Anda di halaman 1dari 25

ETIKA PROFESI DAN NORMA

DALAM MASYARAKAT

KELAS : D3-5A
DOSEN PENGAMPU : Apt. Erniza Pratiwi, M.Farm
Nama Anggota :
1. CINDY MARHAMA (2000006)
2. DINA AULIA FITRI (2000011)
KEL5 3.
4.
KIRANI SASMA (2000021)
LUXIANA PALUPI (2000024)
5. RANI SHASMITA (2000033)
6. REZA SAFITRI (2000036)
7. TRI WAHYU ENDRIANTI (2000045)
8. WIDA PANIA (2000048)
SUB POKOK
PEMBAHASAN

01 Pengertian Norma
04 Perbedaan Antara Moral
Dan Etika

02 Tujuan Norma
05 Etika Dan
Persamaannya
Hukum

03 Macam-macam Norma
06 Etika Dan
Perbedaannya
Hukum
PENGERTIAN

Norma merupakan kata yang berasal dari bahasa Belanda


yaitu norm yang memiliki arti patokan, pedoman, atau pokok
kaidah dan bahasa Latin yaitu mos yang memiliki arti tata
kelakuan, adat istiadat, atau kebiasaan.
PENGERTIAN
Berdasarkan KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, norma
memiliki arti sebagai aturan maupun ketentuan yang sifatnya
mengikat suatu kelompok orang didalam masyarakat. Dimana
norma diterapkan sebagai panduan, tatanan, dan juga pengendali
tingkah laku yang sesuai.

Menurut John J. Macionis (1997) yang merupakan profesor


sosiologi menyatakan,norma merupakan segala aturan dan
harapan yang ada di masyarakat yang memandu segala perilaku
yang dilakukan anggota masyarakat.
TUJUAN NORMA
Norma bertujuan untuk menciptakan kenyamanan,
Tujuan 1 kemakmuran, dan kebahagiaan bagi masyarakat

Norma memiliki tujuan agar mampu mengatur perilaku


Tujuan 2 masyarakat agar selaras dengan nilai yang berlaku

Norma dapat menciptakan keharmonisan hubungan


Tujuan 3 masyarakat.

Norma mampu melahirkan ketertiban dan keadilan


Tujuan 4 dalam masyarakat.
Norma berfungsi sebagai pedoman dalam menjalin
Tujuan 5 sebuah hubungan bermasyarakat dan menciptakan
ketentraman bagi masyarakat
MACAM-MACAM NORMA
NORMA HUKUM

NORMA AGAMA
NORMA
KESUSILAAN
NORMA
KESOPANAN
NORMA AGAMA

• Norma agama adalah aturan-aturan hidup yang berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.
• Aturan-aturan itu tidak saja mengatur hubungan vertikal, antara manusia dengan Tuhan
(ibadah), tapi juga hubungan horisontal, antara manusia dengan sesama manusia.
• Norma agama memiliki sifat dogmatis, artinya tidak boleh dikurangi dan tidak boleh
ditambah. Maka, setiap orang dituntut untuk menjalankan norma sesuai dengan agama
atau kepercayaannya masing-masing.
NORMA AGAMA

Pada umumnya setiap pemeluk agama menyakini bawa barang siapa yang mematuhi
perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan Tuhan akan memperoleh pahala.
Sebaliknya barang siapa yang melanggarnya akan berdosa dan sebagai sanksinya, ia akan
memperoleh siksa

Contoh norma agama :


1. Beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-
masing
2. Menghargai dan menghormati setiap perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama
yang dianut seseorang
NORMA KESOPANAN

Norma kesopanan adalah perilaku yang mencerminkan


tentang kebiasaan, kepatutan dan kepantasan seorang
manusia terhadap sesamanya. Norma ini berangkat dari
adat istiadat, nilai-nilai masyarakat dan kebiasaan
seseorang.
NORMA KESOPANAN
Norma kesopanan bersifat kultural, kontekstual, nasional atau
bahkan lokal. Namun, perlu diketahui bahwa norma kesopanan itu
tidak bersifat universal. Suatu perbuatan yang dianggap sopan oleh
sekelompok masyarakat mungkin saja dianggap tidak sopan bagi
sekelompok masyarakat yang lain. Sanksi terhadap pelanggaran
norma kesopanan adalah berupa celaan, cemoohan, atau diasingkan
oleh masyarakat
NORMA KESOPANAN
TUJUAN NORMA KESOPANAN :
• Membangun ketertiban dalam kehidupan masyarakat.
• Menciptakan sikap saling menghargai dan menghormati atau
respek, baik itu terhadap sesama maupun orang yang lebih tua.
• Bertingkah laku sesuai aturan yang berlaku di masyarakat.

