Anda di halaman 1dari 6

RESUME BUKU

“ILMU KALAM”

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Eko Yudianto, M. Pd

Di susun oleh :

Nama : Muktoharoh

Semester 6

FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN EKONOMI BISNIS ISLAM / PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALI CIREBON
1. Judul Bab 10 : Perbandingan Antar Aliran Pelaku Dosa Besar
2. Penulis: Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag. & Prof. Dr. H. Rosihon Anwar,
M.Ag.
Penulis: Drs. Maman Abdul Djaliel, M.Ag.
3. Halaman : 159-168
4. Khat Arab: Drs. Maman Abdul Djaliel, M.Ag.
5. Desain Sampul: Tim Desain Pustaka Setia
6. Cetakan ke-5: April 2016
7. Diterbitkan oleh: CV PUSTAKA SETIA
8. Tebal buku : 292 hlm.

Pada Bab 10 ini menjelaskan tentang Dosa Besar menurut para teolog, seperti
khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Al-Asy’ari, Al-Maturudi, dan Syia’ah Zaidiyah.

 Aliran Khawarij
Dalam aliran ini ciri yang menonjol yaitu watak ekstrimitas dalam
memutuskan persoalan-persoalan Kalam, semua pelaku dosa besar
(mur-takib al-kabirah), menurut semua subsekte Khawarij, kecuali
Najdah adalah kafir dan disiksa di neraka selamanya.

 Aliran Murji’ah
Secara garis besar, subsekte Khawarij dapat dikategori kan ke dalam
dua kategori, yaitu ekstrem dan moderat. Subsekte Murji’ah yang
ekstrem adalah mereka yang berpandangan bahwa iman terletak di
dalam kalbu. Adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya
merupakan refleksi dari yang ada di dalam kalbu. Oleh karena itu,
segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari
kaidah agama tidak berarti telah menggeser atau merusak
keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna di mata Tuhan.
Sementara yang dimaksud Murji’ah moderat adalah mereka yang
berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak menjadi kafir.
 Aliran Mu’tazilah
Mu’tazilah tidak menentukan status dan predikat yang pasti bagi
pelaku dosa besar, apakah tetap mukmin atau telah kafir, kecuali
dengan sebutan yang sangat terkenal al-manzilah bain al manzi-
latain. Setiap pelaku dosa besar, menurut Mu’tazilah berada di Posisi
tengah antara posisi mukmin dan posisi kafir. Jika meninggal dunia
dan belum sempat bertobat, ia akan dimasukkan ke dalam mereka
selama-lamanya. Meskipun demikian, siksaan yang akan
diterimanya lebih ringan daripada siksaan orang kafir.

 Aliran Asy’ariah
Terhadap pelaku dosa besar, Al-Asy’ari menyatakan Pendiriannya
dengan tidak mengafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (Ahl
Al-Qiblah) walaupun melakukan dosa besar, seperti Berzina dan
mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap sebagai orang Yang
beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat
dosa besar. Akan tetapi, jika dosa besar itu dilakukannya dengan
menganggap bahwa hal ini diperbolehkan (halal) dan tidak meyakini
keharamannya, ia dipandang telah kafir.

 Aliran Maturidiah
Aliran Maturidiah,baik Samarkand maupun Bukhara, tampaknya
sepakat menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai
mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. Balasan yang
diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada yang dilakukannya di
dunia. Jika ia meninggal tanpa tobat terlebih dahulu, keputusannya
diserahkan sepenuhnya pada kehendak Allah SWT. Jika
menghendaki pelaku dosa besar itu diampuni, la akan
memasukkannya ke neraka, tetapi tidak kekal di dalamnya.
 Aliran Syi’ah Zaidiah
Penganut Syi’ah Zaidiah percaya bahwa orang yang melakukan dosa
besar akan kekal dalam neraka, jika dia belum bertobat dengan
pertobatan yang sesungguhnya.
1. Judul Bab 11 : Perbandingan Antara Aliran Iman Dan Kufur
2. Penulis: Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag. & Prof. Dr. H. Rosihon Anwar,
M.Ag.
Penulis: Drs. Maman Abdul Djaliel, M.Ag.
3. Halaman : 169-179
4. Khat Arab: Drs. Maman Abdul Djaliel, M.Ag.
5. Desain Sampul: Tim Desain Pustaka Setia
6. Cetakan ke-5: April 2016
7. Diterbitkan oleh: CV PUSTAKA SETIA
8. Tebal buku : 292 hlm.

