Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP DASAR DAN SUMBER HUKUM ISLAM

Inisiasi Tuton Ke-1


Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
Program Studi Hukum
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penulis: Muhamad Kholid, S.H.,M.H.


E-mail : muhamadkholid270482@gmail.com
Penelaah : Megafury Apriandhini, S.H.,M.H.
E-mail :megafury@ecampus.ut.ac.id
1. Kerangka Dasar Ajaran Islam
a. Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam terdiri dari 2 (kata) yaitu Hukum dan Islam. Hukum adalah kaidah atau
norma yang mempunyai daya paksa secara eksternal (external power) dan terhadap
pelanggarnya akan dikenakan sanksi tertentu. Sedangkan Perkataan “islam” secara terminologi
berasal dari kata “salima” yang berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri,
dan kepatuhan. Sedangkan orang yang menerima petunjuk Tuhan dan menyerahkan diri untuk
mengikuti perintah dan larangan-Nya dinamakan Muslim.
Berdasarkan pengertian masing-masing di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa definisi Hukum Islam adalah seperangkat kaidah atau norma (body of rule) yang
bersumber dari ajaran Islam sebagaimana tertuang dalam Al-Quran dan Sunah serta kemudian
diterapkan secara nyata oleh pemeluknya, yang mana pelangggarnya diancam dengan sanksi
baik dunia maupun akhirat.
b. Kerangkan dasar memahami Agama Islam adalah:
1) Memahami substansi Islam meliputi 3 sendi utama, yaitu:
a) Akidah;
b) Syariah;
c) Akhlak.
2) Memahami teori-teori yang mendasari berlakunya hukum Islam di Indonesia, yaitu:
a) Teori Receptie in Complexu;
b) Teori Receptie;
c) Teori Receptie Exit;
d) Teori Receptie a Contrario;
e) Teori Eksistensi.
2. Syariah dan Fikih
Syariah secara terminologi berarti jalan ke sumber (mata) air sedangkan secara etimologi adalah
pedoman hidup bagi manusia yang langsung berasal dari Tuhan YME dan/atau berasal dari Nabi
Muhammad selaku Rasul-Nya yang terletak dalam Al-Qur’an dan As-sunnah.
Fikih secara terminologi berarti paham, mengerti, pintar, cerdas sedangkan secara etimologi
adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia yang
diambildari dalil-dalilnya secara detail.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa istilah syariah lebih umum dibandingkan fikih
karena ruang lingkupnya bukan hanya syariah tetapi juga akidah dan akhlak.
3. Al-Ahkam Al-Khamsah
Al-Ahkam Al-Khamsah sering dikenal dengan istilah Hukum Taklifi yaitu 5 macam kategori
penilaian mengenai benda dan tingkah laku manusia dalam Islam. Al-Ahkam Al-Khamsah terdiri dari:
a. Jaiz, ialah ukuran penilaian yang diserahkan kepada pertimbangan dan kemauan untuk
melakukan atau tidak seseorang.
b. Sunah, ialah ukuran penilaian bagi perbuatan yang dianjurkan, digemari, disukai dalam
masyarakat karena baik tujuannya.
c. Makruh, ialah ukuran penilaian bagi perbuatan yang tidak diinginkan,dibenci, dicela oleh
masyarakat karena tujuanya adalah buruk.
d. Wajib, ialah ukuran penilaian bagi perbuatan yang harus dilakukan karena memang masyarakat
menginginkannya.
e. Haram, ialah ukuran penilaian bagi perbuatan yang harus ditinggalkan karena masyarakat
memandang perbuatan tersebut tercela sehingga menjadi perbuatan terlarang.
4. Al-Maqasid As-Syariah
Al-Maqasid As-Syariah dapat diartikan dengan tujuan diberlakukannya Syariah. Abu Ishaq al-
Syatibi merumuskan 5 tujuan hukum Islam, yaitu:
1. Memelihara agama (Hifz Al-Din);
2. Memelihara jiwa (Hifz Al-Nafs);
3. Memelihara akal (Hifz Al-Aql);
4. Memelihara keturunan (Hifz Al-Nasl);
5. Memelihara harta (Hifz Al-Maal).
5. Sumber-sumber Hukum Islam
Sumber hukum Islam adalah asal atau tempat dimana pengambilan Hukum Islam yaitu berupa
dalil. Sumber-sumber Hukum Islam adalah Al-Quran, As-sunah/Al-Hadits, dan Ijtihad.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an secara terminologi adalah bacaan sedangkan menurut etimologi adalah al-Quran
adalah kalam Allah yang menjadi mukjizat, yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, yang
dituliskan di mushaf, yang dinukilkan secara mutawatir, dan dipandang ibadah bagi yang
membacanya.
Kandungan al-Quran menurut para ahli adalah tauhid; ibadah; janji dan ancaman; jalan
untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat; dan riwayat dan cerita. Hukum yang ada dalam al-
Quran adalah hukum I’tiqadiyyah; hukum moralitas; dan hukum amaliyah (terdiri dari ibadah dan
muamalah)
b. As-sunah/Al-Hadits
Pengertian Sunnah lebih umum dari pada pengertian hadits. Sunnah secara terminologi
adalah perjalanan hidup, jalan/cara, tabi’at, syari’ah sedangkan secara etimologi adalah sesuatu
yang bersumber dari Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat kemahlukan,
akhlak atau perjalanan hidupnya, baik hal tersebut terjadi ketika beliau belum menjadi rasul atau
sesudah menjadi rasul. Sedangkan pengertian hadits secara terminologi berarti kabar, kejadian,
sesuatu yang baru, perkataan, hikayat dan cerita. Sedangkan secara etimologi adalah sesuatu
yang diriwayatkan dari Rasulullah baik perkataan (qauliyah), perbuatan (fi’liyah), dan ketetapannya
(taqririyah) setelah beliau diangkat sebagai Nabi.
Fungsi hadits terhadap al-Quran adalah bayan tafsir (menerangkan ayat yang umum); bayan
taqrir (memperkokoh dan menguatkan pernyataan al-Quran); dan bayan taudhih (menerangkan
maksud dan tujuan al-Quran). Jenis hadits dibagi dua yaitu Pertama, berdasarkan kualitas perawi
(orang yang meriwayatkan), dibagi 3 yaitu hadits shahih; hadits hasan; dan hadits dhaif. Kedua,
berdasarkan kuantitas atau jumlah orang yang meriwayatkan, dibagi 3 yaitu hadits mutawattir;
hadits masyhur; dan hadits ahad
c. Ijtihad
Ijtihad merupakan usaha yang sungguh-sungguh seorang mujtahid untuk merumuskan garis
hukum dari Al-Qur’an dan Sunah Rasul. Syarat-syarat Mujtahid menurut Muhammad Al-Syaukani,
adalah
1) Mengetahui Al-Qur’an dan As-sunnah tentang hukum;
2) Mengetahui Ijma;
3) Mengetahui bahasa arab;
4) Mengetahui Ilmu Ushul fiqih;
5) Mengetahui nasakh-mansukh.
Diantara metode-metode ijtihad adalah Ijma; Qiyas; Marsalah mursalah; istihsan; istishab; urf,
dan lain-lain.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai