PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat adalah perintah Allah yang pertama dan utama. Shalat menjadi
kewajiban utama bagi seorang muslim setelah iman. Begitu pentingnya kedudukan
shalat ini, maka untuk menyampaikan perintah shalat, Allah memanggil langsung
Nabi Muhammad saw ke Sidratul Muntaha dalam peristiwa isra’ Mi’raj. Sedangkan
untuk menyampaikan perintah-perintah lain, Allah cukup memerintahkan malaikat
jibril untuk menyampaikannya kepada Nabi Muhammad saw. 1
Di dalam shalat kita sebenarnya sedang berbincang Allah, maka akan hambar
kalau tidak tahu maksud dari apa yang disampaikan kepada-Nya. Untuk membantu
dalam memahami apa yang dikandung dalam setiap bacaan shalat, perlu dipahami
makna kata-perkata dalam bacaan sholat. Guna menghadirkan kebesaran dan
keberadaan Allah di hadapan hamba dalam setiap shalat yang dilakukan. disertai
permohonan yang disampaikan dalma setiap kata yang di baca menjadikan shalat bisa
dilakukan dengan lebih khusyu’.
1
yang mengikuti shalatt dibelakang imam. Jadi shalat berjamaah tidak harus dengan
makmum atau peserta shalat yang banyak . Dengan dua orang saja sudah bisa disebut
sebagai shalat berjamaah.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana intensitas shalat berjamaah para peserta didik di Yayasan Perguruan Ira
Medan?
C. Tujuan Penelitian
3
Ibid. h. 5
2
1. Untuk mengetahui persepsi para peserta didik tentang di wajibkannya kegiatan
shalat berjamaah di Yayasan Perguruan Ira Medan.
2. Untuk mengetahui intensitas para peserta didik Yayasan Perguruan Ira tentang
shalat berjamaah.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
1. Bagi peserta didik : diharapkan supaya dapat membantu para peserta didik untuk
membiasakan diri melaksanakan shalat berjamaah disekolah maupun diluar sekolah.
kemudian dapat menciptakan sikap - sikap yang positif seperti disiplin, saling
menyayangi teman, menjauhkan diri dari sikap tak terpuji, dan meningkatkan
kecerdasan emosi dan spiritual.
2. Bagi guru : diharapkan supaya guru dapat membimbing dan membina para peserta
didik untuk ikut dalam pelaksanaan shalat berjamaah disekolah.
3
3. Bagi sekolah : Sebagai masukan untuk menentukan kebijakan dalam meningkatkan
nilai kereligiusan di sekolah.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Persepsi
1) Adanya objek yang dipersepsi : Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera,
dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima, yang bekerja
sebagai reseptor.
4
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta, 1986), h. 53
5
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung, 1986), h. 64
5
2) Alat indera atau reseptor : Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus
yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
Dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3) Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi suatu diperlukan pula adanya
perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
mengadakan persepsi6.
a) Faktor Fungsional
Faktor fungsional bersal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang
termasuk apa yang kita sebut sebagai factor-faktor personal.
b) Faktor Struktural
6
Bimo Walgito, Op. cit, h. 54
7
Loc.cit.
6
Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek saraf-saraf yang
ditimbulkannya pada system saraf individu. Para psikologi Gestalt, seperti Kohler,
Wartheimer (1959) dan Koffka, merumukan prinsip-prinsip presepsi yang bersifat
structural. Prinsip-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori
ini, bila kita mempresepsi sesuatu, kita mempresepsinya sebagai keseluruhan. Kita
tidak melihat bagaian-bagiannya, lalu menghimpunnya.8
a. Pengertian kewajiban
Kewajiban berasal dari bahasa latin obligare yang artinya mengikat pada
sesuatu , mewajibkan. Sebuah persetujuan, atau ikatan formal yang biasanya disertai
dengan hukuman jika tidak dipenuhi. Sebuah tugas, sebuah keharusan untuk berbuat
dengan cara tertentu yang ditetapkan oleh hukum, perasaan moral, asas etika,
keterikatan sosial.9
Program shalat berjamaah di sekolah dapat diterapkan mulai dari tingkat (SD)
hingga (SMA/SMK) Shalat yang dipilih umumnya adalah shalat zuhur dan shalat
ashar, yang mana ada sekolah-sekolah dalam proses belajar mengajarnya sampai sore.
Untuk Pelaksanaan shalat berjamaah sendiri itu bisa menyesuaikan dengan jam
istirahat sekolah.
8
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung, 1986), h. 73
9
Ali Mudhofir, Kamus Etika, ( Yogyakarta, 2009), h. 380
7
Saat sekarang ini remaja lebih menuruti dan dipengaruhi oleh teman-temannya
dibandingkan nasihat orang tuanya. Rasa setia kawan bagi remaja sangat
dibanggakan. Karena mereka sama-sama mencari identitas diri, mereka merasa
senasib sepenanggungan, mereka ikut merasakan apabila dalam satu kelompok ada
yang terkena musibah, yang lain ikut merasakan. Bahkan tak jarang selera remaja
sekarang terkadang sangat berbeda bahkan kadang-kadang bertentangan dengan
kemauan keluarga khususnya orang tua, seperti mode pakaian, potongan rambut,
musik selera pergaulandan lain-lain.
10
Fadhl Ilahi, Fadhilah Shalat berjamaah, (Istanbul, 2015),h. 05
8
Menurut A.Hasan, Bigha, Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i dan Rasjid
shalat menurut bahasa Arab berarti berdo’a. Secara dimensi fiqih, shalat adalah
beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah dan menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh agama. Shalat dapat
diselenggarakan sendirian maupun berjama’ah. Namun, shalat berjama’ah lebih
afdhal, karena didalamnya terdapat ukhuwah dan semangat beribadah11.
Dalam shalat jamaah ada dua unsur dimana salah satu diantara mareka
sebagai pemimpin yang disebut dengan imam, sementara unsur yang kedua adalah
mereka yang mengikutinya yang disebut dengan ma’mum. Maka apabila dua orang
sembahyang bersama-sama dan salah seoarang dari mereka mengikuti yang lain,
maka keduanya disebut melakukan shalat berjamaah. Dengan demikian, maka
intensitas shalat berjama’ah adalah seberapa sering seorang muslim melakukan shalat
berjamah di dalam sehari semalam12.
Shalat berjamaah hukumnya adalah sunah muakad (sangat dianjurkan) yakni sunah
yang sangat penting utnuk dikerjakan karena memiliki nilai yang jauh lebih tinggi
derajatnya dibandingkan dengan shalat munfarid/seorang diri.
shalat secara berjamaah, sesuai dengan firmanNya dalam Al-Quran berikut ini:Dan
apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka
berdiri (shalat) besertamu.22 (Q.S. An- Nisa/4: 102).
11
Imam Ahmad Ibnu Hambal, Betulkanlah Shalat Anda, (Jakarta, 1974), h. 125
12
Zakiah Drajad, Shalat: Menjadikan Hidup Bermakna, (Jakarta, 1996), h. 87
9
2) Hadist tentang anjuran melaksanakan Shalat Berjamaah
Yahya menyampaikan kepadaku dari Malik, dari Nafi’, dari Dari Abdullah
bin Umar: Bahwa sungguh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda:
" Sholat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh
tujuh derajat." 13
2) Sesudah saf teratur dan rapi, imam memulai shalat dengan niatdan bertakbiratul
ikhram
3) Makmum mengikuti segala gerakan shalat imam, tanpa mendahului segala gerakan
dan bacaan imam14.
10
1. Menambah pengetahuan tentang teori-teori pembelajaran khususnya yang
berkaitan dengan pembiasaan shalat berjamaah di Yayasan Perguruan Ira Medan.
2. Sebagai bahan informasi masukan bagi peserta didik di Yayasan Perguruan Ira
Medan. untuk meningkatkan pelaksanaan sholat berjamaah.
3. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para tenaga
pendidik di Yayasan Perguruan Ira Medan, kaitannya dengan pembiasaan shalat
berjamaah pada peserta didik Yayasan Perguruan Ira Medan, sehingga dalam
penerapannya nanti bisa terlaksana dengan maksimal.
4. Sebagai bahan masukan bagi para orangtua dan tokoh masyarakat untuk
menggiatkan shalat berjamaah di lingkungan masing-masing.
Intensitas yaitu besar atau kekuatan suatu tingkah laku jumlah energi fisik dari
energy atau indera15. Intensitas merupakan gaya yang dikerahkan dengan sepenuh
tenaga untuk melakukan suatu usaha. Jadi intensitas para peserta didik dalam
melaksanakan shalat berjamaah di sekolah adalah shalat berjamaah yang
dilaksanakan di Sekolah dengan sungguh-sungguh dan berkali-kali dalam mencapai
suatu tujuan untuk beribadah pada Allah. Menurut Syaiful Bahri djamarah “Disiplin
adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan
kelompok”. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Jadi disiplin shalat berjamaah dalam keseharian
15
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, h. 254
11
ataupun sekolah adalah kesetiaan untuk melaksanakan shalat berjamaah secara terus
menerus setiap hari16. Para peserta didik yang berintensitas memelihara salatnya
dengan berjamaah, mereka akan mendirikannya pada waktu-waktunya dan tidak
menyia-nyiakannya baik melaksanakannya di sekolah maupun dilingkungan tempat
tinggalnya. Memeliharan shalat artinya memenuhi syaratnya. Sementara itu, khusyu‟
dalam shalat berbeda dengan memelihara salat, memelihara salat adalah memenuhi
syarat- syarat salat, seperti waktu, rukun dan bersuci sehingga menimbulkan jiwa
yang berdisiplin. Sebab telah melaksanakan shalat sesuai waktu dan unsur-unsur
peraturan shalat berjamaah17.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Semarang, 2000), h. 74-76
17
Abu Hamidz, Indah dan nikmatnya Shalat, (Bandung, 2009), h. 107
18
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op.Cit .h.77
12
A. Jenis Penelitian
B. Subjek Penelitian
1. Kepala sekolah
2. Wali kelas
4. Peserta Didik
Penelitian ini penulis lakukan di Yayasan Perguruan Ira Medan. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian pada tanggal 14 Desemeber 2019
19
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta, 2001), h. 5
20
Ibid. h. 8
13
Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
mempergunakan beberapa teknik. Adapun teknik yang digunakan, antara lain:
1. Angket
14
No Variabel Indikator Pernyataan Pernyataan Jlh
. Positif Negatif
Mengikuti shalat 4
berjamaah di 12,15,19,22
Sekolah
Keberlanjutan 3, 6,10,15, 4,10,12,23, 10
siswa mengikuti 24,25
shala berjamaah
di sekolah
Jumlah 28
15
4) Jawaban belum pernah mendapat skor 1
E. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian yang
bersifat kuantitatif ini, maka peneliti menggunakan analisis statistik dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Disini peneliti mengumpulkan data dari angket dan kemudian diubah dalam
angka kuantitatif. Langkah yang diambil untuk mengubah data kualitatif menjadi
kuantitatif adalah dengan memberi nilai nilai pada setiap item jawaban pada
pertanyaan angket atau responden. Dimana ada 4 alternatif jawaban. Kemudian
21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung , 2015), h. 209
16
memberi skor dengan ketentuan sebagai berikut : untuk pertanyaan positif
(mendukung) ialah 4 untuk “selalu” , 3 untuk “sering” , 2 untuk “kadang-kadang”,
untuk 1 “tidak pernah” dan untuk pertanyaan negatif (tidak mendukung)
menggunakan skor sebaliknya.
