Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Shalat adalah perintah Allah yang pertama dan utama. Shalat menjadi
kewajiban utama bagi seorang muslim setelah iman. Begitu pentingnya kedudukan
shalat ini, maka untuk menyampaikan perintah shalat, Allah memanggil langsung
Nabi Muhammad saw ke Sidratul Muntaha dalam peristiwa isra’ Mi’raj. Sedangkan
untuk menyampaikan perintah-perintah lain, Allah cukup memerintahkan malaikat
jibril untuk menyampaikannya kepada Nabi Muhammad saw. 1

Di dalam shalat kita sebenarnya sedang berbincang Allah, maka akan hambar
kalau tidak tahu maksud dari apa yang disampaikan kepada-Nya. Untuk membantu
dalam memahami apa yang dikandung dalam setiap bacaan shalat, perlu dipahami
makna kata-perkata dalam bacaan sholat. Guna menghadirkan kebesaran dan
keberadaan Allah di hadapan hamba dalam setiap shalat yang dilakukan. disertai
permohonan yang disampaikan dalma setiap kata yang di baca menjadikan shalat bisa
dilakukan dengan lebih khusyu’.

Sebagai umat muslim kita pasti sudah mengetahui bahwa dalam


melaksanakan shalat, terutama shalat fardhu hendaklah lebih baik dilaksanakan
secara berjamaah sebab Rasulullah pernah mengatakan bahwa shalat yang dilakukan
secara berjamaah akan bernilai 27 kali lipat daripada shalat dilakukan sendiri yang
hanya bernilai satu 2.

Shalat berjamaah adalah aktivitas shalat yang dilakukan secara bersama-sama.


Paling sedikit dilakukan oleh dua orang dengan satu orang menjadi imam dan
makmum. Imam adalah pemimpin dalam shalat berjamah dan makmum adalah orang
1
M. Amat Asnawi, Panduan Lengkap Sholat Wajib dan Sunnah, (Jawa Tengah, 2019), h. 1
2
Prihatin Nurlathifah, Mencari Berkah dengan Sholat Berjamaah, (Jakarta Selatan, 2009), h. 3

1
yang mengikuti shalatt dibelakang imam. Jadi shalat berjamaah tidak harus dengan
makmum atau peserta shalat yang banyak . Dengan dua orang saja sudah bisa disebut
sebagai shalat berjamaah.

Seiring perkembangan jaman yang semakin canggih dan kegiatan yang


banyak menyita waktu ternyata anak-anak muda yang beragama Islam sekarang ini
jarang sekali melaksanakan shalat berjamaah terutama di mesjid. Oleh sebab itu,
untuk menumbuhkan intensitas peserta didik untuk suka mengikuti shalat berjamaah
adalah dengan mengadakan program di wajibkan shalat berjamaah disekolah3.

Dengan diadakannya shalat berjamaah di sekolah mungkin pelan-pelan akan


membiasakan peserta didik untuk shalat berjamaah. Walaupun masih ada dari peserta
didik yang enggan atau merasa tidak suka dengan program shalat perjamaah yang
diadakan disekolahnya. Persepsi dari para peserta didik disini sangat penting karena
mempengaruhi intensitas dalam pelaksanaan shalat berjamaah. Oleh sebab itu kami
meneliti mengenai “ Pengaruh Persepsi Para Peserta Didik Tentang di Wajibkannya
Kegiatan Shalat Berjamaah di Sekolah Terhadap Intensitas Pelaksanaan Shalat
Berjamaah di Yayasan Perguruan Ira Medan “.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi para peserta didik tentang di wajibkannya kegiatan shalat


berjamaah?

2. Bagaimana intensitas shalat berjamaah para peserta didik di Yayasan Perguruan Ira
Medan?

C. Tujuan Penelitian

3
Ibid. h. 5

2
1. Untuk mengetahui persepsi para peserta didik tentang di wajibkannya kegiatan
shalat berjamaah di Yayasan Perguruan Ira Medan.

2. Untuk mengetahui intensitas para peserta didik Yayasan Perguruan Ira tentang
shalat berjamaah.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di manfaatkan sebagai informasi dan


pembanding bagi penelitian-penelitian selanjutnya, yang meneliti tentang Pengaruh
Persepsi Siswa Tentang Di wajibkannya Kegiatan Shalat Berjamaah Di Sekolah
Terhadap Intensitas Pelaksanaan Shalat Berjamaah, kemudian Dapat di manfaatkan
sebagai sumbangan dalam khazanah keilmuan dan pendidikan, yang bertujuan untuk
mengembangkan kualitas pendidikan dan karakter anak bangsa melalui nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam penelitian ini. dan Dapat di manfaatkan oleh
seorang pendidik dalam dunia pendidikan, agar bisa memahami kondisi jiwa anak
didiknya sehingga dapat mentransfer ilmunya yang di sesuaikan dengan kondisi jiwa
dari anak didiknya.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi peserta didik : diharapkan supaya dapat membantu para peserta didik untuk
membiasakan diri melaksanakan shalat berjamaah disekolah maupun diluar sekolah.
kemudian dapat menciptakan sikap - sikap yang positif seperti disiplin, saling
menyayangi teman, menjauhkan diri dari sikap tak terpuji, dan meningkatkan
kecerdasan emosi dan spiritual.

2. Bagi guru : diharapkan supaya guru dapat membimbing dan membina para peserta
didik untuk ikut dalam pelaksanaan shalat berjamaah disekolah.

3
3. Bagi sekolah : Sebagai masukan untuk menentukan kebijakan dalam meningkatkan
nilai kereligiusan di sekolah.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu


melalui proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus
itu diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis,
sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya,
individu mengalami persepsi. Karena itu proses pengindraan tidak dapat lepas dari
proses persepsi. Persepsi juga merupakan keadaan yang terpadu dari individu yang
bersangkutan, maka apa yang ada dalam individu, pengalaman-pengalaman individu,
akan ikut aktif dalam persepsi individu4.

Jadi persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-


hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli)5

Adapun syarat-syarat yang terdapat di dalam persepsi adalah sebagai berikut :

1) Adanya objek yang dipersepsi : Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera,
dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima, yang bekerja
sebagai reseptor.

4
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta, 1986), h. 53
5
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung, 1986), h. 64

5
2) Alat indera atau reseptor : Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus
yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
Dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi suatu diperlukan pula adanya
perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
mengadakan persepsi6.

Dengan demikian dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai


berikut: objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh
alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses
fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses diotak, sehingga individu dapat
menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus
yang deterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang
dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi
ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.
Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang
sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam
bagian macam-macam bentuk7.

Adapun faktor-faktor Persepsi sebagai berikut :

a) Faktor Fungsional

Faktor fungsional bersal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang
termasuk apa yang kita sebut sebagai factor-faktor personal.

b) Faktor Struktural

6
Bimo Walgito, Op. cit, h. 54
7
Loc.cit.

6
Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek saraf-saraf yang
ditimbulkannya pada system saraf individu. Para psikologi Gestalt, seperti Kohler,
Wartheimer (1959) dan Koffka, merumukan prinsip-prinsip presepsi yang bersifat
structural. Prinsip-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori
ini, bila kita mempresepsi sesuatu, kita mempresepsinya sebagai keseluruhan. Kita
tidak melihat bagaian-bagiannya, lalu menghimpunnya.8

Kemudian ada Kewajiban (Diwajibkannya) Kegiatan Shalat Berjamaah di Sekolah


yaitu :

a. Pengertian kewajiban

Kewajiban berasal dari bahasa latin obligare yang artinya mengikat pada
sesuatu , mewajibkan. Sebuah persetujuan, atau ikatan formal yang biasanya disertai
dengan hukuman jika tidak dipenuhi. Sebuah tugas, sebuah keharusan untuk berbuat
dengan cara tertentu yang ditetapkan oleh hukum, perasaan moral, asas etika,
keterikatan sosial.9

b. Kegiatan shalat berjamaah disekolah

Sekolah Islam, sebagaimana juga sekolah-sekolah lain, menaruh perhatian yang


tinggi terhadap permasalahan kedisiplinan dan moralitas pelajar. Salah satu cara yang
ditempuh oleh sekolah formal Islam adalah dengan mengadakan program shalat
berjamaah.

Program shalat berjamaah di sekolah dapat diterapkan mulai dari tingkat (SD)
hingga (SMA/SMK) Shalat yang dipilih umumnya adalah shalat zuhur dan shalat
ashar, yang mana ada sekolah-sekolah dalam proses belajar mengajarnya sampai sore.
Untuk Pelaksanaan shalat berjamaah sendiri itu bisa menyesuaikan dengan jam
istirahat sekolah.

