Anda di halaman 1dari 12

Bab 5 & 6

Bab 5
Penyelenggaraan Jenazah

Setiap orang pasti akan mengalami kematian. Mengingat mati harus sering
dilakukan agar setiap diri manusia menyadari bahwa dirinya tidaklah hidup
kekal selamanya didunia sehingga senantiasa mempersiapkan diri dengan
beramal shaleh dan segera bertaubat dari kesalahan dan dosa yang telah
diperbuat. Kita harus mempersiapkan diri dengan bekal yang baik dan diridhai
Allah agar dapat menuju akhirat dengan khusnul khatimah atau akhir hayat
yang sebaik-baiknya. Allah berfirman.

Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya


pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(QS Ali Imran : 185).

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-


benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan kamu
dalam keadaan muslim.” (QS Ali Imran : 102).
A. Tata Cara Memandikan Jenazah
Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan jenazah, yaitu
sebagai berikut.
1. Siapkan tempat yang layak. Ruang tempat memandikan hendaknya terjaga
dari penglihatan orang yang lalu lalang dan merupakan tempat yang
memberikan kehormatan bagi jenazah.
2. Siapkan peralatan atau perlengkapannya antara tempat atau alas memandikan
jenazah, wadah dan air secukupnya, sabun atau pembersih, kapur barus, air
mawar atau daun bidara agar wangi dan tidak bau.
3. Orang yang berhak memandikan adalah muhrim dari si mayit seperti orang
tua, suami atau isteri, anak, kerabat dekat, atau orang lain yang sejenis.
4. Dalam memandikan jenazah hendaknya mendahulukan anggota-anggota
wudhu dan anggota badan yang sebelah kanan pada waktu mulai menyiramkan
air. Memandikan jenazah disunahkan tiga kali atau lebih. Ketentuan aurat tetap
berlaku pada pemandian jenazah.
5. Syarat-syarat jenazah yang harus dimandikan yaitu sebagai berikut.
a. Jenazah itu orang muslim atau muslimat
b. Jenazah itu bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan membela
agama). Hadis rasulullah SAW menyatakan artinya sebagai berikut: “Dari Jabir,
sesungguhnya nabi Muhammad SAW telah memerintahkan terhadap orang-
orang yang gugur dalam perang Uhud supaya dikuburkan dengan darah mereka,
tidak dimandikan dan tidak dishalatkan.” (HR Bukhari)
c. Badan atau anggota badannya masih ada walaupun hanya sebagian yang
tertinggal (apabila karena kecelakaan atau hilang)
Cara memandikan jenazah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Jenazah ditempatkan di tempat yang terlindung dari panas matahari, hujan
atau pandangan orang banyak. Jenazah ditempatkan pada tempat yang lebih
tinggi seperti dipan atau balai-balai
b. Memulainya dengan membaca basmalah
c. Jenazah diberi pakaian mandi (pakaian basahan) agar auratnya tetap tertutup
seperti sarung atau kain dan supaya mudah memandikannya
d. Membersihkan kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah
dengan sopan dan lemah lembut
e. Jenazah diangkat (agak didudukkan), kemudian perutnya diurut supaya
kotoran yang mungkin masih ada di perutnya dapat keluar serta bersihkan
mulut, hidung, dan telinganya
f. Kotoran yang ada pada kuku-kuku jari tangan dan kaki dibersihkan, termasuk
kotoran yang ada di mulut atau gigi

g. Menyiramkan air ke seluruh badan sampai merata dari atas kepala hingga
sampai ke kaki. Setelah seluruh badan disiram air, kemudian dibersihkan
dengan sabun dan disiram kembali sampai bersih
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Ummu Atiyah r.a. nabi SAW
datang kepada kami sewaktu kami memandikan putri beliau, kemudian beliau
bersabda, mandikanlah ia tiga kali atau lima kali atau lebih, kalau kamu
pandang lebih baik dari itu, dengan air serta daun bidara dan basuhlah yang
terakhir dengan dicampur kapur barus.” (HR Bukhari dan Muslim). (Pada
riwayat lain, mulailah dengan bagian badannya yang kanan dan anggota wudhu
dari jenazah tersebut).
h. Setelah diwudukan dan terakhir disiram dengan air yang dicampur kapur
barus, daun bidara, wewangian yang lainnya agar berbau harum. Air untuk
memandikan jenazah hendaknya air biasa yang suci dan menyucikan kecuali
dalam keadaan darurat.
i. Dikeringkan dengan kain atau handuk
B. Tata Cara mengafani Jenazah
1. Siapkan perlengkapan untuk mengafani yaitu sebagai berikut
a. Kain kafan 3 helai untuk laki-laki dan sesuai dengan ukuran panjang
badannya. Kain kafan 5 helai untuk perempuan dan sesuai ukuran panjang
badannya
b. Kapas secukupnya
c. Bubuk cendana
d. Minyak wangi
2. Cara mengafani
1. Kain kafan untuk mengafani jenazah paling sedikit satu lembar yang dapat
dipergunakan untuk menutupi seluruh tubuh jenazah, baik laki-laki ataupun
wanita. Akan tetapi, jika mampu disunahkan bagi jenazah laki-laki dikafani
dengan tiga lapis atau helai kain tanpa baju dan sorban. Masing-masing lapis
menutupi seluruh tubuh jenazah laki-laki. Sebagian ulama berpendapat bahwa
tiga lapis itu terdiri dari izar (kain untuk alas mandi) dan dua lapis yang
menutupi seluruh tubuhnya
2. Cara memakaikan kain kafan untuk jenazah tersebut ialah kain kafan itu
dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan harum-haruman seperti kapur barus
dan sebagainya diatas tiap-tiap lapis itu. Jenazah kemudian diletakkan diatas
hamparan kain tersebut. Kedua tangannya diletakkan diatas dadanya dan tangan
kanan berada diatas tangan kiri. Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Dari Aisyah r.a bahwa Rasulullah SAW dikafani dengan tiga kain putih bersih
yang terbuat dari kapas dan tidak ada didalamnya baju maupun sorban.” (HR
Bukhari dan Muslim)
3. Adapun untuk jenazah wanita disunahkan untuk dikafani dengan lima lembar
kain kafan, yakni kain basahan (kain alas), baju, tutup kepala, cadar dan kain
yang menutupi seluruh tubuhnya. Di antara beberapa helai atau lapisan kain
diberi harum-haruman. Cara memakaikannya yaitu mula-mula dihamparkan
kain untuk membungkus jenazah. Setelah itu, jenazah diletakkan diatasnya
setelah kain tersebut diberi harum-haruman. Kemudian, jenazah dipakaikan kain
basahan (kain alas), baju, tutup kepala, dan cadar yang masing-masing diberi
harum-haruman. Selanjutnya jenazah dibungkus seluruh tubuhnya dengan kain
pembungkus. Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Laila binti
Qanif ia berkata saya adalah salah seorang yang ikut memandikan Ummu
Kulsum binti Rasulullah SAW ketika meninggalnya. Yang mula-mula diberikan
oleh Rasulullah kepada kami ialah kain basahan (alas), baju, tutup kepala, cadar
dan sesudah itu dimasukkan kedalam kain yang lain (yang menutupi seluruh
tubuhnya). Selanjutnya Laila berkata, sedang waktu itu Rasulullah SAW
ditengah pintu membawa kafannya, dan memberikan kepada kami sehelai-
sehelai.” (HR Ahmad dan Abu Daud).
Catatan :
Jika seorang meninggal dunia dalam keadaan sedang ihram, baik ihram haji atau
ihram umrah tidak boleh ditaburi atau diberi wangi-wangian dan tutup kepala
1. Lubang-lubang seperti lubang hidung dan lubang telinga disumpal dengan
kapas
2. Lapisi bagian-bagian tertentu dengan kapas
C. Menyalatkan Jenazah
Salat jenazah ialah salat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir dalam
rangka mendoakan orang muslim yang sudah meninggal. Jenazah yang
disalatkan ini ialah yang telah dimandikan dan dikafani. Hadis nabi Muhammad
SAW
‫ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻳﻪ ﻮﺳﻠﻢ ﺻﻠﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎ ﻜﻢ‬K‫ﻗﺎﻞ ﺮﺳﻮﻞ‬
Artinya : “Rasulullah SAW bersabda salatkanlah olehmu orang-orang yang
meninggal!.” (HR Ibnu Majjah)
Adapun mengenai tatacara menyalatkan jenazah adalah sebagai berikut.
1. Posisi kepala jenazah berada di sebelah kanan, imam menghadap ke arah
kepala jenazah bila jenazah tersebut laki-laki dan menghadap ke arah perut bagi
jenazah perempuan. Makmum akan lebih baik bila dapat diusahakan lebih dari
satu saf. Saf bagi makmum perempuan berada di belakang saf laki-laki.
2. Syarat orang yang dapat melaksanakan salat jenazah adalah menutup aurat,
suci dari hadas besar dan hadas kecil, bersih badan pakaian dan tempat dari
najis, serta menghadap kiblat
3. Jenazah telah dimandikan dan dikafani
4. Letak jenazah berada di depan orang yang menyalatkan, kecuali pada salat
gaib
5. Rukun salat jenazah adalah sebagai berikut
a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Takbir empat kali
d. Membaca surah Al Fatihah
e. Membaca salawat nabi
f. Mendoakan jenazah
g. Memberi salam

Tata cara pelaksanaan salat jenazah adalah sebagai berikut


1. Mula-mula seluruh jamaah berdiri dengan berniat melakukan salat jenazah
dengan empat takbir.
Niat tersebut sebagai berikut:
‫ﺍﺻﻠﻰﻋﻠﻰﻫﺫﺍ ﺍﻠﻣﻳﺖ﴿ﻫﺫﻩﺍﻠﻣﻳﺘﺔ﴾ﺍﺮﺑﻊ ﺘﻜﺑﻳﺮﺖ ﻔﺮﺾ ﻛﻓﺎﻳﺔ ﻤﺄﻤﻮﻤﺎ ﷲ ﺘﻌﺎﻟﻰ‬
Artinya : Aku berniat salat atas jenazah ini empat takbir fardu kifayah sebagai
imam/makmum karena Allah SWT
2. Kemudian tahbiratul ihram yang pertama dan setelah takbir pertama itu
selanjutnya membaca surat Al Fatihah
3. Takbir yang kedua dan setelah takbir yang kedua membaca salawat atas nabi
Muhammad SAW
4. Takbir yang ketiga dan setelah takbir yang ketiga membaca doa jenazah.
Bacaan doa bagi jenazah adalah sebagai berikut
‫ ﻨﺰﻮﻟﻪ ﻭ ﻭﺴﻊ ﻤﺪﺨﻠﻪ ﻮﺍﻏﺴﻠﻪ ﺒﺎﻟﻤﺂﺀ ﻮ ﺍﻠﺜﻠﺞ ﻮ ﺍﻠﺑﺮﺍﺩ ﻮ‬K‫ﺍﻟﻟﻫﻡ ﺍﻏﻓﺮﻟﻪ ﻮ ﺍﺮﺤﻣﻪ ﻮ ﻋﺎﻓﻪ ﻮﺍﻋﻒ ﻋﻧﻪ ﻮﺍﻜﺮﻡ‬
‫ ﻜﻤﺎ ﻴﻧﻘﻰ ﺍﻠﺛﻮﺏ ﺍﻻﺒﻴﺽ ﻤﻥ ﺍﻠﺪﻨﺱ ﻮ ﺍﺒﺩﻠﻪ ﺩﺍﺮﺍ ﺨﻴﺮﺍ ﻤﻥ ﺩﺍﺮﻩ ﻮ ﺍﻫﻼ ﺨﻴﺮﺍ ﻤﻥ ﺍﻫﻠﻪ ﻮﺍﻗﻪ‬K‫ﻨﻘﻪ ﻤﻥ ﺍﻠﺠﻄﺎﻴﺎ‬
‫ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻠﻗﺒﺭ ﻮ ﻋﺫﺍﺐ ﺍﻠﻨﺎﺮ‬
Artinya : “Ya Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia,
maafkanlah kesalahannya, hormatilah kedalam tangannya, luaskanlah tempat
tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air es dan embun, bersihkanlah ia dari dosa
sebagai mana kain putih yang dibersihkan dari kotoran, gantilah rumahnya
dengan rumahnya yang dulu, dan gantilah keluarganya dengan yang lebih baik
daripada keluarganya yang dahulu, dan peliharalah dia dari huru-hara kubur dan
siksa api neraka.”
Catatan :
Do’a yang dibaca setelah takbir ketiga dan keempat disesuaikan dengan jenis
jenazahnya yaitu :
1. apabila jenazahnya wanita, maka damir (‫ )ﻩ‬hu diganti dengan kata ha(‫)ﻫﺎ‬
2. apabila jenazahnya dua orang, maka setiap damir kata hu(‫ )ﻩ‬diganti dengan
huma (‫) ﻫﻣﺎ‬
3. apabilla jenazahnya banyak, maka setiap damir kata hu diganti dengan(‫)ﻫﻢ‬
atau (‫)ﻫﻦ‬
4. Takbir yang keempat, setelah takbir keempat membaca doa sebagai berikut
‫ ﺃﺟﺮﻩ ﻮ ﻻ ﺘﻔﺘﻨﺎ ﺒﻌﺪﻩ ﻮ ﺍﻏﻔ ﺮﻠﻨﺎ ﻮ ﻟﻪ‬K‫ﺍﻟﻟﻫﻡ ﻻ ﺘﺤﺮﻣﻨﺎ‬
Artinya : Ya Allah, janganlah engkau rugikan kami dari mendapatkan
pahalanya dan janganlah engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan
ampunilah kami dan dia (HR Hakim)
5. Membaca salam kekanan dan kekiri
Artinya : Dari Malik bin Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak
seorang mukmin pun yang meninggal kemudian disalatkan oleh umat Islam
yang mencapai jumlah tiga saf, kecuali akan diampuni dosanya.” (HR Lima ahli
hadis kecuali Nasai)
6. Memperbanyak saf, jika jumlah jamaah yang menyalatkan jenazah itu sedikit,
lebih baik mereka dibagi tiga saf. Apabila jamaah salat jenazah itu terdiri dari
empat orang, lebih baik dijadikan dua saf, masing-masing saf dua orang dan
makruh jika dijadikan tiga saf karena ada saf yang hanya terdiri dari satu orang
D. Menguburkan Jenazah
Setelah selesai menyalatkan, hal terakhir yang harus dilakukan adalah
menguburkan atau memakamkan jenazah. Tata cara pemakaman atau
penguburan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tanah yang telah ditentukan sebagai kuburan digali dan dibuatkan liang lahat
sepanjang badan jenazah. Dalamnya tanah dibuat kira-kira setinggi orang
ditambah setengah lengan dan lebarnya kira-kira satu meter, di dasar lubangya
dibuat miring lebih dalam kearah kiblat. Maksudnya adalah agar jasad tersebut
tidak mudah dibongkar binatang
2. Setelah sampai di tempat pemakaman, jenazah dimasukkan kedalam liang
lahat dengan posisi miring dan menghadap kiblat. Pada saat meletakkan
jenazah, hendaknya dibacakan lafaz-lafaz sebagai berikut
‫ ﻮﺍﻩﺘﺮﻤﺫﻮﺍﺒﻮﺪﺍﻮﺪ‬K‫ﺒﺳﻢﺍﷲﻮﻋﻠﻰﻤﻠﺔﺮﺳﻮﻞﺍﷲ‬
Artinya : “Dengan nama Allah dan atas agama rasulullah.” (HR Turmuzi dan
abu daud
3. Tali-tali pengikat kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempelkan
pada tanah. Setelah itu jenazah ditutup dengan papan kayu atau bambu.
Diatasnya ditimbun dengan tanah sampai galian liang kubur itu rata. Tinggikan
kubur itu dari tanah biasa sekitar satu jengkal dan diatas kepala diberi tanda
batu nisan
4. Setelah selesai menguburkan, dianjurkan berdoa, mendoakan dan
memohonkan ampunan untuk jenazah. Hadis nabi Muhammad SAW berbunyi
yang artinya : “Dari Usman menceritakan bahwa nabi Muhammad SAW apabila
telah selesai menguburkan jenazah, beliau berdiri diatasnya dan bersabda
mohonkanlah ampun untuk saudaramu dan mintakanlah untuknya supaya diberi
ketabahan karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya.” (HR Abu Daud
dan Hakim)
Tata krama yang sebaiknya dilakukan ketika akan menguburkan jenazah antara
lain mengiringi jenazah dengan diam sambil berdoa, tidak turut mengiringi,
kecuali juka memungkinkan bagi perempuan, membaca salam ketika masuk
pemakaman. Tidak duduk hingga jenazah diletakkan, membuat lubang kubur
yang baik dan dalam, orang yang turun ke dalam kubur bukan orang yang
berhadas besar, tidak mengubur pada waktu yang terlarang, tidak meninggikan
tanah kuburan terlalu tinggi, tidak duduk diatas kuburan, dan tidak berjalan-
jalan diantara kuburan
E. Turut Bela Sungkawa (Takziah)
Sebagai kerabat, teman dekat, keluarga, apalagi sebagai sesama muslim,
hendaknya kita membiasakan bertakziah kepada keluarga yang sedang berduka
cita. Takziah menurut bahasa artinya menghibur. Takziah menurut istilah ialah
mengunjungi keluarga yang meninggal dunia dengan maksud agar keluarga
yang mendapat musibah dapat terhibur, diberi keteguhan iman, Islam, dan sabar
menghadapi musibah serta berdoa untuk orang yang meninggal dunia supaya
diampuni segala dosa-dosa semasa hidupnya. Bertakziah hukumnya sunah dan
merupakan salah satu hak muslim satu dengan yang lain.
Hal-hal yang perlu dilakukan ketika seseorang bertakziah antara lain
1. Memberi bantuan kepada keluarga yang terkena musibah, baik bantuan moral
maupun materiil untuk mengurangi beban kesulitan dan kesedihannya.
2. Jika orang yang mendapat musibah termasuk orang yang dekat dengan kita,
hendaknya kita menghibur mereka agar tidak berlarut-larut dalam duka dan
menganjurkan kesabaran karena semua manusia pasti akan mengalaminya.
3. Mengikuti salat jenazah dan mendoakannya agar mendapat ampunan dari
Allah SWT dari segala dosanya
4. Ikut mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman untuk menyaksikan
penguburannya
5. Tidak bicara keras, bercanda, tertawa terbahak-bahak, atau sikap-sikap lain
yang tidak terpuji.
Bersabda Rasulullah SAW yang artinya : “Dari Abdullah bin Ja’far r.a ia
berkata, ketika datang berita atau kabar meninggalnyaJja’far karena terbunuh
nabi SAW telah bersabda, buatkanlah makam untuk keluarga Ja’far karena
sesungguhnya mereka sedang mengalami kesusahan (kekalutan).” (HR Lima
ahli hadis kecuali Nasai)
F. Ziarah Kubur
Ziarah kubur bertujuan mengingat kematian serta hari akhirat tempat menusia
akan mendapat balasan yang sesuai amal perbuatannya di dunia. Ziarah kubur
sangat dianjurkan. Akan tetapi, apabila ziarah kubur ditujukan untuk mendapat
berkah, minta doa restu, atau wangsit maka hal tersebut tidak dibolehkan
(diharamkan)
Ziarah kubur juga memiliki tata krama sebagaimana petunjuk yang diajarkan
Rasulullah yakni sebagai berikut.
1. Pada waktu masuk pintu gerbang pemakaman, hendaknya mengucapkan
salam karena kuburan sebagai tempat pemakaman jenazah manusia harus tetap
dihormati dan dimuliakan secara wajar. Hal tersebut memiliki arti bahwa
kuburan merupakan tempat kita mengingat akhirat dan tidak boleh disia-siakan,
tetapi juga tidak boleh dipuja-puja. Bacaan salam tersebut adalah sebagai
berikut
Rasul Bersabda,yang artinya : “Selamat sejahtera pada mukminin dan muslimin
yang ada disini. Kami insya Allah akan menyusul kamu. Kami mohon kepada
Allah semoga kami dan kamu mendapat keselamatan.” (HR Muslim dan
Ahmad)
2. Tidak boleh bernazar dengan niat tertentu yang berkaitan dengan takziah
karena nazar hanya ditujukan kepada Allah
3. Tidak boleh mencium atau menyapu dengan tangan untuk minta berkah
karena hal itu menjurus ke arah kemusyrikan
4. Membangun taman-taman atau bangunan di sekitar kuburan hukumnya
makruh, baik didalam maupun diluar kuburan
5. Hendaknya menyampaikan doa-doa kepada Allah yang berisi mohon
ampunan, rahmat dan keselamatannya
6. Tidak boleh menduduki kuburan

Jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut dengan baik dan benar!


1.       Sebutkan syarat- syarat jenazah dimandikan!
2.       Siapakah yang berhak memandikan jenazah?
3.       Sebutkan tujuh rukun salat jenazah!
4.       Sebutkan tata cara penguburan jenazah!
5.       Apa hukum salat jenazah?
 Bab 6
Khutbah dan Dakwah

Sebagai umat Islam, kita berkewajiban untuk menyiarkan dan berdakwah atau
mengajak seluruh umat manusia agar beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
serta gemar beramar ma’ruf nahi munkar.
A. Khutbah
Khutbah merupakan kegiatan berdakwah atau mengajak orang lain untuk
meningkatkan kualitas takwa dan memberi nasihat yang isinya merupakan
ajaran agama. Khutbah yang sering dilakukan dan dikenal luas dikalangan umat
Islam adalah khutbah Jumat dan khutbah dua hari raya yakni Idul Fitri dan Idul
Adha. Orang yang memberikan materi khutbah disebut khatib.
1. Syarat-syarat untuk menjadi khatib diantaranya sebagai berikut.
1. Khatib harus laki-laki dewasa
2. Khatib harus mengetahui tentang ajaran Islam agar khutbah yang
disampaikan tidak membingungkan atau menyesatkan jamaahnya
3. Khatib harus mengetahui tentang syarat, rukun dan sunah khutbah Jumat
4. Khatib harus mampu dan fasih berbicara di depan umum
5. Khatib harus bisa membaca ayat-ayat Al Qur’an dengan baik dan benar
2. Syarat Khutbah Jumat
Setiap mengerjakan salat Jumat pasti disertai dengan khutbah yang
dilaksanakan sebelum salat dan setelah masuk waktu zuhur. Tidak sah salat
Jumat apabila tidak didahului oleh khutbah. Dalam khutbah salat Jumat ini
khotib mengingatkan jemaah agar lebih meningkatkan iman dan takwa kepada
Allah SWT serta menganjurkan atau mendorong jamaah agar beribadah dan
beramal shaleh.
Dasar khutbah Jum’at adalah firman Allah,

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat


Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-
Jumuah [62]: 9)
Khutbah Jumat memiliki syarat-syarat antara lain sebagai berikut.
a. Khutbah harus dilaksanakan dalam bangunan yang dipakai untuk salat Jumat
b. Khutbah disampaikan khotib dengan berdiri (jika mampu) dan terlebih
dahulu memberi salam
c. Khutbah dibawakan agak cepat namun teratur dan tertib. Salah satu bentuk
pelaksanaan khutbah yang tertib adalah mengikuti sabagai contoh hadis berikut
ini yang artinya: “Rasulullah SAW berkhutbah dengan berdiri dan beliau duduk
diantara dua khutbah.” (HR Jamaah kecuali Bukhari dan Turmuzi)
d. Setelah khutbah selesai segera dilaksanakan salat Jumat
e. Rukun khutbah dibaca dengan bahasa Arab, sedangkan materi khutbahnya
dapat menggunakan bahasa setempat.
f. Khutbah dilaksanakan setelah tergelincir matahari (masuk waktu zuhur) dan
dilaksanakan sebelum salat Jumat.
g. Khutbah disampaikan dengan suara yang lantang dan tegas, namun tanpa
suara yang kasar. Hadis menyebutkan sebagai berikut. Yang artinya : “Bila
Rasulullah SAW berkhutbah kedua matanya memerah, suaranya tegas dan
semangatnya tinggi bagai seorang panglima yang memperingatkan kedatangan
musuh yang menyergap di kala pagi atau sore.” (HR Muslim dan Ibnu Majjah)

