LANDASAN TEORI
A. Manajemen Masjid
1. Manajemen
mencapai tujuan.
sebagai berikut:
1
Maidawati, Pengantar Manajemen, (Padang: IAIN –IB Press Padang, 2010), h. 7
2
Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2005), h. 1
11
12
tertentu.3
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan
2. Masjid
Masjid berasal dari bahasa masjidda yang berarti tempat sujud atau
3
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006), h. 2
4
Ibid., h. 3
5
Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen menurut Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta:
Pustaka Al Husna, 1983), h. 10
13
ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh melakukan
salat di wilayah mana pun di bumi ini, kecuali di atas kuburan, di tempat
berfirman:
Pada ayat ini jelas Allah SWT telah memerintahkan pada kaum
6
Budiman Mustofa, Manajemen Masjid, (Surakarta: Ziyad, 2007), h. 28
7
Huri Yasin Husain, Fikih Masjid, (Jakarta: Al-Kautsar, 2011), h. 27
8
Muhammad. E. Ayub, et al, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.
192
14
3. Manajemen Masjid
9
Budiman Mustofa, op.cit., h. 17
15
serta wawasan dalam suatu pekerjaan agar menghasilkan hasil yang efektif
dan efisien.10
Disebut juga dengan idarah masjid ialah suatu proses atau usaha
dibagi menjadi dua bidang yaitu idarah binail ma’adiy dan idarah binail
10
Muhammad. E. Ayub, et al, op.cit., h. 13
11
Budiman Mustofa, op.cit., h. 95
12
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, (Jakarta: Al Qalam, 2009), h. 145
13
Jusmawati, dkk. Manajemen Masjid dan Aplikasinya, (Jakarta: The Minangkabau
Foundation, 2006), h. 7
16
tetap suci, terpandang, menarik dan bermanfaat bagi kehidupan umat dan
sebagainya.
pengelolaan masjid secara fisik dan fungsi masjid, untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yaitu menjadikan masjid sebagai pusat ibadah dan
yaitu:
a. Man yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun
diinginkan.
dihasilkan.14
direalisasikan.16
yang ada dalam masjid harus ikut serta berpartisipasi untuk memakmurkan
masjid.
pembinaan umat.
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat
salat, dan tempat beribadah kepadanya. Lima kali sehari semalam umat Islam
17
Ibid., h .11-12
20
pimpinan umat.
pengurus masjid dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya
18
Budiman Mustofa, op.cit., h. 7-8
19
Jusmawati, dkk., op.cit., h. 27
21
1. Perencanaan (Planning)
a. Pengertian perencanaan
20
Siswanto, Pengantar Manajemen,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 42
22
dikejar selama jangka waktu yang akan datang dan apa yang dapat
perumusan tentang apa yang ingin dicapai dan tindakan yang akan
21
George R. Terry, Prinsip-prinsipManajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksra, 2000), h. 43
22
Malayu Hasibuan, op.cit., h. 93
23
23
Ahmad Yani, op cit., h. 147
24
Departemen Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Kementrian Agama Republik
Indonesia), h. 184
24
atau perencanaan.
memakmurkan masjid.
akan dihadapi.25
perkiraan untuk hasil yang akan datang, di mana setiap organisasi tentu
yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien.
b. Langkah-langkah perencanaan
1) Prakiraan (forecasting)
pekerjaan.
3) Pemprograman (programming)
tujuan
4) Penjadwalan (scheduling)
pekerjaan
5) Penganggaran (budgeting)
policies)
27
telah ditetapkan.
ditempuh adalah:
1) Perumusan sasaran.
mencapai tujuan.
3) Penjadwalan
diselesaikan.
4) Penetapan prosedur
terlebih dahulu.28
2. Pengorganisasian (Organizing)
kuat dalam suatu wadah kelompok atau organisasi. Hal ini dilakukan
dalam satu titik arah, tindakan ini dilakukan agar anggota atau personil
28
Jusmawati, dkk. op.cit., h. 30-41
29
dapat bekerja dengan baik dan memiliki rasa kebersamaan dan tanggung
jawab.29
29
Jawahit Tanthowi, op.cit., h. 72
30
Maidawati, op.cit., h. 55
30
hubungan.31
yang utuh.32
sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka mencapai tujuan
31
Ibid., h. 118
32
Ibid., h. 33-34
33
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, Edisi Revisi, (Jakarta:PT. Bumi
Aksara,2007), h.60
31
penggunaan segala sumber daya manusia dan sumber daya keuangan dan
direncanakan.35
34
Malayu Hasibuan, op.cit., h. 119
35
Ahmad Yani, op.cit., h. 148
32
mudah, karena sudah jelas seksi apa dan atau siapa yang harus
suatu kegiatan.36
36
Ibid., h. 149
33
yang baik tersusun dan tertata dengan rapi akan mencerminkan manajemen
pengorganisasian.
3. Penggerakan (Actuating)
ayat 105 di atas bermakna “Wahai Muhammad katakanlah apa yang kamu
37
Jawahir Tanthowi, op.cit., h. 73-74
38
Departemen Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Kementrian Agama Republik
Indonesia), h. 203
34
kehendaki baik atau buruk karena Allah SWT akan menyaksikan hakikat
amal kamu dan disaksikan pula oleh rasul dan kaum mukminin, dengan
kata lain amal apa pun yang kamu kerjakan baik atau buruk maka
disaksikan oleh Allah SWT yang maha mengetahui yang ghaib dan yang
didunia ini yaitu yang menjadi saksi-saksi amal manusia lalu kamu semua
dikembalikan kepada Allah SWTpada hari kemudian dan ketika itu kamu
mereka dengan jalan mengingatkan mereka bahwa setiap amal yang baik
hakikatnya.
39
M. Munir, dkk, Manajemen Dakwah,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.
139
35
pengertian dan kesadaran terhadap dasar dari pada pekerjaan yang mereka
pemberian pimpinan serta penggerakkan orang agar kelompok itu suka dan
berikut:
usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi
40
Jawahir Tanthowi, op.cit., h. 73-74
41
Sondang P. Siagian, dkk, op.cit., h. 70
42
George R. Terry, op.cit., h. 17
36
baiknya, semua itu tidak akan berarti bagi manajer atau pengurus masjid
berjalan dengan baik. Kesadaran yang tinggi ini akan lahir dari keimanan
yang mantap.
agar dia merasa berdosa kepada Allah SWT manakala tidak menunaikan
43
Ahmad Yani, op.cit., h. 149
44
Jusmawati, op.cit., h. 71
37
Islam agar memiliki iman yang kuat, ilmu yang luas dan selalu taat
tersebut tidak ada maka kemungkinan besar jumlah jamaah akan memiliki
jumlah yang sedikit dan tentunya masjid tidak berfungsi sesuai dengan
semestinya.
dilakukan adalah:
a. Pemberian motivasi
b. Bimbingan
c. Penyelenggaraan komunikasi
45
Ahmad Yani, op.cit., h. 150
38
sebagai berikut:
ditetapkan.
terjadinya kekacauan.
dikembangkan.47
46
M. Munir, op.cit., h. 140
47
Abdul. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Isalam (Jakarta: PT Bintang Bulan, 1993),
h. 112-13
39
dan ispirasi kepada sesama pengurus dan jamaah agar dapat bertindak atau
4. Pengawasan (Controling)
48
Jusmawati, Dkk. op.cit., h. 73-84
40
terpadu.
kekacauan.50
49
Moekijat, Pengembangan Manajemen, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 12
50
George R. Terry, op.cit., h. 181-182
41
untuk hari esok sebagai perintah untuk melakukan evaluasi terhadap amal-
diperiksa tidak ada lagi kekurangan dan barang tersebut tampil sempurna
dan evaluasi.
51
Dapartemen Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Kementrian Agama Republik
Indonesia), h. 548
52
Jusmawati, dkk. op.cit., h. 83
53
Maidawati, op.cit., h. 137
42
sebelumnya.
dan harta masjid dan umat, sehingga masyarakat lebih yakin dan akhirnya
Terselenggara atau tidak, berhasil atau tidak kegiatan masjid akan terlihat
54
George R. Terry, op.cit., h. 166
55
Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid,(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1993), h. 46-47
43
dilakukan.
sebagai berikut:
mencakup standar dan metode untuk segala hal, mulai dari target
dengan rencana.
telah diukur dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Apabila
d. Melakukan perbaikan.
44
56
Maidawati, op.cit., h. 139-140
57
Abdul. Rosyad Saleh, op.cit., h. 87
45
program atau lembaga untuk melihat hasil dari kegiatan yang dilakukan,
yang ditetapkan.
C. Surau
a. Pengertian
bangunan kecil untuk ibadah umat islam.59 Surau adalah pondasi dasar
58
Jusmawati, dkk. op.cit., h. 90-94
59
Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 727
46
anak nagari.60
keputusan.
60
Mas’oed Abidin, Surau Kito, (Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau,
2004), H 19-20
61
Duski Samad, et. al, Surau di Era Otonomi, (Jakarta: The Minangkabau Foundation,
2001), h. 1
47
3) Format surau ke depan. Dalam hal ini ingin ditemukan satu model
c. Tujuan
sebagai berikut:
otonomi daerah.
62
Salmadanis, Duski Samad, Adat Basandi Syarak Nilai Aplikasinya Menuju Kembali Ke
Nagari dan Surau, (Jakarta: PT. Kartika Insan Lestari Press, 2003), h. 177
48
membangun hubungan sosial satu sama lain, yang tujuannya dapat kita
puncak bukit atau tempat yang lebih tinggi dari lingkungan karena surau
63
Duski Samad, op.cit., h.12-13
49
berbagai wilayah.
melambangkan jumlah kaum, dan jumlah gonjong yang ada pada atap
64
Silfia Hanani, Surau, Aset Lokal yang Tercecer, (Humaniora Utama Press (HUP),
(Bandung: 2002), h. 63
50
ritualisasi ibadah. Dua hal ini merupakan kontribusi surau yang strategis
masyrakat.66
65
Ibid., h. 65
66
Ibid., h. 66
51
atau Indu. Indu ialah bagian dari suku, dapat juga disamakan dengan Clan.
Surau adalah pelengkap rumah gadang (rumah besar). Tidak setiap rumah
gadang memiikinya, karena surau yang telah ada masih dapat menampung
para pemuda untuk bermalam, para musafir dan pedagang bila melewati
yang terjadi di luar desa mereka, serta situasi kehidupan di rantau. Jadi
surau mempunyai multi fungi, karena ia juga pusat informasi dan tempat
surau pada saat ini jauh dari fungsinya, di mana setip surau dan masjid
3. Fungsi surau
67
Salmadanis, op. cit., h.171
52
pengembangan tarekat).68
tetapi surau dan masjid dari segi pelaksanaan salat Jum’at memang
berbeda, karena disebabkan ukuran surau lebih kecil dari pada itu untuk
royong.
68
Ibid., h. 178
69
Bani Hidayat Mohd Shafie,dkk, Fungsi Masjid dan Surau dalam Pendidikan Islam di
Sekolah (Al Basirah 2011), Vol 1, 10, 5, 121
70
Sudarman, Arsitektur Masjid di Minangkabau dari Masa ke Masa, (Padang: Imam
Bonjol Press, 2014), h. 47
53
pengetahuan agama. Fungsi lain dari surau tidak hanya sebagai tempat