Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

Tentang

“ ETIKA GURU MENURUT PARA AHLI “

1. Etika Guru Menurut Al-Ghazali

Guru sebagai pelaku utama kegiatan pendidikan memerlukan persiapan


baik dari segi penguasaan ilmu yang diajarkan, kemampuan menyampaikan ilmu
secara efesien dan efektif kepada anak didik (murid) yang bervariasi watak
ataupun kepribadian sehingga membutuhkan konsep/ teori khusus dalam
mengaplikasikannya.

Ada empat macam kondisi manusia yang memiliki kaitan dengan ilmu yaitu :.

(1) Kondisi seseorang yang sedang mencari ilmu

(2) Kondisi seseorang sesudah memperoleh ilmu

(3) Kondisi seseorang di mana ia sudah merenungkan dan menikmati ilmu yang
sudah dicapainya.

(4) Kondisi seseorang dimana ia bisa membagikan, mengajarkan dan


menyebarkannya kepada orang lain.

Dari empat kondisi tersebut kondisi yang terbaik adalah kondisi yang ke
empat. Perilaku terbaik dari seorang guru adalah dikatakan :

“ Siapa yang mempelajari suatu ilmu, kemudian mengamalkannya dan setelah itu
mengajarkannya kepada orang lain, maka ia termasuk kelompok yang disebut
sebagai pembesar pada kerajaan langi.”

Orang yang mengajarkan ilmu biasanya disebut guru. Adapun adab bagi
seorang guru dalam mengajarkan ilmu kepada orang lain sebagai berikut :

(1) Seorang guru dalam mengajarkan ilmu harus memperlihatkan kebaikan,


simpati dan bahkan empati. kepada muridnya, serta memperlakukan sebagai anak
sendiri. Karena Rasulullah pernah bersabda :

“ Sesungguhnya posisiku terhadap kalian laksana ayah terhadap anak- anaknya”

1
Seorang guru dalam mengajarkan ilmu juga harus memiliki niat dan
tujuan guna menyelamatkan para muridnya di akhirat kelak.

(2) Seorang guru hendaknya mengikuti teladan dan contoh dari akhlak Rasulullah
dengan kata lain, seorang guru tidak di perkenankan mengharap imbalan dari
murid yang diajarnya. selain mengharapkan keridhoan Allah swt. Sebab Allah
sendiri yang telah mengajarkan kepada kita untuk berkata, sebagaimana telah
diterangkan dalam Al-qur’an :

“ Katakanlah : “ Aku tidak menginginkan upah darimu untuk seruanku ini. Upah
yang aku harapka hanyalah di sisi Allah.” (QS. Hud ayat 29).

(3) Seorang guru tidak diperbolehkan menyembunyikan nasihat atau ajaran untuk
di berikan kepada murid-muridnya. ketika seorang guru telah selesai dalam
menyampaikan ilmu yang berkaitan dengan lahiriah, maka ia harus
menyampaikan ilmu yang berkaitan dengan batiniah kepada murid-muridnya.

Seorang guru hendaknya menyampaikan atau mengatakan bahwa tujuan


dari menimba ilmu agar bisa dekat dengan Allah swt , bukan bukan dekat dengan
kekuasaan atau kekayaan. dan bahwa Allah swt menciptkan ambisi pada tiap-tiap
manusia sebagai sarana untuk melestarikan ilmu yang merupakan hakikat bagi
ilmu-ilmu yang sedang dipelajari.

(4) Seorang guru harus berusaha mencegah murid-muridnya agar tidak memiliki
watak serata peringai yang buruk dengan cara yang lembut dan penuh kehati—
hatian. karena. jika seorang guru mencegah muridnya dengan cara yang kasar,
maka seorang sama dengan menciptakan rasa ketidakpatuhan kepada muridnya.

(5) Seorang guru tidak diperkenankan merendahkan ilmu di hadapan para


muridnya. guru yang mengajarkan bahasa biasanya memandang rendah ilmu
fikih, dan guru ilmu fikih melecehkan ilmu hadis. padahal tindakan semacam ini
sangat tercela baik untuk guru itu sendiri ataupun muridnya. Dan seorang guru
sebaiknya menyampaikan materi pengajaran yang sesuai dengan aturan yang ada
secara bertahap agar tidak membebani pemahaman murid-muridnya.