Pada Bab 11 Menjelaskan tentang perbuatan Tuhan Menurut para teolog


Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan Maturidiah.

1. Iman dalam pandangan Khawarij tidak semata-mata percaya kepada Allah.


Akan tetapi, mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan
bagian dari keimanan. Oleh karena itu, segala perbuatan yang religius,
termasuk di dalamnya masalah kekuasaan adalah bagian dari keimanan (al-
‘amal juz’ al-iman). Dengan demikian, siapa pun yang menyatakan dirinya
beriman kepada Allah SWT. Dan Muhammad SAW. Adalah Rasul-Nya,
tetapi tidak melaksanakan kewajiban agama bahkan melakukan perbuatan
dosa, oleh Khawarij dipandang telah kafir.

2. Aliran Murji’ah: subsekte Murji’ah yang ekstrem adalah yang ber


pandangan babwa iman terletak di dalam kalbu. Adapun ucapan dan
perbuatan tidak selamanya merupakan refleksi dari yang ada di dalam kalbu.
Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang
dari kaidah agama tidak berarti bahwa itu telah menggeser atau merusak
keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna di mata Tuhan.
Sementara yang dimaksud Murji’ah moderat adalah yang berpendapat
bahwa pelaku dosa besar tidak menjadi kafir. Meskipun ia akan disiksa di
neraka, tetapi tidak kekal dan ber gantung dengan ukuran dosa yang
dilakukannnya. Meskipun demikian, masih terbuka kemungkinan bahwa
Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga bebas dari siksaan neraka. Ciri
khas mereka lainnya adalah dimasukkannya iqrar sebagai bagian penting
dari iman, di samping tashdiq (ma’rifah).

3. Aliran Mu’tazilah: seluruh pemikir Mu’tazilah tampaknya sepakat


menyatakan bahwa amal perbuatan merupakan salah unsur terpenting dalam
konsep iman, bahkan hampir mengidentikkannya. Ini mudah dimengerti
karena konsep mereka tentang amal -sebagai bagian penting keimanan-
memiliki keterkaitan langsung dengan masalah al-wa’d wa al wa’id (janji
dan ancaman) yang merupakan salah satu dari “Pancasila” Mu’tazilah.
Aspek penting lainnya dalam konsep Mu’tazilah tentang iman adalah yang
mereka identifikasikan sebagai ma’rifah (pengetahuan dengan akal).
Ma’rifah menjadi unsur penting dari iman karena pandangan Mu’tazilah
yang becorak rasional. Ma’rifah sebagai unsur pokok yang rasional dari
iman, dalam pandangan Mu’tazilah, berimplikasi pada sikap penolakan
keimanan berdasar kan otoritas orang lain (al-iman bi at-taqlid). Di sini,
Mu’tazilah sangat menekankan pentingnya pemikiran logis atau
penggunaan akal bagi keimanan.

4. Aliran Asy’ariah: menurut Al-Asy’ari, iman adalah tashdiq bi al-qalb


(membenarkan dengan hati). Unsur iman adalah tashdiq, qawl, dan amal.
Persyaratan minimal untuk adanya iman hanya tashdiq, yang jika
diekspresikan secara verbal akan berbentuk syahadatain.
5. Aliran Maturidiah: dalam masalah iman, aliran Maturidiah Samarkand
berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb bukan semata mata igrar
bi al-lisan. Adapun pengertian iman menurut Maturidiah Bukhara adalah
tashdiq bi al-qalb dan tashdiq bi al-lisan.

Anda mungkin juga menyukai