BAB IV
Madrasah Tsanawiyah Ira Medan didirikan pada tahun 1987 dengan nomor
NSM 121212710055. Kemudian izin operasional dikeluarkan oleh Depdikbud
Sumatera Utara dengan nomor dan tanggal izin operasional 870/20 Juli 2010.
Yayasan Perguruan Ira Medan beralamat di Jalan pertiwi No. 111/53-B kecamatan
medan tembung. Yayasan Perguruan Ira Medan ini dipimpin oleh Drs. Juhari
Simamora, M.M. Telepon sekolah 061.7365244.
a. Visi
b. Misi
17
2. Menumbuhkan semangat mempelajari dan mengamalkan isi dna kandungan Al-
quran dan hadist dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
* Memiliki kualitas pengajar yang telah layak sesuai dengan bidangnya, kualifikasi
S1
* Berbudaya lingkungan.
18
* Membimbing siswa agar tekun beribadah dalam kehidupan sehari-hari
Adapun data para guru dari madrasah tsanawiyah adalah sebagai berikut :
19
18. Berta Nopilia, S.Pd 198005282005012006 BK
19. Erfina, S.Pd 198010252005012003 Matematika
20. Suriyah, S.Pd 198102192005012004 Matematika
21. Etty Wandra Sri F, M.Pd..I 198102032005012005 SKI
22. Irawan, S.Pd 197708082005011004 IPS
23. Deftriyanti, S.Pd 196711182005012002 Bahasa Indonesia
24. Samsul Haq. S.Pd 196811182005011001 Bahasa Indonesia
25. Danimah, S.Pd 196911232005012004 Bahasa Indonesia
26. Sufian Sauri, S.Pd.I, MM 196608171998031005 Akida dan Ahklak
20
5. Ruang Guru 1 Baik
6. Mushola 0 -
7. Ruang UKS 0 -
8. Ruang BP/BK 0 -
9. Gudang 0 -
10. Ruang Sirkulasi 0 -
11. Kamar Mandi Kepala Sekolah 0 -
12. Kamar Mandi Guru 1 Baik
13. Kamar Mandi Siswa 3 Baik
14. Kamar Mandi Siswi 2 Baik
15. Halaman/Lapangan Olahraga 1 Baik
BAB V
21
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Guru
DAFTAR PUSTAKA
22
Asnawi M. Amat.2019. Panduan Lengkap Sholat Wajib dan Sunnah.Jawa Tengah :
Indoliterasi
At-tirmidzi Abu Isa Muhammad bin Isa.2013. Ensiklopedia Hadits 6; Jami’at
Tirmidzi. Jakarta: Almahira
Chaplin P. James. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Press
Drajat Zakiah.1986. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna. Jakarta : CV Ruhama
Hanbal Imam Ahmad Ibnu. 1974. Betulkah Shalat Anda. Jakarta : Bulan Bintang
Hamidz Abu. 2009. Indah dan Nikmatnya Shalat. Bandung : Pustaka Hidayah
Ilahi Fadhl. 2015. Fadhilah Shalat Berjamaah. Istanbul
Mudhofir Ali. 2009. Kamus Etika. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nurlathifah Prihatin. 2009. Mencari Berkah Shalat Berjamaah. Jakarta : Andi Offset
Rakhmat Jalaludin. 1986. Psikologi Komunitas. Bandung. : Redmaja Karya
Sabiq Sayyid. 2006. Fiqih Sunnah. Jakarta : PT Al ma’ arif
Shieddiqy Tengku Muhammad Hasbi Ash . 2000. Pedoman Shalat. Semarang : Bulan
Bintang
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian. Bandung : Alfabeta
Walgito Bimo. 1986. Pengantar Psikologi. Yogyakarta : Andi Offset
BUKTI DOKUMENTASI
23
24