(6) Seorang guru dalam mengajarkan ilmu haruslah mencapai batas kemampuan
pemahaman dari para muridnya. agar ilmu yang diajarkan bisa diterapkan sebaik
mungkin . Dan seorang guru tidak diperkenankan menyampaikan materi di luar
batas kemampuan para muridnya. hendaklah pelajaran yang disampaikan yang
mudah di mengerti oleh muridnya.

2
(7) Seorang guru apabila mengajarkan ilmu kepada murid yang berkemampuan
terbatas hanya sesuatu yang jelas, lugas, dan sesuai dengan tingkat
pemahamannya yang terbatas.

(8) Seorang guru haruslah terlebeih dahulu mengetahui dan menerapkan ilmu
yang ingin diajarkannya, dan tidak boleh berbohong dengan apa yang
disampaikannya. Ilmu dapat diserap dengan mata batin, dan amal dapat disaksikan
melalui pandangan mata lahir. Banyak yang memilki mata lahir, namun sedikit
sekali yang memiliki atau mau memanfaatkan mata batin.

2. Etika Guru Menurut Ibn Jama’ah

Dalam pemahaman Ibn Jama’ah, karakter personal yang mesti dimiliki


oleh pendidik adalah patuhkepada Allah, agar sedekat mungkin mengikuti sunnah
nabi Muhammad saw. Oleh karenanya, Ibn Jama’ah memberikan batasan bagi
pendidik agar menjaga karakternya dengan tidak menjadikan ilmu sebagai alat
mencapai tujuan duniawi seperti jabatan, kekayaan, popularitas atau saling
bersaing dengan orang lain.

Pendidik harus menjaga karakter pribadi terhadap murid, dalam kondisi


dan hubungan apapun. Personalitas hubungan guru dan murid kian kental seiring
tingginya tingkat pendidikan. Atas dasar itu, Ibn Jama’ah memberikan satu
konsep karakter yang utama bagi guru agar ia memperhatikan murid dengan
penuh kepedulian, umpama ia memperhatikan anak sendiri. dengan rasa sabar dan
penuh kasih sayang. “ Maka ketika pembelajaran di sekolah berlangsung ,
penyerapan ilmu pengetahuan berjalan secara intens karena para murid
menghormati guru seperti pendidik yang memiliki karakter.

Seorang pendidik diharuskan memiliki akhlak yang mulia seperti sopan,


khusuk, tawadhu, tunduk pada Allah swt dan selalu mendekatkan diri pada-Nya
secara diam-diam dan terang-terangan.

Guru dan murid adalah sumber kebenaran dan pelita bagi masyarakat. Jika
karakter guru jelek dan tidak mencerminkan prikemanusian maka ini adalah salah
satu sebab kebencian murid atas gurnya yang pada akhirnya akan menjauhi segala
intruksi mereka.

Maka untuk itu pendidik sewajarnya mengetahui dan menghayati poin-


poin karakter sebagai basis moral akademisnya. Rangkaian karakter membentuk
kepribadian yang memberi kapasitas sebagai pendidik dalam menjalankan roda
fungsi sebagai ilmuan.

3
Adapun etika guru menurut Ibn Jama’ah adalah sebagai berikut :

(1) Seorang pendidik harus senantiasa dekat dengan Allah swt, saat sedang
sendirian atau saat sedang bersama orang lain, dalam segenap gerakan diam,
perkataan dan perbuatan. Menurut Ibn Jama’ah seorang guru sebagai mikro
cosmos manusia dan secara umum dapat dijadikan sebagai tipologi makhluk
terbaik (khairul Barriyah). Seperti yang telah difirmankan oleh Allah dalam Al-
qur’an sebagai berikut :

“ Mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluk “ . (QS. Al- Bayyinah ayat 7)

(2)Seorang pendidik mesti hidup sederhana atau mesti bersifat zuhud dengan
menghindari kekayaan materi yang berlebihan. Segala yang diperlukannya itu
harus sesuai dengan kebutuhan dan kecukupannya. Seorang pendidik hanya
diperbolehkan mengambil upah sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok saja.
Memang benar terkadang manusia ini cenderung memiliki sifat rasa tidak cukup.
Maka dalam hal ini Ibn Jama’ah memberi solusi bagi pendidik guna mengadopsi
karakter zuhud. Mencari nafkah hanya untuk sekedar menutupi kebutuhan bukan
untuk bermegah-megahan, apalagi harga yang akan memberatkan beban pendidik,
sebab ia merupakan fitnah yang besar.