CONTOH NORMA KESOPANAN :


• Tidak meludah sembarangan
• Menghormati orang yang lebih tua
• Berpamitan salam dengan orang tua
• Tidak berbicara dan berbunyi ketika makan
• tidak memotong pembicaraan orang lain sebelum selesai
• Mengucapkan salah ketika masuk ke rumah
NORMA KESUSILAAN

• Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan yang dijalankan oleh masyarakat yang


sumbernya berasal dari hati nurani seseorang. Norma ini merupakan sesuatu yang kita
jalani dan rasakan setiap harinya, dimana seseorang didorong untuk melakukan tindakan
yang baik dan menghindari tindakan yang buruk. Intinya, norma ini memiliki tujuan untuk
mengatur perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang.
• Berdasarkan ajaran norma ini, biasanya orang yang melanggar akan mendapatkan sanksi
berupa perasaan bersalah, penyesalan, atau bahkan dikucilkan di tengah masyarakat.
NORMA KESUSILAAN
Tujuan norma kesusilaan yaitu mewujudkan keharmonisan hubungan antar manusia.
Sehingga, ketika norma kesusilaan dapat terlaksana dengan baik akan tercipta masyarakat
yang tertib, tentram, serasi, seimbang, dan aman.

CONTOH NORMA KESUSILAAN :


1. Membantu orang lain.
2. Sikap saling menghormati dan menghargai.
3. Berkata dan berperilaku jujur.
4. Sopan santun.
5. Menyadari kesalahan.
6. Mengakui saat berbuat salah.
7. Meminta maaf saat berbuat salah.
8. Menghormati sesama manusia.
NORMA HUKUM

Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga


negara yang berwenang, yang mengikat dan bersifat memaksa,
demi terwujudnya ketertiban masyarakat. Sifat “memaksa” dengan
sanksinya yang tegas dan nyata inilah yang merupakan kelebihan
norma hukum dibanding dengan ketiga norma yang lain.
NORMA HUKUM
Norma hukum bertujuan untuk menciptakan tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang tertib, aman, rukun, dan
damai. Norma ini tentu juga memiliki sanksi bagi pelanggarnya. Sesuai
dengan namanya, orang yang melanggar akan mendapatkan hukuman
berupa denda atau bahkan kurungan penjara. Hal ini akan ditetapkan oleh
pihak yang berwenang dalam memberikan keputusan.

Contoh norma hukum:


● Wajib membayar pajak.
● Patuh terhadap peraturan lalu lintas.
● Tidak mencuri.
● Mematuhi peraturan sesuai dengan UU.
● Mengendarai kendaraan bermotor setelah memiliki Surat Izin
Mengemudi (SIM)
NORMA HUKUM
Norma hukum memiliki sifat antara lain:
a. Imperatif, yaitu perintah yang secara apriori harus ditaati baik berupa suruhan maupun
larangan;
b. Fakultatif, yaitu tidak secara apriori mengikat atau wajib dipatuhi.

Sifat imperatif dalam norma hukum biasa disebut dengan memaksan (dwingenrecht),
sedangkan yang bersifat fakultatif dibedakan antara norma hukum mengatur (regelendrecht).
PERBEDAAN ETIKA DAN MORAL
ETIKA MORAL
Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno, ethos. Adapun kata “moral” berasal dari bahasa Latin,
bentuk jamak dari ethos, yaitu ta etha, berarti adat mores, jamak dari mos yang berarti kebiasaan,
kebiasaan. Karena itu, dalam arti yang terbatas etika adat (Bertens, 2002: 4). Dalam Kamus Bahasa
berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau Indonesia moral diartikan sebagai: (1) (ajaran
ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2002: 4). tentang) baik buruk yang diterima umum
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008) kata etika mengenai 4 perbuatan, sikap, kewajiban, dsb;
diartikan dengan: (1) ilmu tentang apa yang baik akhlak; budi pekerti; susila; dan (2) kondisi
dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban mental yang membuat orang tetap berani,
moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia
dengan akhlak; dan (3) asas perilaku yang menjadi berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dsb;
pedoman (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:402). Dari isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana
tiga definisi ini bisa dipahami bahwa etika terungkap dalam perbuatan (Pusat Bahasa
merupakan ilmu atau pemahaman dan asas atau Depdiknas, 2008: 1041)
dasar terkait dengan sikap dan perilaku baik atau
buruk.
ETIKA DAN MORAL
• Secara umum makna moral ini hampir sama dengan etika, namun jika dicermati ternyata
makna moral lebih tertuju pada ajaran-ajaran dan kondisi mental seseorang yang
membuatnya untuk bersikap dan berperilaku baik atau buruk.