8
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung, 1986), h. 73
9
Ali Mudhofir, Kamus Etika, ( Yogyakarta, 2009), h. 380

7
Saat sekarang ini remaja lebih menuruti dan dipengaruhi oleh teman-temannya
dibandingkan nasihat orang tuanya. Rasa setia kawan bagi remaja sangat
dibanggakan. Karena mereka sama-sama mencari identitas diri, mereka merasa
senasib sepenanggungan, mereka ikut merasakan apabila dalam satu kelompok ada
yang terkena musibah, yang lain ikut merasakan. Bahkan tak jarang selera remaja
sekarang terkadang sangat berbeda bahkan kadang-kadang bertentangan dengan
kemauan keluarga khususnya orang tua, seperti mode pakaian, potongan rambut,
musik selera pergaulandan lain-lain.

Untuk itu, upaya pembiasaan shalat berjamaah di sekolah yang diperintahkan


kepada para peserta berfungsi sebagai bekal manakala siswa memasuki usia dewasa.
Apabila orang tua tidak mempersiapkan bekal yang cukup untuk anak-anaknya maka
dikhawatirkan si anak akan jauh dari nilai-nilai agama. Shalat berjamaah juga bisa
dijadikan sarana untuk mengevaluasi aspek pembelajaran pelajaran agama di kelas
yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Melalui pemantauan di
lapangan, guru dapat memberikan umpan balik secara langsung.

Secara khusus, kegiatan shalat berjamaah akan mengingatkan para peserta


didik dan guru untuk tetap berpegang pada sendi-sendi agama di tengah tantangan
kehidupan yang sekuler. Sesibuk apapun para peserta didik mengejar cita-cita
duniawi melalui media pendidikan, tidak berarti mereka harus jauh dari cita-cita
ukhrawi. Lebih jauh, kegiatan shalat berjama’ah juga dapat meminimalisir kenakalan
para peserta didik di sekolah. Secara kejiwaan, siswa akan merasa terawasi dan
terbentengi oleh shalat yang mereka kerjakan10.

Adapun penjelasan mengenai shalat berjamaah sebagai berikut :

a. Pengertian Shalat Berjamaah

10
Fadhl Ilahi, Fadhilah Shalat berjamaah, (Istanbul, 2015),h. 05

8
Menurut A.Hasan, Bigha, Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i dan Rasjid
shalat menurut bahasa Arab berarti berdo’a. Secara dimensi fiqih, shalat adalah
beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah dan menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh agama. Shalat dapat
diselenggarakan sendirian maupun berjama’ah. Namun, shalat berjama’ah lebih
afdhal, karena didalamnya terdapat ukhuwah dan semangat beribadah11.

Dalam shalat jamaah ada dua unsur dimana salah satu diantara mareka
sebagai pemimpin yang disebut dengan imam, sementara unsur yang kedua adalah
mereka yang mengikutinya yang disebut dengan ma’mum. Maka apabila dua orang
sembahyang bersama-sama dan salah seoarang dari mereka mengikuti yang lain,
maka keduanya disebut melakukan shalat berjamaah. Dengan demikian, maka
intensitas shalat berjama’ah adalah seberapa sering seorang muslim melakukan shalat
berjamah di dalam sehari semalam12.

a. Hukum Shalat Berjamaah

Shalat berjamaah hukumnya adalah sunah muakad (sangat dianjurkan) yakni sunah
yang sangat penting utnuk dikerjakan karena memiliki nilai yang jauh lebih tinggi
derajatnya dibandingkan dengan shalat munfarid/seorang diri.

Dasar hukum shalat berjamaah adalah:

1) Allah memerintahkan untuk melaksanakan

shalat secara berjamaah, sesuai dengan firmanNya dalam Al-Quran berikut ini:Dan
apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka
berdiri (shalat) besertamu.22 (Q.S. An- Nisa/4: 102).

11
Imam Ahmad Ibnu Hambal, Betulkanlah Shalat Anda, (Jakarta, 1974), h. 125
12
Zakiah Drajad, Shalat: Menjadikan Hidup Bermakna, (Jakarta, 1996), h. 87

9
2) Hadist tentang anjuran melaksanakan Shalat Berjamaah

Yahya menyampaikan kepadaku dari Malik, dari Nafi’, dari Dari Abdullah
bin Umar: Bahwa sungguh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda:
" Sholat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh
tujuh derajat." 13

b. Tata cara Shalat Berjamaah

1) Imam memperhatikan dan membimbing kerapihan dan lurus rapatnya saf/barisan


makmum sebelum shalat dimulai. Pengaturan saf/barisan makmum hendaknya lurus
dan rapat, dengan urutan saf sebagai berikut:

a. Saf laki-laki dewasa di barisan paling depan.

b. Saf anak laki-laki di belakang laki-laki dewasa.

c. Saf anak perempuan di belakang anak laki-laki.

d. Saf wanita dewasa di barisan paling belakang.

2) Sesudah saf teratur dan rapi, imam memulai shalat dengan niatdan bertakbiratul
ikhram
3) Makmum mengikuti segala gerakan shalat imam, tanpa mendahului segala gerakan
dan bacaan imam14.

2. Tujuan dan Manfaat Program

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara detail


tentang pembiasaan shalat berjamaah di Yayasan Perguruan Ira Medan. Disamping
itu penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi penulis, peserta didik,
dan sekolah antara lain adalah :
13
Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6; Jami’ at-Tirmidzi, (Jakarta, 2013),
h. 86.
14
Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 2, (Bandung, 1976), h. 135.

10
1. Menambah pengetahuan tentang teori-teori pembelajaran khususnya yang
berkaitan dengan pembiasaan shalat berjamaah di Yayasan Perguruan Ira Medan.

2. Sebagai bahan informasi masukan bagi peserta didik di Yayasan Perguruan Ira
Medan. untuk meningkatkan pelaksanaan sholat berjamaah.

3. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para tenaga
pendidik di Yayasan Perguruan Ira Medan, kaitannya dengan pembiasaan shalat
berjamaah pada peserta didik Yayasan Perguruan Ira Medan, sehingga dalam
penerapannya nanti bisa terlaksana dengan maksimal.

4. Sebagai bahan masukan bagi para orangtua dan tokoh masyarakat untuk
menggiatkan shalat berjamaah di lingkungan masing-masing.

5. Sebagi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan perkuliahan pada Universitas


Islam Negeri Sumatera Utara.

B. Intensitas Para Peserta Didik Dalam Melaksanakan Shalat Berjamaah di


Sekolah

Intensitas yaitu besar atau kekuatan suatu tingkah laku jumlah energi fisik dari
energy atau indera15. Intensitas merupakan gaya yang dikerahkan dengan sepenuh
tenaga untuk melakukan suatu usaha. Jadi intensitas para peserta didik dalam
melaksanakan shalat berjamaah di sekolah adalah shalat berjamaah yang
dilaksanakan di Sekolah dengan sungguh-sungguh dan berkali-kali dalam mencapai
suatu tujuan untuk beribadah pada Allah. Menurut Syaiful Bahri djamarah “Disiplin
adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan
kelompok”. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Jadi disiplin shalat berjamaah dalam keseharian

15
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, h. 254

11
ataupun sekolah adalah kesetiaan untuk melaksanakan shalat berjamaah secara terus
menerus setiap hari16. Para peserta didik yang berintensitas memelihara salatnya
dengan berjamaah, mereka akan mendirikannya pada waktu-waktunya dan tidak
menyia-nyiakannya baik melaksanakannya di sekolah maupun dilingkungan tempat
tinggalnya. Memeliharan shalat artinya memenuhi syaratnya. Sementara itu, khusyu‟
dalam shalat berbeda dengan memelihara salat, memelihara salat adalah memenuhi
syarat- syarat salat, seperti waktu, rukun dan bersuci sehingga menimbulkan jiwa
yang berdisiplin. Sebab telah melaksanakan shalat sesuai waktu dan unsur-unsur
peraturan shalat berjamaah17.

Para peserta didik yang sungguh-sungguh, teratur dan berlanjut


melaksanakan shalat berjamaah yang dilaksanakan di sekolah, tidak hanya
menggugurkan kewajiban yang di tetapkan di sekolah, ia akan berusaha sebaik
mungkin dimanapun ia berada. Jadi, efek dari tingginya intensitas sesorang untuk
mengerjakan sesuatu secara sungguh-sungguh, teratur dan berlanjut terus menerus
akan menimbulkan kebiasaan orang untuk berdisiplin dalam menjalankan sesuatu.
Dalam hal ini semakin berintensitas para peserta didik mengikuti shalat berjamaah
disekolah akan menimbulkan semakin disiplin siswa menjalankan shalat berjamaah18.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

16
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Semarang, 2000), h. 74-76
17
Abu Hamidz, Indah dan nikmatnya Shalat, (Bandung, 2009), h. 107
18
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op.Cit .h.77

12
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang berbentuk kuantitatif


yang bersifat regresional. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk
memperoleh data-data yang sebenarnya terjadi di lapangan. Bersifat kuantitatif berarti
menekankan analisa pada data numerikal (angka) yang diperoleh dengan metode
statistik19. Sedangkan penelitian regresional adalah suatu penelitian yang bertujuan
menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi variabel
lain. Dalam hal ini mencari data ada tidaknya pengaruh antara variabel dan apabila
ada beberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu20.

B. Subjek Penelitian

1. Kepala sekolah

2. Wali kelas

3. Guru yang mengajar

4. Peserta Didik

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan di Yayasan Perguruan Ira Medan. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian pada tanggal 14 Desemeber 2019

D. Teknik Pengumpulan Data

19
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta, 2001), h. 5
20
Ibid. h. 8

13
Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
mempergunakan beberapa teknik. Adapun teknik yang digunakan, antara lain:

1. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh


informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui. Angket ini diberikan kepada para peserta didik untuk memperoleh data
tentan Intensitas peserta didik dalam pelaksanaan shalat berjamaah di Yayasan
Perguruan Ira Medan. Angket dalam penelitian ini terdiri dari pernyataan yang
bersifat positif dan negatif yang dispesifikasikan dalamtabel dibawah ini.

No Variabel Indikator Pernyataan Pernyataa Jlh


. Positif n
Negatif
1. Intensitas Para peserta Kesungguhan 12,14,16,18, 3,5,7,9,11, 10
didikdalam melaksanakan Peserta didik 22
shalat berjamaah di dalam
sekolah mengikuti
shalat
berjamaah

Keteraturan 16,18 5,7 4


Peserta didik

14
No Variabel Indikator Pernyataan Pernyataan Jlh
. Positif Negatif
Mengikuti shalat 4
berjamaah di 12,15,19,22
Sekolah
Keberlanjutan 3, 6,10,15, 4,10,12,23, 10
siswa mengikuti 24,25
shala berjamaah
di sekolah
Jumlah 28

Angket dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis


statistik yang menghitung nilai kualitas dan kuantitas dengan cara memberikan
penilaian berdasarkan atas jawaban angket yang telah disebarkan kepada responden,
dimana masing-masing item diberikan alternatif jawaban. Kriteria pemberian skor
meliputi 4 item untuk pernyataan positif dan 4 item untuk pernyataan negatif sebagai
berikut:

a. Kriteria pemberian skor pernyataan positif

1) Jawaban selalu mendapat skor 4

2) Jawaban sering mendapat skor 3

3) Jawaban jarang mendapat skor 2

15
4) Jawaban belum pernah mendapat skor 1

b. Kriteria pemberian skor untuk pernyataan negatif

1) Jawaban selalu mendapat skor 1

2) Jawaban sering mendapat skor 2

3) Jawaban jarang mendapat skor 3

4) Jawaban belum pernah mendapat skor 4

E. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian yang
bersifat kuantitatif ini, maka peneliti menggunakan analisis statistik dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data


yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum. Hal ini menggunakan statistik diskriptif dilakukan untuk
mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis regresi, namun tidak perlu
diuji signifikansinya. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa, dalam analisis
diskriptif tidak ada uji signifikansinya, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak
bermaksud membuat generalisasinya21.