Hidup dengan penuh kesederhanaan adalah karakter yang di sanjung oleh


Ibn Jama’ah , sehingga pendidik tidak merelakan dirinya terikat dengan harta
namun senantiasa perhatian pada pengembangan keilmuannya. Bagi Ibn Jama’ah
pendidik adalah profesi yang sangat mulia, pewaris para nabi. Maka sudah
selakmya ia mencurahkan segala waktu, tenaga, daya dan upayanya untuk
kepentingan ilmu bukan sebaliknya.

(3) Seorang pendidik hendaknya menghindari perilaku buruk atau kurang pantas,
baik segi agama ataupun adat. Dan seorang pendidik harus menghindar dari
tempat yang dianggap mengurangi citranya sehingga tidak muncul prasangka
buruk dari orang lain. Untuk kepentingan tertentu, maka pendidik mesti
menjelaskan kepada orang yang ia jumpai guna untuk menghindari munculnya
praduga yang salah.

Menjaga citra dan meminimalisir perilaku buruk adalah cerminan sosok


pendidik. Dalam pergaulan sehari-hari sebagai pengajar hendaknya pendidik harus
menjaga sikap. Oleh karena itu, sepatutnya seorang guru menumbuhkan sifat
santun dalam diri baik tutur kata katanya, perbuatan, maupun gerak-gerik dan
bahasa tubuh yang menggambarkan bahwa ia merupakan seorang yang
berkarakter.

4
(4) Seorang pendidik selayaknya mentradisikan budaya menulis dalam bidang
yang sesuai dengan konsetrasinya. Karakter terakhir ini termasuk dalam bagian
karakteristik profesi guru. Ibn memandang bahwa seorang guru harus memiliki
keahlian dalam bidang menulis, karena tidak mungkin proses belajar mengajar
akan berjalan maksimal, jika guru belum memiliki keahlian tersebut.

Mengutip kata-kata al-Khatab al-Baghdadi, Ibn Jama’ah mengatakan


menulis bisa memperkuat hafalan, mencerdaskan hati, mengasah bakat,
memperjelas ungkapan, menghasilkan popularitas atau pujian, serta mengekalkan
keilmuan dan mewariskan ilmu pengetahuan hingga akhir masa. Sejatinya, bagi
pendidik tidak berniat mengharapkan pujian atau imbalan apapundalam mengukir
profesi sebagai penulis. Namun, kita menyakini bahwa hal tersebut akan didapati
bila ia mengiringi dengan niat yang ikhlas.

Tenaga pendidik hendaknya mencontohi apa yang di tuangkan dari


pemikiran Ibn Jama’ah di dalam kitabnya Tadzkirat al-Sami’wa al-Mutakalim.
Seorang pendidik senantiasa menghiasi karakternya dengan patuh dan tunduk
kepada Allah swt, hidup dengan sederhana, menjaga citra dan meminimalisir
perilaku buruk serta membudayakan tradisi menulis adalah ciri-ciri pokok
karakter pendidik dalam misi menyelamatkan karakter anak bangasa.

3. Etika Guru Menurut KH Hasyim Asy’ari

Adapun etika guru menurut Kh Hasyim Asy’ari dibagi menjadi 3 bagian pokok
yaitu sebagai berikut :

a. Adab seorang guru pada dirinya sendiri yaitu :

Adab tidak hanya di miliki oleh seorang penuntut ilmu, pendidik yang baik
seharusnya dapat menjadi teladan bagi muridnya. Jika seorang pendidik tidak
mempunyai adab yang terpuji, maka sia-sia menerapkan ilmu yang akan
disampaikannya. Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
sebagai berikut :

(1) Istiqomah dan Muraqabah ( meditasi sufi ) kepada Allah.

(2) Memiliki sifat yang rasa takut kepada Allah.

(3) Memilki sifat yang sangat tenang.

(4) Memiliki sikap yang meninggalkan sesuatu yang mubah atau halal agar
terhindar dari jatuh ke sesuatu yang haram.

5
(5) Bersikap Rendah hati.

(6) Khusyuk kepada Allah.

(7) Selalu berserah dan bergantung diri kepada Allah .

(8) Tidak menjadi ilmu untuk memenuhi kesenangan dunia.

(9) Tidak pilih kasih atau mengistimewakan salah satu dari muridnya.

(10) Memiliki sifat yang mengutamakan akhirat daripada dunia.

(11) Menjauhkan diri dari perbuatan buruk dan tempat yang penuh maksiat.

