Asas-Asas Hukum-WPS Office
Asas-Asas Hukum-WPS Office
MAKALAH
Oleh:
Kelompok 3
FAKULTAS TARBIYAH
IAIN MADURA
MARET 2024
KATA PENGANTAR
Allah SWT, atas segala berkat rahmat, dan taufik hidayah-Nya sehingga kami dari
Historis Tentang Sistem Kewarisan (Pra dan Pasca Islam)” guna memenuhi tugas
mata kuliah Fiqih Mawaris dengan baik. Serta tak lupa sholawat salam selalu
mengalir kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Disini kami menyadari
dalam penyelesaian tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak
yang mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tugas ini. Oleh karena itu
Selaku dosen pengampu yang telah sudi memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyusun makalah ini. Kedua, ungkapan terimakasih juga kami ucapkan
kepada kedua orang tua yang senantiasa memberikan bantuan baik berupa do’a
maupun materi. Dan terakhir, tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada
teman-teman semua yang telah berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami
harapkan dengan tangan terbuka untuk menuju pada kesempurnaan makalah ini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waris yaitu suatu bentuk berbagai peraturan tentang perpindahan hak milik seseorang yang
sudah meninggal dunia kepada ahli warisnya¹. Pada istilah yang lain, waris dianggap juga
dengan istilah faraid, yaitu bagian tertentu yang telah ditetapkan nilainya kepada ahli
waris. Alasan pertama yang harus diketahui dalam penerapan waris Islam tentu sebagai
bentuk kepatuhan kepada Sang Pencipta atau dengan ungkapan lain memiliki prinsip
ketuhanan. Prinsip ini menegaskan bahwa melaksanakan pembagian warisan dengan
ketentuan Alqur’an dan Sunnah merupakan satu hal yang wajib untuk dilakukan dalam
Islam. Lebih lanjut, penerapan waris Islam erat kaitannya dengan iman, yaitu landasan
iman yang kuat kepada Allah Swt. Hal tersebut ditandai dengan mengamalkan Alquran
serta Sunnah Rasul-Nya. Oleh sebab itu, pengamalan penerapan waris Islam merupakan
wujud ketaatan yang penuh kepada Allah Swt dan Rasul Nya. Jika tidak didasari dengan
iman, maka tidak mungkin seseorang melainkan pembagian harta warisan dengan
ketentuan ajaran Islam. Dalam pembagian warisan, maka harus mempunyai bersikap adil
baik laki-laki dan perempuan. Adil adalah kesesuaian antara hak dan kewajiban. Inti dari
waris Islam yaitu memindahkan warisan si mayit kepada ahli warisnya seperti yang sudah
ditentukan Allah Swt dan Nabi Saw. Hak untuk mendapatkan bagian yang diperoleh oleh
laki-laki dan perempuan bersifat sama. Dengan demikian, arti adil bukan berarti sama
banyak tetapi harus seimbang atau disebut al-mizan, yaitu sesuai dengan hak dan
kewajiban masing-masing secara sebanding. Jadi, konsep waris Islam masih dipahami
bukan bagian dari hal yang urgen dalam agama Islam. Padahal dalam pengamalannya
mendapatkan konsekuensi pahala dan meninggalkannya dengan sebuah ancaman. Untuk
pengamalannya harus dipahami secara tuntas terlebih dahulu. Mulai dari sejarahnya,
hukumnya serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pengamalan faraidh. Artikel ini
akan menjelaskan terkait sejarah, hukum, tataran teknis lainnya dalam pelaksanaan
pembagian warisan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas
Perkataan asas berasal dari bahasa Arab, asasun, artinya: dasar, basis, pondasi Kalau
dihubungkan dengan sistem berpikir, yang dimaksud dengan asas adalah landasan
berpikir yang sangat mendasar Oleh karena itu, di dalam bahasa Indonesia, asas
mempunyai arti (I) dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat) (2)
dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi) (3) hukum dasar. Sedangkan asas menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti, diantaranya adalah kebenaran
yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat. Berdasarkan pengertian bahasa
tersebut, jika dihubungkan dengan hukum, maka yang dimaksud dengan asas adalah
"kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan berpendapat,
terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Mariam Darus Badrulzaman dalam
bukunya Mencari Sistem Hukum Benda Nasional mengatakan bahwa asas adalah asas
diperoleh melalui kontsruksi yuridis, yaitu dengan menganalisis (mengolah) data-data
yang sifatnya nyata (konkrit) untuk kemudian mengambil sifat- sifatnya yang umum
(kolektif) atau abstrak. Sudikno Mertokusumo mengatakan asas merupakan pikiran dasar
yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang
terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan Hakim yang merupakan hukum positif dan dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturankonkrit tersebut. H Idris
Djafar dan Taufik Yahya dalam bukunya Kompilasi Hukum Kewarisan Islam
menjelaskan bahwa asas pada umumnya berfungsi sebagai rujukan atau latar belakang
peraturan yang konkrit untuk mengembalikan segala masalah yang berkenaan dengan
hukum. H. Mohammad Daud Ali dalam bukunya Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum
dan Tata Hukum Islam di Indonesia dalam memberikan pengertian tentang asas, membagi
pada dua sudut pandang. Pertama, asas dikaitkan dengan hukum, maka yang dimaksud
dengan asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan
pendat terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Kedua, dilihat secara umum,
asas berfungsi sebagai rujukan untuk mengembalikan segala masalah yang berkenaan
dengan hukum. Berdasarkan pengertian asas. baik secara bahasa maupun secara istilah,
bahwa asas adalah merupakan kebenaran sebagai dasar yang menjadi tumpuan berpikir
atau berpendapat dalam menetapkan hukum terhadap suatu persoalan atau ketetapan
hukum.
B. Apa saja sumber asas hukum Kewarisan Islam
Sumber Asas Hukum Keyvarisan Islam Karena asas adalah merupakan kebenaran
sebagai dasar yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat dalam menetapkan hukum
terhadap suatu persoalan atau ketetapan hukum, maka berkaitan dengan hukum kewarisan
Islam tentu yang menjadi sumber utama adalah hukum Islam yang bersumber dari al-
Qur'an dan hadis, digali dan dipahami kemudian dikembangkan oleh akal pikiran orang
yang memenuhi syarat untuk berijtihad, Al-Qur'an dan hadis sebagai sumber perumusan
hukum Islam yang melahirkan asas-asas hukum kewarisan Islam, dijelaskan oleh Allah
swt. pada Q.S. Ali Imran/3; 32. ُقْل َأِط يُعوا هللا َو الَّرُسوَل َفِإن َتَو َّلْو ا َفِإَّن َهَّللا اَل ُيِح ُّب اْلَك ِفِر يَنTerjemahnya
Katakanlah (Muhammad). "Taatilah Allah danRasul Jika kamu berpaling, ketahuilah
bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”
a) Azas Integrity
d) Azas ljbari
e) AzasBilateral
Azas ini mengandung makna bahwa seseorang menerima hak kewarisan dari
kedua belah pihak yaitu dari kerabat keturunan laki-laki dan dari kerabat keturunan
perempuan.
f) Azas Individual
Perorangan Azas ini menyatakan bahwa setiap individu (orang perorang) yang
termasuk ahli waris berhak mendapat warisan secara individual (perseorangan) atau
harta warisan harus dibagi-bagi pada masing masing ahli waris untuk dimiliki secara
individu (perorangan) dengan tidak ada pengecualian (wanita, laki-laki, anak-anak, dan
bahkan bayi yang masih dalam kandungan ibunya berhak mendapatkan harta warisan
secara perorangan. Dalam pelaksanaannya seluruh harta warisan dinyatakan dalam
nilai tertentu yang kemudian dibagi-bagikan kepada ahli waris yang berhak
menerimanya menurut kadar bagian masing-masing.
g) Azas Keadilan
h) Azas Ta' abbudi: Penghambaan diri Yang dimaksud azas Ta'abbudi adalah
melaksanakan pembagian waris secara hukum Islam adalah merupakan bagian dari
pelaksnaan perintah (ibadah) kepada Allah swt., yang apabilj dilaksanakan mendapat
pahala dan diberi ganjaran dan apabila tidak dilaksanakan juga diber ganjaran seperti
layaknya mentaati dan tidak mentaati pelaksanaan hukum-hukum Islam lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Perkataan asas berasal dari bahasa Arab, asasun, artinya: dasar, basis, pondasi
Kalau dihubungkan dengan sistem berpikir, yang dimaksud dengan asas adalah
landasan berpikir yang sangat mendasar Oleh karena itu, di dalam bahasa Indonesia,
asas mempunyai arti (I) dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat) (2) dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi) (3) hukum dasar.
Sedangkan asas menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti,
diantaranya adalah kebenaran yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat.
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut, jika dihubungkan dengan hukum, maka yang
dimaksud dengan asas adalah "kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan
berpikir dan alasan berpendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
Mariam Darus Badrulzaman dalam bukunya Mencari Sistem Hukum Benda Nasional
mengatakan bahwa asas adalah asas diperoleh melalui kontsruksi yuridis, yaitu dengan
menganalisis (mengolah) data-data yang sifatnya nyata (konkrit) untuk kemudian
mengambil sifat- sifatnya yang umum (kolektif) atau abstrak. Sudikno Mertokusumo
mengatakan asas merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar
belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap
sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan Hakim
yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat
umum dalam peraturankonkrit tersebut. H Idris Djafar dan Taufik Yahya dalam
bukunya Kompilasi Hukum Kewarisan Islam menjelaskan bahwa asas pada umumnya
berfungsi sebagai rujukan atau latar belakang peraturan yang konkrit untuk
mengembalikan segala masalah yang berkenaan dengan hukum.
B.Saran
Sebagai penulis, kami sadar bahwa penulisan dalam makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sekaligus sebagai bahan evaluasi pada penulisan di
masa yang akan datang