3. Rukun Khutbah Jumat


Rukun khutbah harus dilakukan dengan tertib. Apabila rukun khutbah tidak
dilaksanakan dengan tertib, salat Jumat tersebut akan menjadi tidak sah. Adapun
rukun khutbah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Membaca hamdalah
2. Membaca shalawat atas nabi
3. Membaca syahadatain yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul
4. Berwasiat atau memberikan nasehat tentang ketakwaan dan menyampaikan
ajaran Islam tentang aqidah, Syariah atau muamalah
5. Membaca ayat Al Qur’an dalam salah satu khutbah dan lebih baik pada
khutbah yang pertama
6. Mendoakan kaum muslim dan muslimat.
4. Sunah Khutbah Jumat
Ketika menyampaikan khutbah Jumat, ada hal-hal yang termasuk ke dalam
sunah-sunah khutbah Jumat. Sunah salat Jumat adalah sebagai berikut.
1. Khutbah disampaikan diatas mimbar atau di tempat yang sedikit lebih tinggi
dari jamaah salat Jumat
2. Khotib menyampaikan khutbah dengan suara yang jelas, terang, fasih,
berurutan, sistematis, mudah dipahami dan tidak terlalu panjang atau terlalu
pendek
3. Khotib harus menghadap arah jamaah
4. Khotib memberi salam pada awal khutbah
5. Khotib hendaklah duduk sebentar di kursi mimbar setelah mengucapkan
salam pada waktu azan disuarakan
6. Khatib membaca surat Al Ikhlas ketika duduk diantara dua khutbah
7. Khotib menertibkan rukun khutbah, terutama salawat nabi Muhammad SAW
dan wasiat takwa terhadap jamaah
Adapun mengenai panjang pendeknya khutbah, hadits menyatakan sebagai
berikut. yang artinya : “Rasulullah SAW memanjangkan salat dan
memendekkan khutbahnya.” (HR Nasai)
5. Fungsi khutbah Jumat
Khutbah sebenarnya memilki banyak sekali fungsi, baik bagi muslim secara
individu maupun secara sosial kemasyarakatan yakni antara lain sebagai
berikut.
1. Memberi pengajaran kepada jamaah mengenai bacaan dalam rukun khutbah,
terutama bagi jamaah yang kurang memahami bahasa Arab
2. Mendorong jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah
3. Mengajak jamaah untuk selalu berjuang menggiatkan dan membudayakan
syariat Islam dalam masyarakat.
4. Mengajak jamaah untuk selalu berusaha meningkatkan amar ma’ruf dan nahi
munkar
5. Menyampaikan informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan
hal-hal yang bersifat aktual kepada jamaah
6. Merupakan kesempurnaan salat Jumat karena salat Jumat hanya dua rakaat
7. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah
8. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan amal shaleh dan lebih
memperhatikan yang kurang mampu untuk menegakkan keadilan dan
kesejahteraan dalam masyarakat
9. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan akhlakul karimah
dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara
10. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan kemauan untuk
menuntut ilmu pengetahuan dan wawasan keagamaan
11. Mengingatkan kaum muslim agar meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan
membantu sesama muslim
12. Mengingatkan kaum muslim agar rajin dan giat bekerja untuk mengejar
kemajuan dalam mencapai kehidupan dunia dan akhirat yang sempurna
13. Mengingatkan kaum muslim mengenai ajaran Islam, baik perintah maupun
larangan yang terdapat didalamnya.
B. Dakwah
Secara bahasa (etimologi) dakwah berarti mengajak, menyeru atau memanggil.
Adapun secara istilah (terminologi), dakwah bermakna menyeru seseorang atau
masyarakat untuk mengikuti jalan yang sudah ditentukan oleh Islam
berdasarkan Al Qur’an dan hadis untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Firman Allah SWT.

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS An
Nahl [16]: 125)
Rasulullah SAW merupakan contoh sosok yang telah melaksanakan segenap
tugas dakwah secara maksimal sehingga mencapai hasil yang maksimal.
Melalui dakwah Rasulullah itulah ajaran-ajaran Allah yang keseluruhannya
adalah untuk kebahagian umat manusia di dunia dan akhirat dapat tersiar dan
diterima serta diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.
Rasulullah suka berbincang-bincang atau berdialog dengan para sahabat dalam
situasi dan kondisi apapun. Kesempatan-kesempatan semacam itu selalu
dimanfaatkan untuk menyampaikan ajaran-ajaran yang diterimanya dari Allah.
Cara berdakwah Rasulullah melalui dialog ini terbukti tidak saja mampu
memberi pemahaman yang baik kepada sahabat tentang Islam, bahkan juga
mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik. Lebih dari itu, melalui cara
dialog Rasulullah juga telah berhasil membina sejumlah sahabat menjadi ulama
dan pemuka Islam berkualitas tinggi.
Pada awalnya Rasulullah berdakwah kepada masyarakat disekeliling beliau
yang dikenal dengan sebutan generasi sahabat. Selanjutnya generasi
meneruskan dakwah Rasulullah tersebut kepada generasi berikutnya yang
disebut generasi tabi’in. Generasi tabi’in juga meneruskan kepada generasi
berikutnya yaitu tabiit tabiin. Demikianlah seterusnya sehingga dakwah
Rasulullah SAW sampai kepada generasi umat Islam seluruh dunia yang hidup
sekarang ini. Generasi modern ini pun tentu saja akan meneruskan dakwah
Rasulullah kepada generasi yang akan hidup di zaman mendatang. Setiap orang
memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan ayat-ayat atau ajaran Islam
kepada saudaranya yang lain sebagaimana hadis nabi Muhammad SAW yang
menyatakan sebagai berikut.

)‫ﺒﻠﻐﻮﺍ ﻋﻨﻲ ﻭﻟﻮ ﺃﻴﺔ (ﺮ ﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎ ﺭﻯ ﻭ ﻤﺳﻟﻢ‬


Artinya : “Sampaikanlah dari ku walaupun satu ayat.” (HR Bukhari)
Ada hal-hal yang harus disiapkan dan diperhatikan sebelum seseorang
menjalankan tanggung jawab untuk menyampaikan ajaran Islam, yaitu sebagai
berikut.
1. Bersikap lemah lembut, tidak berhati kasar dan tidak merusak.
2. Menggunakan akal dan selalu dalam koridor mengingat Allah SWT
3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
4. Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan
bersama
5. Materi dakwah yang disampaikan harus mempunyai dasar hukum yang kuat
dan jelas sumbernya (Al Qur’an dan hadis) dan disertai dengan hikmahnya
6. Tidak meminta upah atas dakwah yang dilakukannya
7. Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, harus sesuai waktu, pada orang dan
tempat yang tepat
8. Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, merusak, berselisih dan
mencari-cari kesalahan umat atau agama lain
9. Melakukan dakwah dan beramal shaleh
10. Tidak menjelek-jelekkan atau membeda-bedakan orang lain karena inti yang
harus disampaikan dalam berdakwah adalah tentang tauhid dan ajaran Islam
yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah

C. Perbedaan Berkhutbah dan Berdakwah


Dari hal-hal yang telah dijabarkan pada penjelasan teerdahulu, dapat kita analisa
bahwa antara berdakwah dan berkhutbah terlihat memiliki persamaan. Akan
tetapi, tentu saja antara keduanya dapat dibedakan karena memiliki tata cara
yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat kita ihtisarkan sebagai berikut.
Dakwah Khutbah
1. Dapat dilaksanakan kapan saja
2. Tidak ada rukun dan syaratnya
3. Tidak ada mimbar tempat khusus pada pelaksanaannya
4. Waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh berdakwah
5. Dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif seperti seminar, lokakarya,
pelatihan atau sarasehan 1. Dilaksanakan secara rutin sebagaimana hari Jumat
atau hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
2. Ada rukun dan syaratnya
3. Ada mimbar khusus untuk menyampaikan khutbah
4. Waktunya terbatas dan membutuhkan pengetahuan luas.
5. Dilakukan secara khusus dan ada tata tertibnya
Adapun perbedaan antara pelaksanaan khutbah idul fitri dan idul adha dengan
khutbah Jumat adalah bahwa khutbah pada Idain dilaksanakan pada hari raya
Idul Fitri dan Idul Adha, umumnya dilaksanakan dilapangan luas dan diawali
dengan salat dua rakaat yaitu salat sunah Idul Fitri dan Idul Adha, sedangkan
khutbah Jumat dilakukan sebelum pelaksanaan salat dimulai.
D. Cara Berlatih Menyusun Teks Khutbah atau Dakwah
Menyusun teks untuk berdakwah atau khutbah Jumat memerlukan pembiasaan
atau latihan agar dapat berkembang menjadi semakin baik. Bahkan, latihan-
latihan semacam ini semakin diminati banyak orang dan telah banyak diberikan
dalam suatu pelajaran yang kini disebut public-speaking. Beberapa hal yang
perlu dipersiapkan ketika akan menyusun suatu teks atau naskah dakwah adalah
sebagai berikut.
1. Membuat teks atau naskah setidaknya memiliki unsur-unsur sebagai berikut
a. Memberikan salam bagi para jamaah
b. Mengucapkan hamdalah atau puji-pujian kepada Allah
c. Awali dengan menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an serta membaca ta’awuz
dan basmalah
d. Teks atau naskah materi khutbah setidaknya memenuhi beberapa unsur yaitu:
kalimat pembuka, materi inti, kesimpulan dan penutup
2. Mengucapkan dua kalimat sahadat
3. Berwasiat (meningkatkan takwa)

Anda mungkin juga menyukai