• Jadi, makna moral lebih aplikatif jika dibandingkan dengan makna etika yang lebih
normatif.

• Etika merupakan kajian atau filsafat tentang moral, dan moral merupakan perwujudan etika
dalam sikap dan perilaku nyata sehari-hari.
PERBEDAAN ETIKA DAN MORAL

PERBEDAAN ETIKA MORAL

Dari individu pribadi atau dari sebuah Dari budaya dan norma masyarakat
SUMBER
komunitas,lembaga atau kelompok

Adanya moral diikuti oleh etika


KETERKAITAN Etika tidak selalu diikuti dengan moral

Karena akal pikiran pribadi/kelompok yang Karena keyakinan dari masyarakat


LANDASAN
menilai benar atau tidaknya suatu hal mengenai hal yang benar dan salah

KONSEP Merupakan cerminan dari moral Keyakinan tentang hal baik dan benar

SIFAT Filosofis/teoritis Praktis /realistis


• Sama-sama merupakan alat untuk mengatur
tertibnya hidup bermasyarakat.

• Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia.

• Mengandung hak dan kewajiban anggota-


anggota masyarakat agar tidak saling
merugikan.

• Menggugah kesadaran untuk bersikap


PERSAMAAN manusiawi

ETIKA DAN • Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar


dan pengalaman para anggota senior.
HUKUM
PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM
No Perihal Etika Hukum
1. Target Membentuk manusia yang ideal. Membentuk masyarakat yang ideal.

2. Ruang Lingkup Lingkungan anggota profesi. Masyarakat umum.

3. Hal yang diatur  Mengatur yang baik dan tidak  Mengatur apa yang boleh dan tidak
baik. boleh dilakukan.
 Mengatur tentang kewajiban  Mengatur tentang hak dan kewajiban
saja. yang timbal balik.

4. Penyusunan Kesepakatan anggota profesi. Badan pemerintahan atau yang


memegang kekuasaan.

5. Bentuk Tidak semua tertulis. Tertulis secara terperinci dalam kitab,


perundang-undangan dan berita negara.
PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM
No Perihal Etika Hukum
6. Sumber penataan Penataan datang dari manusia itu Penataan datang dari hukum itu sendiri
sendiri. dan sanksinya.
7. Sanksi Pelanggaran Sesuai keputusan organisasi profesi : Tuntutan hukum : Hukum pidana/denda,
teguran, tuntunan, maksimal ganti rugi, sanksi kurungan.
dikeluarkan sebagai anggota IDI.

8. Syarat pelanggaran Tidak selalu disertai bukti fisik. Harus disertai bukti fisik.

9. Penyelesaian Pelanggaran etika kedokteran Pelanggaran hukum diselesaikan di


pelanggaran diselesaikan oleh MKEK yang pengadilan.
dibentuk oleh IDI dan jika perlu
diteruskan pada P3EK yang dibentuk
DepKes.
REFERENSI
Agus Dwiyono, dkk. (2007). Kewarganegaraan SMP Kelas VIII. Jakarta: Ghalia Indonesia
Andrew. 2007.Etika.PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Aswin, S. 1981, Etika dalam Penelitian, dalam : Dasar-Dasar Metodologi Riset Ilmu
Kedokteran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Konsorsium Ilmu Kedokteran, Jakarta
Bertens K. 2002. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius Harapan.
Depdikbud.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka: Jakarta.
Depdiknas. 2008. Kamus besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Dwiyono, Agus. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Yudhistira.
Macionis, J. J. (1997). Sociology: Sixth edition. New Jersey, Prentice Hall, Upper Saddle River.
Purnadi Purbacaraka dan Soejono Soekanto, Op. Cit., hlm 49.
Sri Haryati. Dkk. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta: PSG Rayon 13.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai