Anda di halaman 1dari 3

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

DEFINISI PANCASILA DAN SISTEM


• Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca artinya lima, sedangkan sila
artinya dasar atau peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau senonoh. Jadi,
Pancasila adalah lima dasar yang dijadikan acuan dalam bersikap dan bertingkah laku.
• Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk
mencapai suatu tujuan.
• Sistem nilai dalam pancasila adalah satu kesatuan nilai-nilai yang ada dalam pancasila
yang saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan ataupun ditukar tempatkan
karena saling berkaitan antara satu dengan yang lain.

PERBEDAAN NILAI, MORAL, NORMA, ETIKA DAN ETIKET

NILAI MORAL NORMA ETIKA ETIKET


suatu keyakinan nilai-nilai dan norma- suatu nilai yang mengatur Etika menyangkut cara Etiket menyangkut
mengenai cara bertingkah norma yang menjadi dan memberikan dilakukannya suatu cara (tata acara) suatu
laku dan tujuan akhir yang pegangan bagi pedoman atau patokan perbuatan sekaligus perbuatan harus
diinginkan individu, dan seseorang atau suatu tertentu bagi setiap orang memberi norma dari dilakukan manusia.
digunakan sebagai prinsip kelompok dalam atau masyarakat untuk perbuatan itu sendiri. etiket berkaitan
atau standar dalam mengatur tingkah bersikap tindak, dan etika berkaitan dengan nilai sopan
hidupnya. lakunya. berperilaku sesuai dengan dengan moral. santun, tata krama
peraturan-peraturan yang dalam
telah disepakati bersama. pergaulan formal

ETIKA SEBAGAI FILSAFAT MORAL


Etika filsafat merupakan ilmu penyelidikan bidang tingkah laku manusia yaitu menganai
kewajiban manusia, perbuatan baik buruk dan merupakan ilmu filsafat tentang perbuatan
manusia. Banyak perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik atau buruk, tetapi tidak semua
perbuatan yang netral dari segi etikanya.
tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma. Etika menolong manusia untuk
mengambil sikap terhadap semuah norma dari luar dan dari dalam, supaya manusia mencapai
kesadaran moral yang otonom. Etika menyelidiki dasar semua norma moral. Dalam etika
biasanya dibedakan antara etika deskriptif dan etika normatif.
1. Moralitas: Ciri Khas Manusia
Banyak perbuatan manusia berkaitan dengan baik dan buruk, namun tidak semua, ada juga
perbuatan yang netral dari segi etis. Contoh sederhana, ketika saya ingin makan bubur ayam,
saya mengaduknya terlebih dahulu, perbuatan tersebut tentu tidak mempunyai hubungan dengan
baik dan buruk. Karena boleh saja saya melakukan tidak demikian, saya langsung makan bubur
ayam tersebut tanpa mengaduknya. Mungkin mengaduk bubur ayam sebelum memakannya
adalah kebiasaan saya, karena menurut saya makan bubur ayam dengan cara diaduk terlebih
dahulu akan menambah rasa nikmat. Namun kedua cara makan bubur tesebut, diaduk atau tidak
diaduk tidak lebih baik atau lebih buruk dari sudut pandang moral. Tapi lain ceritanya, bila saya
adalah seorang pejabat pemerintahan yang seharusnya membantu rakyat malah justru melakukan
tindak pidana korupsi dengan mengambil uang rakyat sehingga mereka sengsara. Maka tindakan
saya jelas sangat tidak bermoral, immoral, buruk dari sudut moral, karena 9 sebagai pejabat
pemerintahan, saya mempunyai kewajiban untuk membatu dan mensejahterakan rakyat, bukan
malah menyengsarakan. Contoh kedua inilah dalam arti etis memiliki pengaruh dan peranan
penting dalam kehidupan manusia. Memang, pengertian tentang baik buruk di setiap zaman
memiliki arti yang berbeda, namun bukan berarti tidak ada yang sama. Pada zaman dulu,
perbudakan, kolonialisme dan diskriminasi terhadap perempuan masih dibenarkan, namun
seiring dengan perkembangan zaman, tindakan-tindakan tersebut tentu tidak dibenarkan dan
bertentangan dengan HAM (Hak Asasi Manusia).
2. Etika: Ilmu tentang Moralitas
Etika adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Dalam mendekati dan mempelajari
moralitas, setidaknya ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu etika deskriptif, etika normatif,
dan metaetika.

TEORI-TEORI ETIKA
Sistem etika mempunyai banyak uraian khususnya yang berkaitan denga hakikat moralitas serta
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sejak zaman dulu hingga sekarang, setidaknya ada
beberapa sistem etika yang sangat berpengaruh, diantaranya; Hedonisme, Eudemonisme,
Utilitarianisme, dan Deontologi. Berikut penjelasan singkat sistem dan teori-teori etika
berdasarkan buku Etika karya K. Bertens.
1. HEDONISME Sepanjang sejarah barangkali belum terdapat sistem filsafat moral yang
lebih mudah dimengerti dan akibatnya tersebar lebih luas seperti sistem hedonisme. Apa
yang menjadi hal yang terbaik bagi manusia? Para hedonis dengan senang hati akan
menjawab: kesenangan (hedone dalam bahasa Yunani). Sesuatu yang memuaskan
keinginan kita, yang meningkatkan kuantitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri kita,
itulah hal yang terbaik bagi manusia. Singkatnya, manusia hidup untuk mencari
kesenangan, karena pada kodratnya manusia hidup untuk mencari kesenangan dan
menghindari ketidaksenangan.
2. EUDEMONISME Pandangan ini dikemukakan oleh seorang filsuf Yunani yaitu
Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 SM. Menurut Aristoteles makna atau tujuan
kehidupan yang paling tinggi adalah kebahagiaan. Jika manusia menjalankan fungsinya
sebagai manusia dengan baik, maka ia akan mencapai tujuan akhir atau kebahagiaan. Apa
tujuan hidup manusia? Dalam setiap kegiatannya manusia selalu mengejar tujuan, dan
bisa dikatakan jika perbuatan manusia ingin mencapai sesuatu yang baik untuk dirinya.
Tapi jika semua orang sepakat bahwa kebahagian adalah tujuan terakhir hidup manusia,
tentu itu belum memecahkan semua kesulitan, karena kebahagiaan menurut masing-
masing individu berbeda.

3. UTILITARISME Tokoh pertama aliran utilitarianisme adalah seorang filsuf Inggris yaitu
Jeremy Bentham (1748-1832), dengan bukunya Introduction to the Principles of Morals
and Legislation (1789). Pokok pikiran Bentham yaitu moral dan 19 hukum dibuat untuk
kepentingan manusia, bukan sebaliknya manusia untuk kepentingan moral dan hukum,
maksudnya adalah tujuan hukum untuk memajukan kepentingan para warga negara dan
bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi yang disebut hak-hak kodrati.

4. DEONTOLOGI Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti apa yang harus
dilakukan; kewajiban. Deontologi tidak menyoroti tujuan yang dipilih bagi perbuatan
atau keputusan manusia, melaikan semata-mata wajib tidaknya perbuatan dan keputusan
itu dilakukan. Berbeda dengan teori-teori etika seperti hedonisme, eudemonisme, dan
utilitarianisme yang berorientasikan kepada tujuan suatu perbuatan serta mengukur baik
dan buruk dari konsekuensi perbuatan, teori deontologi lebih menekankan kepada
maksud pelaku dalam melakukan perbuatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai