Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASAS-ASAS HUKUM WARISAN/ MUAMALAH

DOSEN PENGAMPUH
Dr.MUHAMMAD ARSAD NASUTION,M.A.

Disusun Oleh

HAMZAH
NIM: 2350300012

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY

PADANGSIDIMPUAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ASAS-ASAS HUKUM
KEWARISAN/ MUAMALAH” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan
kami juga berterima kasih pada Bapak Dr. MUHAMMAD ARSAD NASUTION,M.A. selaku
Dosen Pengampu mata kuliah universitas Islam negeri syekh ali hasan ahmad addary
Padangsidimpuan yang telah memberikan tugas ini kepada pemakalah.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka memenuhi tugas dan
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Azas...........................................................................................2
B. Azas-azas Hukum Kewarisan .....................................................................3
C. Azas-azas Muamalah...................................................................................7

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hukum waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yangtelah
meninggal dunia diberikan kepada yang berhak, seperti keluarga dan masyarakat yang lebih
berhak.Seperti yang kita ketahui hukum waris yang berlaku di Indonesia ada tiga yaitu
hukum waris adat, hukum waris islam dan hukum waris perdata. Uniknya lagi di setiap
daerah di Indonesia menganut hukum waris sesuai dengan latar belakang dan sistem
kekerabatan yang mereka anut.1
Hukum kewarisan islam di Indonesia adalah merupakan bagian keempat dari buku
Hukum kekeluargaan Indonesia. Akhir-akhir ini warisan sering menjadi perdebatansaat akan
dilakukan pembagian harta waris,padahal semua hal tentang harta warisan sudah diatur
dengan adil didalam hukum islam sesuai dengan al-qur’an dan al-hadits. Al-Qur'an dan Al-
lladits adalah dua sumber hukum Islam yang disepakati dari empat sumber hukum Islam
yang telah disepakati, yaitu al-ljma' dan al-Qiyas Sumber hukum Islam teisebut adalah
sebagai alat Istidlal (menetapkan dalil suat peristiwa) Al-Qur'an sebagai sumber hukum Islam
adalah merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dengan
menggunakan bahasa Arab dengan perantaraan malaikat Jibril Al-Qur'an tersebut adalah
merupakan hujjah (argumentasi) kuat bagi Nabi Muhammad saw. dalam menyampaikan
risalah kerasulannya dan merupakan tuntunan atau pedoman hidup bagi manusia serta
hukum-hukum yang wajib dilaksanakan untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat serta sebagai sarana untuk mendekatkan diri (btrktqarrub)
kepada Allah swt. tentu dengan membaca dan memahami kandungan isinya serta
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan azas?
2. Apa saja azas-azas hukum kewarisan?
3. Sebutkan azas-azas muamlah?

1
Y. Sonafist, ‘Konsep Perubahan Dalam Hukum Islam’, 2.2 (2023), 122–27.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AZAS
Perkataan asas berasal dari bahasa Arab, asasun, artinya: dasar, basis, pondasi Kalau
dihubungkan dengan sistem berpikir, yang dimaksud dengan asas adalah landasan berpikir
yang sangat mendasar Oleh karena itu, di dalam bahasa Indonesia, asas mempunyai arti (I)
dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat) (2) dasar cita-cita
(perkumpulan atau organisasi) (3) hukum dasar. Sedangkan asas menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti, diantaranya adalah kebenaran yang menjadi
tumpuan berpikir atau berpendapat.
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut, jika dihubungkan dengan hukum, maka yang
dimaksud dengan asas adalah "kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan
alasan berpendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Mariam Darus
Badrulzaman dalam bukunya Mencari Sistem Hukum Benda Nasional mengatakan bahwa
asas adalah asas diperoleh melalui kontsruksi yuridis, yaitu dengan menganalisis (mengolah)
data-data yang sifatnya nyata (konkrit) untuk kemudian mengambil sifatsifatnya yang umum
(kolektif) atau abstrak.2
Sudikno Mertokusumo mengatakan asas merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya
atau merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan di
belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan Hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-
sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut.
H Idris Djafar dan Taufik Yahya dalam bukunya Kompilasi Hukum Kewarisan Islam
menjelaskan bahwa asas pada umumnya berfungsi sebagai rujukan atau latar belakang
peraturan yang konkrit untuk mengembalikan segala masalah yang berkenaan dengan
hukum.

B. AZAS-AZAS HUKUM KEWARISAN

2
Naskur, ‘ASAS-ASAS HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM’, Jurnal Al-Himayah, 1.01 (2008), 2–15.

2
Ada beberapa macam azas-azas hukum kewarisan yaitu:3
1. Azas Integrity: Ketulusan Integrity
Azas ketulusan (integrity) ini mengandung pengertian bahwa dalam
melaksanakan Hukum Kewarisan dalam Islam diperlukan ketulusan hati untuk
mentaatinya karena terikat dengan aturan yang diyakini kebenarannya, yaitu berasal dari
Allah swt melalui Rasulullah Muhammad saw, sebagai pembawa risalah Al-Our'an Oleh
karena itu, ketulusan seseorang melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum kewarisan
sangat tergantung dari keimanan yang dimiliki untuk mentaati hukum-hukum Allan swt
Adapun dasar kesadarannya adalah firman Allah swt di dalam Q.S. Ali-Imran/3: 85:
2. Azas Ta' Abbudi: Penghambaan Diri
Azas Ta'abbudi adalah melaksanakan pembagian waris secara hukum Islam
adalah merupakan bagian dari pelaksnaan perintah (ibadah) kepada Allah swt., yang
apabila dilaksanakan mendapat pahala dan diberi ganjaran dan apabila tidak dilaksanakan
juga diberganjaran seperti layaknya mentaati dan tidak mentaati pelaksanaan hukum-
hukum Islam lainnya Ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan kewarisan Allah swt, telah
menjelaskan di dalam Q.S. Al-Nisa'/4: 11 dan 12,176.
3. Azas Hukukul Maliyah : Hak-Hak Kebendaan
Hukukul Maliyah adalah hak-hak kebendaan, dalam arti bahwa hanya hak dan
kewajiban terhadap kebendaan saja yang dapat diwariskan kepada ahli waris, sedangkan
hak dan kewajiban dalam lapangan hukum kekeluargaan atau hak-hak dan kewajiban
yang bersifat pribadi seperti suami atau istri, jabatan, keahlian dalam suatu ilmu dan yang
semacamnya tidak dapat diwariskan. Kewajiban ahli waris terhadap pewaris diatur dalam
Kompilasi Hukum Islam pasal 175 yang berbunyi :
a. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai;
b. Menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan termasuk
kewajiban pewaris maupun menagih piutang;
c. Menyelesaikan wasiat pewaris;
d. Membagi harta warisan diantara anti waris yang berhak
4. Azas Hukukun Thabi’iyah : Hak-Hak Dasar

3
Oleh Hj, Gusti Muzainah, and S H M Hum, ‘Pembagian Warisan Keluarga Ulama Palangka Raya Dalam
Tinjauan Hukum Waris Adat Masyarakat Banjar’, 7.I (2020), 20–25.

3
Pengertian hukukun thabi’iyah adalah hak-hak dasar dari ahli waris sebagai
manusia, artinya meskipun ahli waris itu seorang bayi yang baru lahir atau seseorang
yang sudah sakit menghadapi kematian sedangkan ia masih hidup ketika pewaris
meninggal dunia, begitu juga suami istri yang belum bercerai walaupun sudah pisah
tempat tinggalnya, maka dipandang cakap untuk mewarisi.
Hak-hak dari kewarisan ini ada empat macam penyebab seorang mendapat
warisan, yakni : hubungan keluarga, perkawinan, wala dan seagama. Hubungan keluarga
yaitu hubungan antar orang yang mempunyai hubungan darah (genetik) baik dalam garis
keturunan lurus ke bawah (anak cucu dan seterusnya) maupun ke samping (saudara).
Kebalikan dari ketentuan tersebut, hukum Islam menentukan beberapa macam
penghalang kewarisan yaitu Murtad, membunuh dan hamba sahaya, sedangkan dalam
Kompilasi Hukurn Islam penghalang kewarisan kita jumpai pada pasal 173 yang
berbunyi: “Seseorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dihukum karena :
a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat pada
pewaris;
b. dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah
melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau
hukuman yang lebih berat”.
5. Azas Ijbari : Keharusan, Kewajiban
Ijbari adalah bahwa dalam hukum kewarisan Islam secara otomatis peralihan
harta dari seseorang yang telah meninggal dunia (pewaris) kepada ahli warisnya sesuai
dengan ketetapan Allah SWT tanpa digantungkan kepada kehendak seseorang baik
pewaris maupun ahli waris. Unsur keharusannya (ijbari/compulsory) terutama terlihat
dari segi di mana ahli waris (tidak boleh tidak) menerima berpindahnya harta pewaris
kepadanya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh karena itu orang
yang akan meninggal dunia pada suatu ketika, tidak perlu merencanakan penggunaan
hartanya setelah ia meninggal dunia kelak, karena dengan kematiannya, secara otomatis
hartanya akan beralih kepada ahli warisnya dengan bagian yang sudah dipastikan. Azas
Ijbari ini dapat juga dilihat dari segi yang lain yaitu
a. Peralihan harta yang pasti terjadi setelah orang meninggal dunia.

4
b. Jumlah harta sudah ditentukan untuk masing-masing ahli waris.
c. Orang-orang yang akan menerima harta warisan itu sudah ditentukan dengan pasti
yakni mereka yang mempunyai hubungan darah dan perkawinan.
6. Azas Bilateral
Azas ini mengandung makna bahwa seseorang menerima hak kewarisan dari
kedua belah pihak yaitu dari kerabat keturunan laki-laki dan dari kerabat keturunan
perempuan. Azas bilateral ini dapat dilihat dalam al-Qur'an surat an-Nisa' ayat 7 :
”Untuk laki-laki ada bagian dari peninggalan ibu bapak dan karib kerabat yang terdekat,
dan untuk perempuan-perempuan ada bagian pula dari peninggalan ibu bapak dan karib
yang terdekat, baik sedikit ataupun banyak, sebagai bagian yang telah ditetapkan” (an-
Nisa'-7).
7. Azas Individual : Perorangan
Azas ini menyatakan bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi pada masing masing
ahli waris untuk dimiliki secara perorangan. Dalam pelaksanaannya seluruh harta warisan
dinyatakan dalam nilai tertentu yang kemudian dibagi-bagikan kepada ahli waris yang
berhak menerimanya menurut kadar bagian masing-masing. Azas Individual ini dapat
dilihat dalam al-Qur'an surat an-Nisa' ayat 7 :
“Untuk laki-laki ada bagian dari peninggalan ibu bapak dan karib kerabat yang terdekat,
dan untuk perempuan-perempuan ada bagian pula dari peninggalan ibu bapak dan karib
yang terdekat, baik sedikit ataupun banyak, sebagai bagian yang telah ditetapkan” (an-
Nisa'-7).
Dalam surat an-Nisa ayat 8 : “Apabila datang waktu pembagian pusaka, karib kerabat
(yang tidak mendapat bagian), anak-anak yatim dan orang orang miskin, berilah mereka
itu sekedamya dan katakanlah kepada mereka perkataan yang baik (an-Nisa'- 8)
8. Azas Keadilan yang Berimbang
Azas ini mengandung pengertian bahwa harus ada keseimbangan antara hak yang
diperoleh seseorang dari harta warisan dengan kewajiban atau beban biaya kehidupan
yang harus ditunaikannya. Laki-laki dan perempuan misalnya, mendapat bagian yang
sebanding dengan kewajiban yang dipikulnya masing-masing (kelak) dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat. Seorang laki-laki menjadi penanggung jawab dalam kehidupan

5
keluarga, mencukupi keperluan hidup anak dan isterinya sesuai (QS.2:233) dengan
kemampuannya.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 233 :
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang itu menderita kesengsaraan karena anaknya
dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Qs. 2:233).
9. Azas Kematian
Makna azas ini adalah bahwa kewarisan baru muncul bila ada yang meninggal
dunia. Ini berarti kewarisan semata-mata sebagai akibat dari kematian seseorang.
Menurut ketentuan hukum Kewarisan Islam, peralihan harta seseorang kepada orang lain
yang disebut kewarisan terjadi setelah orang yang mempunyai harta itu meninggal dunia,
artinya harta seseorang tidak dapat beralih kepada orang lain (melalui pembagian harta
warisan) selama orang yang mempunyai harta itu masih hidup, dan segala bentuk
peralihan harta-harta seseorang yang masih hidup kepada orang lain, baik langsung
maupun yang akan dilaksanakan kemudian sesudah kematiannya, tidak termasuk ke
dalam kategori kewarisan menurut hukum Islam.
Dengan demikian, kewarisan Islam adalah kewarisan yang menurut Kitab
Undangundang
Hukum Perdata (BW) disebut kewarisan ab intestato dan tidak mengenal kewarisan atas
dasar wasiat yang disebut testamen.
10. Azas Membagi Habis Harta Warisan
Membagi habis semua harta peninggalan sehingga tidak tersisa adalah azas dari
penyelesaian pembagian harta warisan. Dari menghitung dan menyelesaikan pembagian
dengan cara : Menentukan siapa yang menjadi Ahli waris dengan bagiannya