Disini peneliti mengumpulkan data dari angket dan kemudian diubah dalam
angka kuantitatif. Langkah yang diambil untuk mengubah data kualitatif menjadi
kuantitatif adalah dengan memberi nilai nilai pada setiap item jawaban pada
pertanyaan angket atau responden. Dimana ada 4 alternatif jawaban. Kemudian
21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung , 2015), h. 209

16
memberi skor dengan ketentuan sebagai berikut : untuk pertanyaan positif
(mendukung) ialah 4 untuk “selalu” , 3 untuk “sering” , 2 untuk “kadang-kadang”,
untuk 1 “tidak pernah” dan untuk pertanyaan negatif (tidak mendukung)
menggunakan skor sebaliknya.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum Penelitian

1. Profil Yayasan Perguruan Ira Medan

Madrasah Tsanawiyah Ira Medan didirikan pada tahun 1987 dengan nomor
NSM 121212710055. Kemudian izin operasional dikeluarkan oleh Depdikbud
Sumatera Utara dengan nomor dan tanggal izin operasional 870/20 Juli 2010.
Yayasan Perguruan Ira Medan beralamat di Jalan pertiwi No. 111/53-B kecamatan
medan tembung. Yayasan Perguruan Ira Medan ini dipimpin oleh Drs. Juhari
Simamora, M.M. Telepon sekolah 061.7365244.

2. Visi dan Misi Yayasan Perguruan Ira Medan

a. Visi

Terwujudnya lulusan yang beriman, berilmu, berwawasan, serta berprestasi dan


berakhlakul karimah.

b. Misi

1. Menumbuhkan sikap dan amaliah yang konsekuensi berpedoman pada Al-quran


dan hadist.

17
2. Menumbuhkan semangat mempelajari dan mengamalkan isi dna kandungan Al-
quran dan hadist dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul


dalam bidang akademik, non akademik, moral, kemandirian, dan aktifitas keagamaan.

4. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa


berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

c. Tujuan

1. Tujuan Umum

* Mewujudkan Tujuan pendidikan Nasional

* Mewujudkan visi dan misi Yayasan Perguruan Ira Medan

* Mewujudkan Yayasan Perguruan Ira Medan yang potensial

2. Tujuan Khusus

* Memiliki pemahaman dan landasan akhlakul kharimah yang merupakan


implementasi keimanan dan ketakwaan.

* Memiliki kualitas pengajar yang telah layak sesuai dengan bidangnya, kualifikasi
S1

*Memiliki sarana/prasana fasilitas Sekolah

* Menghasilkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

* Meningkatkan kesejahteraan personils sekolah

* Berbudaya lingkungan.

* Meningkatkan kerjasama dan disiplin seluruh warga Madrasah

18
* Membimbing siswa agar tekun beribadah dalam kehidupan sehari-hari

* Memberikan pendidikan yang seimbang ( kognitif, efektif, dan psikomotor)

* Membiasakan hidup jasmani, rohani, maupun pikiran.

3. a Data Guru dan Siswa Yayasan Perguruan Ira Medan

Adapun data para guru dari madrasah tsanawiyah adalah sebagai berikut :

No Nama Nip Bidang Studi


.
1. Hertati, S.Ag 195610271986032001 Aqidah Akhlak
2. Sri Rahmatalina, S.Ag 197011131992032001 Bahasa Arab
3. Dra. Komariah, MM 196803131995032001 IPS
4. Udin, M.Pd..I 197105151996031001 Bahasa Arab
5. Fauziah, S.Ag 197111091991032002 SKI
6. Haris Wijaya, S.Pd..I, MM 196908311993031001 Bahasa Inggris
7. Budiman, S.Pd 196506081991031000 Penjaskes
8. Heryawati M. Nasir, S.Pd.I 196812251994032004 Fiqih
9. Falentia, S.Pd 196805161998032004 Bahasa Indonesia
10. Musriah Susanti, S.Pd 197102121997032003 Bahasa Inggris
11. Refnely, S.Ag 197308202000032001 Fiqih
12. Budi Pranoto, S.Pd 197305042000121002 Bahasa Inggris
13. Herza Karyus, S.Pd, MM 197305042000121002 Matematika
14. Zilhayah, S.Ag 195907131991032002 Qur’an Hadist
15. Sri Suwarni, A.Md 196603121992032002 Pkn
16. Syarifah, S.Pd 198003172005012004 IPS
17. Marita Sari, S.Pd 197603262005012003 IPA

19
18. Berta Nopilia, S.Pd 198005282005012006 BK
19. Erfina, S.Pd 198010252005012003 Matematika
20. Suriyah, S.Pd 198102192005012004 Matematika
21. Etty Wandra Sri F, M.Pd..I 198102032005012005 SKI
22. Irawan, S.Pd 197708082005011004 IPS
23. Deftriyanti, S.Pd 196711182005012002 Bahasa Indonesia
24. Samsul Haq. S.Pd 196811182005011001 Bahasa Indonesia
25. Danimah, S.Pd 196911232005012004 Bahasa Indonesia
26. Sufian Sauri, S.Pd.I, MM 196608171998031005 Akida dan Ahklak

b. Data Siswa Madrasah Tsanawiyah Ira Medan

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


VII A 18 17 35
VII B 19 16 35
VII C 22 17 39
VIII A 17 23 40
VIII B 19 20 39
VIII C 14 21 35
IX A 22 18 40
IX B 15 17 32
IX C 20 18 38
Total 166 167 333

c. Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Ira Medan

No Nama Sarana/ Prasarana Jumlah Kondisi


.
1. Ruang Kelas 6 Baik
2. Ruang Perpustakaan 0 -
3. Ruang Laboraturium 0 -
4. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

20
5. Ruang Guru 1 Baik
6. Mushola 0 -
7. Ruang UKS 0 -
8. Ruang BP/BK 0 -
9. Gudang 0 -
10. Ruang Sirkulasi 0 -
11. Kamar Mandi Kepala Sekolah 0 -
12. Kamar Mandi Guru 1 Baik
13. Kamar Mandi Siswa 3 Baik
14. Kamar Mandi Siswi 2 Baik
15. Halaman/Lapangan Olahraga 1 Baik

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

21
A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian tentang “ Pengaruh Persepsi Para Peserta


Didik Tentang di Wajibkannya Kegiatan Shalat Berjamaah di Sekolah Terhadap
Intensitas Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Yayasan Perguruan Ira Medan”. Serta
sesuai dengan perumusan masalah yang ada maka dapat diambil kesimpulannya yaitu
bahwa. Intensitas Para peserta didik dalam melaksanakan Shalat berjamaah di
Madrasah Tsanawiyah Ira Medant termasuk dalam kategori “ baik “ dengan skor rata-
rata 3.

B. Saran

1. Bagi Guru

Peran guru dalam pembiasaan shalat berjamaah dan pembentukan karakter


bernilai agama untuk siswa sangatlah penting. Meskipun tingkat intensitas dalam
melaksanakan shalat berjamaah di sekolah sudah baik, akan tetapi tidak ada salahnya
guru menamkan kedisiplinan shalat berjamaah di sekolah maupun dalam keseharian.
2. Bagi Orang Tua

Orang tua sangat berperan dalam meningkatkan kedisiplinan shalat


berjamaah anaknya, oleh karena itu orang tua memantau kedisplinan anak untuk
melaksanakan shalat berjamaah dan orang tua harus mencontohkan untuk disiplin
shalat berjamaah dalam sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

22
Asnawi M. Amat.2019. Panduan Lengkap Sholat Wajib dan Sunnah.Jawa Tengah :
Indoliterasi
At-tirmidzi Abu Isa Muhammad bin Isa.2013. Ensiklopedia Hadits 6; Jami’at
Tirmidzi. Jakarta: Almahira
Chaplin P. James. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Press
Drajat Zakiah.1986. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna. Jakarta : CV Ruhama
Hanbal Imam Ahmad Ibnu. 1974. Betulkah Shalat Anda. Jakarta : Bulan Bintang
Hamidz Abu. 2009. Indah dan Nikmatnya Shalat. Bandung : Pustaka Hidayah
Ilahi Fadhl. 2015. Fadhilah Shalat Berjamaah. Istanbul
Mudhofir Ali. 2009. Kamus Etika. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nurlathifah Prihatin. 2009. Mencari Berkah Shalat Berjamaah. Jakarta : Andi Offset
Rakhmat Jalaludin. 1986. Psikologi Komunitas. Bandung. : Redmaja Karya
Sabiq Sayyid. 2006. Fiqih Sunnah. Jakarta : PT Al ma’ arif
Shieddiqy Tengku Muhammad Hasbi Ash . 2000. Pedoman Shalat. Semarang : Bulan
Bintang
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian. Bandung : Alfabeta
Walgito Bimo. 1986. Pengantar Psikologi. Yogyakarta : Andi Offset

BUKTI DOKUMENTASI

23
24

Anda mungkin juga menyukai