioritaskan konsekuensi dari
tindakan tersebut, kami mengadopsi sikap para ahli teori yang disebut "deontologis," yang
menganggap tindakan itu sendiri etis meskipun ada konsekuensi mereka. Bagi para deontolog,
hasilnya tidak membenarkan cara. Etika deontologis Manusia, karena alasan praktisnya,
mengajukan pertanyaan, "Apa yang harus dilakukan?" Tetapi pertanyaan ini dapat mengambil
dua bentuk. Jika kita tertarik untuk memenuhi kecenderungan kita, pertanyaannya memenuhi
syarat: "Apa yang harus saya lakukan, jika saya ingin memenuhi kecenderungan saya?"
Namun, kadang-kadang pertanyaannya bukanlah apa yang harus dilakukan untuk memenuhi
kecenderungan kita, tetapi apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kewajiban atau
kewajiban kita. Di sini pertanyaannya tidak memenuhi syarat: "Apa yang harus saya lakukan,
tidak ada, dan atau atau tidak?" Jawabannya keluar sebagai aturan.
d. Etika Virtue
Setelah memeriksa perspektif utilitarian dan deontologis, kita perlu mengalihkan perhatian kita
ke satu lagi pendekatan etika. Baru-baru ini disebut etika kebajikan atau karakter. Ini
membahas pertanyaan bukan tentang apa yang harus dilakukan seseorang tetapi pertanyaan
tentang apa yang seharusnya atau menjadi. Jenis kebajikan apa yang harus dicari seseorang
berkembang? Apa yang menjadikan pebisnis baik, atau apa yang membuat orang baik? Apakah
ini sama atau kompatibel? Apakah kejujuran merupakan kebajikan yang harus dikembangkan
oleh pengusaha? Kata virtue berasal dari bahasa Latin virtus yang berarti "kekuatan" atau
"kapasitas," dan virtus digunakan untuk menerjemahkan kata Yunani arete, yang berarti "sangat
baik." Bagi para filsuf Yunani kuno, terutama Aristoteles, kehidupan yang baik, kehidupan
yang baik, adalah kehidupan di mana seseorang melakukan hal-hal sesuai dengan kapasitas luar
biasa seseorang: aktivitas sesuai dengan kebajikan dua belas. 1 Kapasitas apa yang sangat baik?
Mereka yang menuntun, dengan jelas, menuju kesejahteraan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori Etika menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya keputusan moral kita.
Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku dan
tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa
dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi. Menurut teori Etika
Denteologi suatu tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan
kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat tindakan itu. Teori
Etika Teleologi menilai suatu tindakan itu baik atau buruk dari sudut tujuan,hasil,sasaran atau
keadaan optimim yang dapat dicapai. Sedangkan menurut Teori Teori Utilitarianime
menyatakan bahwa tindakan yang benar dalam situasi adalah tindakan yang menghasilkan
utilitas besar dibandingkan kemungkinan tindakan lainnya

3.2. Saran
Semoga dengan adanya pembahasan makalah kami dapat menjadi masukan dan sumber
inspirasi bagi semua orang dan semoga bermanfaat. Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa, oleh sebab itu kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat harapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak terutama dari dosen yang bersangkutan, agar ke depannya dapat
membuat yang lebih baik

14
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2014. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.

15

Anda mungkin juga menyukai