6
masingmasing, membersihkan/memurnikan harta warisan seperti hutang dan Wasiat,
sampai dengan melaksanakan pembagian hingga tuntas. Begitu juga apabila terjadi suatu
keadaan dimana jumlah bagian dari semua ahli waris lebih besar dari masalah yang
ditetapkan, atau sebaliknya terjadi suatu keadaan dimana jumlah bagian dari semua ahli
waris yang ada lebih kecil dari asal masalah yang ditetapkan, telah diatur hingga harta
warisan habis terbagi sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Kompilasi
Hukum Islam tentang Aul dan Rad pasal 192 berbunyi : Apabila dalam pembagian harta
warisan diantara para ahli waris Dzawil Furud menunjukkan bahwa angka pembilang
lebih besar dari pada angka penyebut dinaikkan sesuai dengan angka pembilang, dan baru
sesudah itu harta warisan dibagi secara aul menurut angka pembilang.4
Pada pasal 193 berbunyi : Apabila dalam pembagian harta warisan diantara para
ahli waris Dzawil furud menunjukkan bahwa angka pembilang lebih.kecil dari pada
angka penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris asabah, maka angka pembagian harta
warisan tersebut dilakukan secara rad, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris
sedangkan sisanya dibagi secara berimbang diantara mereka.
C. AZAS MUAMALAH
Asas merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat
dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan, asas-asas muncul dari hasil penelitian dan
tindakan, asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang
mencerminkan “intisari” kebenaran dari bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan
suatu yang absolut atau mutlak, artinya penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan
khusus dan keadaan yang berubah-ubah.
Sedangkan pengertian muamalah terdiri dari dua segi, pertama dari segi bahasa yang
berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling mengamalkan. Kedua dari segi istilah
muamalah dibagi dua yaitu muamalah dalam arti luas dan sempit, Muamalah dalam arti
sempit adalah aturan-aturan Allah swt yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang baik,
sedangkan dalam arti luas muamalah adalah peraturan-peraturan Allah swt yang harus diikuti
dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia dalam urusannya
dengan hal duniawi dalam pergaulan sosial.
4
Aristoni Aristoni, Undang Perkawinan, and Umur Pernikahan, ‘Kebijakan Hukum Perubahan Batasan
Minimal Umur Legal Policy To Change the Minimum Age Limits Of’, 4.1 (2021), 393–413.

7
Dalam muamalah, harus dilandasi beberapa asas, karena tanpa asas ini, suatu tindakan
tidak dinamakan sebagai muamalah, Asas muamalah terdiri dari:5
1. Asas ‘adalah Asas ‘adalah (keadilan) atau pemerataan adalah penerapan prinsip keadilan
dalam bidang muamalah yang bertujuan agar harta tidak hanya dikuasai oleh segelintir
orang saja, tetapi harus didistribusikan secara merata di antara masyarakat, baik kaya
maupun miskin, dengan dasar tujuan ini maka dibuatlah hukum zakat, shodaqoh, infaq.
2. Asas Mu’awanah Asas mu’awanah mewajibkan seluruh muslim untuk tolong menolong
dan membuat kemitraan dengan melakukan muamalah, yang dimaksud dengan kemitraan
adalah suatu startegi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
saling membesarkan.
3. Asas Musyarakah Asas musyarakah menghendaki bahwa setiap bentuk muamalah
kerjasama antar pihak yang saling menguntungkan bukan saja bagi pihak yang terlibat
melainkan bagi keseluruhan masyarakat, oleh karena itu ada harta yang dalam muamalat
diperlakukan sebagai milik bersama dan sama sekali tidak dibenarkan dimiliki
perorangan.
4. Asas Manfaah (tabadulul manafi’) Asas manfaah berarti bahwa segala bentuk kegiatan
muamalat harus memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat, asas ini
merupakan kelanjutan dari prinsip atta’awun (tolong menolong/ gotong royong) atau
mu’awanah (saling percaya) sehingga asas ini bertujuan menciptakan kerjasama antar
individu atau pihak-pihak dalam masyarakat dalam rangka saling memenuhi
keperluannya masing-masing dalam rangka kesejahteraan bersama. Asas manfaah adalah
kelanjutan dari prinsip pemilikan dalam hukum Islam yang menyatakan bahwa segala
yang dilangit dan di bumi pada hakikatnya adalah milik Allah swt, dengan demikian
manusia bukanlah pemilik yang berhak sepenuhnya atas harta yang ada di bumi ini,
melainkan hanya sebagai pemilik hak memanfaatkannya.
5. Asas Antaradhin Asas antaradhin atau suka sama suka menyatakan bahwa setiap bentuk
muamalat antar individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-masing,
Kerelaan disini dapat berarti kerelaan melakukan suatu bentuk muamalat, maupun

5
Abdul Munib, ‘HUKUM ISLAM DAN MUAMALAH ( Asas-Asas Hukum Islam Dalam Bidang
Muamalah )’, Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 5.1 (2018), 72–80.

8
kerelaan dalam arti kerelaan dalam menerima dan atau menyerahkan harta yag dijadikan
obyek perikatan dan bentuk muamalat lainnya f. Asas Adamul Gharar
Asas adamul gharar berarti bahwa pada setiap bentuk muamalat tidak boleh ada gharar
atau tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan salah satu pihak merasa dirugikan oleh
pihak lainnya sehingga mengakibatkan hilangnya unsur kerelaan salah satu pihak dalam
melakukan suatu transaksi.
6. Kebebasan Membuat Akad
Kebebasan berakad/ kontrak merupakan prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap
orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa terikat pada nama-nama yang telah
ditentukan dalam undang-undang syariah dan memasukkan klausul apa saja dalam akad
yang dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta
bersama dengan jalan batil.
7. Al-Musawah
Asas ini memiliki makna kesetaraan atau kesamaan, artinya bahwa setiap pihak
pelaku muamalah berkedudukan sama.
8. Ash shiddiq
Dalam Islam manusia diperintahkan untuk menjunjung kejujuran dan kebenaran, jika
dalam bermuamalah kejujuran dan kebenaran tidak dikedepankan, maka akan
berpengaruh terhadap keabsahan perjanjian. Perjanjan yang didalamnya terdapat unsur
kebohongan menjadi batal atau tidak sah.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar Oleh karena itu, di dalam bahasa
Indonesia, asas mempunyai arti (I) dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat) (2) dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi) (3) hukum dasar. Muamalah
terdiri dari dua segi, pertama dari segi bahasa yang berarti saling bertindak, saling berbuat
dan saling mengamalkan. Kedua dari segi istilah muamalah dibagi dua yaitu muamalah
dalam arti luas dan sempit, Muamalah dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah swt yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat
keperluan jasmaninya dengan cara yang baik, sedangkan dalam arti luas muamalah adalah
peraturan-peraturan Allah swt yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat
untuk menjaga kepentingan manusia dalam urusannya dengan hal duniawi dalam pergaulan
sosial.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aristoni, Aristoni, Undang Perkawinan, and Umur Pernikahan, ‘Kebijakan Hukum Perubahan
Batasan Minimal Umur Legal Policy To Change the Minimum Age Limits Of’, 4.1 (2021),
393–413

Hj, Oleh, Gusti Muzainah, and S H M Hum, ‘Pembagian Warisan Keluarga Ulama Palangka
Raya Dalam Tinjauan Hukum Waris Adat Masyarakat Banjar’, 7.I (2020), 20–25

Munib, Abdul, ‘HUKUM ISLAM DAN MUAMALAH ( Asas-Asas Hukum Islam Dalam
Bidang Muamalah )’, Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 5.1 (2018), 72–80

Naskur, ‘ASAS-ASAS HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM’, Jurnal Al-Himayah, 1.01


(2008), 2–15

Sonafist, Y., ‘Konsep Perubahan Dalam Hukum Islam’, 2.2 (2023), 122–27

11

Anda mungkin juga menyukai