TEORI-TEORI ETIKA
Sistem etika mempunyai banyak uraian khususnya yang berkaitan denga hakikat moralitas serta
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sejak zaman dulu hingga sekarang, setidaknya ada
beberapa sistem etika yang sangat berpengaruh, diantaranya; Hedonisme, Eudemonisme,
Utilitarianisme, dan Deontologi. Berikut penjelasan singkat sistem dan teori-teori etika
berdasarkan buku Etika karya K. Bertens.
1. HEDONISME Sepanjang sejarah barangkali belum terdapat sistem filsafat moral yang
lebih mudah dimengerti dan akibatnya tersebar lebih luas seperti sistem hedonisme. Apa
yang menjadi hal yang terbaik bagi manusia? Para hedonis dengan senang hati akan
menjawab: kesenangan (hedone dalam bahasa Yunani). Sesuatu yang memuaskan
keinginan kita, yang meningkatkan kuantitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri kita,
itulah hal yang terbaik bagi manusia. Singkatnya, manusia hidup untuk mencari
kesenangan, karena pada kodratnya manusia hidup untuk mencari kesenangan dan
menghindari ketidaksenangan.
2. EUDEMONISME Pandangan ini dikemukakan oleh seorang filsuf Yunani yaitu
Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 SM. Menurut Aristoteles makna atau tujuan
kehidupan yang paling tinggi adalah kebahagiaan. Jika manusia menjalankan fungsinya
sebagai manusia dengan baik, maka ia akan mencapai tujuan akhir atau kebahagiaan. Apa
tujuan hidup manusia? Dalam setiap kegiatannya manusia selalu mengejar tujuan, dan
bisa dikatakan jika perbuatan manusia ingin mencapai sesuatu yang baik untuk dirinya.
Tapi jika semua orang sepakat bahwa kebahagian adalah tujuan terakhir hidup manusia,
tentu itu belum memecahkan semua kesulitan, karena kebahagiaan menurut masing-
masing individu berbeda.
3. UTILITARISME Tokoh pertama aliran utilitarianisme adalah seorang filsuf Inggris yaitu
Jeremy Bentham (1748-1832), dengan bukunya Introduction to the Principles of Morals
and Legislation (1789). Pokok pikiran Bentham yaitu moral dan 19 hukum dibuat untuk
kepentingan manusia, bukan sebaliknya manusia untuk kepentingan moral dan hukum,
maksudnya adalah tujuan hukum untuk memajukan kepentingan para warga negara dan
bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi yang disebut hak-hak kodrati.
4. DEONTOLOGI Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti apa yang harus
dilakukan; kewajiban. Deontologi tidak menyoroti tujuan yang dipilih bagi perbuatan
atau keputusan manusia, melaikan semata-mata wajib tidaknya perbuatan dan keputusan
itu dilakukan. Berbeda dengan teori-teori etika seperti hedonisme, eudemonisme, dan
utilitarianisme yang berorientasikan kepada tujuan suatu perbuatan serta mengukur baik
dan buruk dari konsekuensi perbuatan, teori deontologi lebih menekankan kepada
maksud pelaku dalam melakukan perbuatan tersebut.