(12) Menjaga diri dengan melakukan perbuatan yang baik dan memperhatikan
syiar islam, dan hukum zahir.

(13) Memperlihatkan sunnah demi kemashlatan.

(14) Membiasakan diri untuk menegerjakan sunnah.

(15) Bergaul dengan orang-orang yang memiliki kelakuan baik.

(16) Membersihkan diri dan hati dari perbuatan yang tercela.

(17) Selalu semangat dalam menambah ilmu.

(18) Mengambil setiap hikmah dari kejadian yang terjadi pada siapapun.

(19) Membiasakan diri untuk menyusun atau merangkum materi yang sesuai
dengan bidangnya.

b. Adab seorang guru saat mengajar yaitu :

KH Hasyim Asy’ari di dalam kitabnya Adabul Alim wal Muta’alim


menjelaskan bahwa seorang pendidik atau guru harus mempunyai sifat yang bisa
mendekatkan dirinya kepada Allah sebelum berangkat menuju majelis ilmu atau
sekolah hendaknya yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai berikut
:

(1) Membersihkan diri dari hadas dan kotoran.

(2) Hendaklah berpakaian yang rapi dan sopan.

(3) Meniatkan bahwa mengajar sebagai ibadah kepada Allah.

(4) Menyampaikan hal-hal yang disampaikan oleh Allah swt.

6
(5) Membiasakan diri untuk menambah ilmu.

(6) Berdoa dan mendoakan orang yang berilmu serta orang yang diajarkan ilmu

(7) Mengucapkan salam ketika hendak memasuki kelas.

(8) Saat mengajar biasakan fokus dan jangan banyak bercanda ataupun tertawa.

(9) Saat mengajar jangan dilakukan ketika sedang marah, lapar, ataupun
mengantuk dan lain sebagainya.

(10) Belajar ditempat yang nyaman dan strategis.

(11) Saat mengajar sampaikanlah ilmu dengan tegas dan lugas tanpa disertai rasa
sombong pada diri.

(12) Mendahulukan materi yang penting dan profesional.

(13) Saat mengajar perhatikan kemampuan dari tiap-tiap murid.

(14) Membuat suasana menjadi tenang dan kondusif.

(15) Melantangkan suara jika pada kondisi yang diperlukan.

(16) Bersikap terbuka pada pertanyaan yang tidak diketahui.

(17) Mengulangi materi jika ada murid yang tertinggal materi yang disampaikan.

(18) Memberi kesempatan bertanya kepada murid yang belum paham dengan
materi yang disampaikan.

c. Adab seorang guru kepada muridnya yaitu :

Di dalam kitab Adabul Alim wal Muta’alim, Kh Hasyim Asy’ari


menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang guru :

(1) Mendidik muridnya dengan hanya mengharapkan Ridho dari Allah swt
menyebarkan ilmu, melaksanakan syariat, mempertahankan kebenaran,
melestarikan kebaikan umat dengan memperbanyak ahli ilmu, serta
mengharapkan pahala dari orang.

(2) Apabila ada murid yang malas-malasan saat diajar atau merasa tidak ikhlas,
seorang guru harus tetap mengajar.

(3) Mencintai ilmu dan mencari ilmu atau mencari para ahli ilmu untuk belajar.

(4) Memyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh para murid.

7
(5) Bersungguh-sungguh dalam mendidik, serta memotivasi muridnya tanpa
membuat mereka merasa malu atau tertekan.

(6) Meminta muridnya untuk menghafal dan menguji hafalannya.

(7) Memberi nasihat yang lemah lembut apabila murid melakukan kesalahan.

(8) Bersikap adil dan tidak pilih kasih terhadap muridnya.

(9) Menggali tentang muridnya dan mengarahkan muridnya pada perbuatan yang
baik.

(10) Mengajari muridnya untuk mengucapkan salam dan perkataan atau berbuatan
yang baik.

(11) Memberi perhatian dan pengajaran yang baik kepada murid untuk
memperbaiki keadaan muridnya.

(12) Jika terdapat yang tidak hadir lebih dari batas normal, hendaklah tanyakan
keadaanya kepada murid lain atau meminta teman muridnya untuk melihat atau
menjenguk murid yang tidak hadir.

(13) Bersikap rendah hati dihadapan murid dan orang yang mengikutinya tanpa
meninggikan suara.

(14) Memanggil murid dengan nama panggilan yang baik, bersikap sopan dan
bijaksana kepada murid.

Anda mungkin juga menyukai