Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Musik Bagi Anak Usia Dini

Banyak orang tua yang beranggapan bahwa memberikan pendidikan musik hanya
jika sang anak menunjukkan ketertarikan dalam musik, atau jika sang anak mau
diarahkan untuk menjadi musisi. Sehingga juga tak jarang banyak orang tua yang
asal-asalan dalam memperdengarkan musik kepada anaknya, maupun dalam
memperhatikan pentingnya pendidikan musik bagi anaknya. Namun pengamat
pendidikan musik Sekolah Tinggi Kesenian Utrecht, Belanda, Suzan Lutke,
menuturkan bahwa pendidikan atau pengajaran seni musik untuk anak tidak
diarahkan untuk membuat si anak menjadi musisi.
Menurut para ahli psikologi perkembangan anak usia dini pada usia 0-6 tahun
merupakan masa golden age yaitu masa keemasan dalam perkembangan manusia
seutuhnya. Masa emas yang dimaksud adalah adanya fakta penelitian bahwa pada
masa usia ini tidak kurang dari 100 miliar sel otak siap untuk dirangsang agar
kecerdasan seseorang dapat berkembang dengan optimal. Dan tingkat kecerdasan
anak pada usia 15 tahun merupakan hasil pendidikan anak di usia dini.
Anak pada usia dini (2-4 tahun) masih sangat berorientasi pada dirinya sendiri,
minatnya lebih terarah pada dirinya sendiri dan jarang melakukan aktivitas
bersama. Periode ini merupakan periode eksploratif anak-anak. Mereka masih
belajar mengendalikan aktivitas anggota tubuhnya, seperti belajar berjalan dan
berlari. Oleh karena itu, sebaliknya rangsangan musik pada periode ini lebih
diarahkan pada upaya mendukung kebebasan melakukan aktivitas fisik dan
peningkatan kesadaran bagian tubuh (body awareness). Idealnya musik untuk anakanak usia dini mempunyai tiga komponen utama yakni: memiliki vokal, mampu
merangsang gerak, dan dapat memberikan rangsangan atau daya tarik anak untuk
mendengarkan dengan seksama atau menyimak. Beberapa pendapat mengatakan
bentuk pendidikan musik bagi anak dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
seperti : bernyanyi, menari, memperagakan lagu, dan menggambar dengan musik.
Menurut Yazejian dan Peisner Fenberg (2002), peneliti dari FPG Child
Development Institute,
pengaruh musik melalui kegiatan bermusik pada
perkembangan anak usia dini yaitu:
a. Perkembangan Psikomotorik : Pada umumnya anak usia dini sangat suka
bermain. Melalui bermain, anak dapat belajar, bergerak dan bermusik sehingga
mengembangkan kedua keterampilan motoriknya. Misalnya seorang anak yang
bermain alat musik yang
banyak menggunakan jari-jarinya dapat
mengembangkan keterampilan motorik kecilnya, sedangkan menari atau
marching band (bermain musik bersama-sama sambil berbaris) dapat
mengembangkan motorik besarnya serta dapat mengembangkan kepekaan
sensor motorik lainnya (mata dan tangannya). Dengan demikian akan
membantu anak mengharmoniskan gerakannya, meningkatkan kesadaran
tentang cara kerja tubuhnya, dan meningkatkan koordinasinya.
b. Perkembangan Sosial-Emosional : Bernyanyi dan bermain musik bersama-sama
akan membuat anak-anak berinteraksi secara wajar dan menggembirakan.
Dengan demikian anak akan menciptakan aspek-aspek penting yang berguna

bagi life-skillnya Pengalaman


bermusik akan memberikan motivasi dan
konteks bagi keterampilan anak-anak dalam berinteraksi.
c. Perkembangan Kemampuan Berbahasa : Aktivitas bermusik yang ditekankan
pada syair lagu, irama syair, pola-pola irama, ketukan yang tetap, dan
mendramatisir cerita melalui gerak dan instrument musik dapat memperluas
dan memperkuat daya ingat anak untuk membantu pengembangan pada
kemampuan berbahasa anak (Tetty Rachmi, 2008:11).
d. Perkembangan Kognitif dan Pengetahuan Umum : Musik dan gerak menjadi
sebuah alat yang ideal bagi anak-anak usia dini untuk belajar dengan cara
yang menyenangkan. Dengan demikan anak akan mendengarkan dan
memfokuskan perhatian mereka serta melatih kemampuan imitasi anak akan
pemahaman tentang bahasa dan konsep-konsep.
Menurut saya pribadi, memberikan pendidikan musik pada masa golden age ini
sangat memberikan pengaruh yang baik bagi perkembangan otak sang anak.
Terlepas apakah sang anak ingin diarahkan ke bidang musik atau tidak. Ketika sang
anak tumbuh besarpun, mempelajari musik tidak akan memberikan dampak buruk,
ataupun juga tidak akan sekadar membuang-buang waktu, khususnya jika sang
anak mempelajari musik klasik. Karena beberapa survey mengatakan bahwa ketika
seorang anak mempelajari musik klasik, maka keseimbangan otak kiri dan otak
kanannya akan lebih seimbang. Sebuah studi yang dimuat dalam Journal of
Neuroscience menyebutkan, anak-anak kecil yang belajar memainkan musik klasik
memiliki kemampuan visual sensorimotor lebih baik. Bahkan, manfaat tersebut
akan terus dirasakan sampai mereka dewasa, meski pelajaran musik tersebut tidak
dilanjutkan lagi.
Namun juga tidak ada salahnya jika memberikan genre musik yang berbeda
kepada sang anak. Seperti contohnya Joey Alexander Sila yang diperdengarkan
musik jazz semenjak ia berusia 4 tahun, dan kini ia mampu bermain jazz sampai
tingkat internasional. Lewat musik juga anak-anak dapat belajar mengekspresikan
perasaan dan imajinasinya, sehingga dari segi kejiwaan sang anak juga lebih dapat
stabil.

Samuel
Performance | Keyboard
Semester 6

Anda mungkin juga menyukai