Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita telah memasuki era globalisasi. Didalam era ini dunia terasa tanpa
batas sehingga mengakibatkan terjadinya banjir informasi. Begitu juga dengan
pelayanan kesehatan yang semakin maju dengan datangnya modal-modal asing,
rumah sakit asing maupun tenaga asing.
Bidan merupakan suatu profesi dinamis yang harus mengikuti
perkembangan di era ini. Oleh karena itu bidan harus berpartisipasi
mengembangkan diri mengikuti permainan global. Partisipasi ini dalam bentuk
peran aktif bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, pendidikan, dan
organisasi profesi. Peningkatan kulitas ini tidak luput dan tetap mengacu pada
peran, fungsi dan tanggung jawab bidan berdasarkan etik dan kode etik profesi.
Etika diperlukan dalampergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang
mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun,
tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar
perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang
mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ”ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi,
tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut
tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang dalam hal ini kode
etik profesi kebidanan.Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat,
khususnya bidang kebidanan telah mempengaruhi peran bidan dalam praktik
kebidanan. Setiap peran mengemban tanggung jawab dan cukup sulit bagi bidan
memikul semua tanggung jawab itu. 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari bidan, profesi, professional, jabatan professional ?
2. Apa yang dimaksud dengan bidan sebagai profesi ?
3. Apa saja tugas untik seorang bidan ?
4. Apa saja ciri-ciri bidan sebagai profesi ?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui definisi dari bidan, profesi, professional, jabatan
professional ?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bidan sebagai profesi ?
3. Untuk mengetahui apa saja tugas untik seorang bidan ?
4. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri bidan sebagai profesi ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Peran Dan Tugas Bidan Berdasarkan Etik Dan Kode Etik Profesi
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan
nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan
apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan
mempunyai konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang
bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi kesehatan
memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam kebidanan mempunyai
kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung
jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk
mengambil keputusan sendiri yang berhubungan dengan tanggung jawabnya.
Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus mempunyai
pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui  ilmunya dan
mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan
sosial masyarakat dunia juga mempengaruhi munculnya masalah atau
penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi atau ilmu pengetahuan
yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejagatan ini dapat
dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian
penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan
misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB,
institusi kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri mempunyai tanggung jawab
yang lebih besar karena harus mempertanggung  jawabkan sendiri apa yang
dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang
bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

B. Definisi
1. Definisi Bidan
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan
yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik
Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan.
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memfasilitasidan memimpin persalinan atas tanggung jawab
sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan
ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain
yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan,
kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan: termasuk di rumah,
masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

2. Definisi Profesi
Menurut Peter Jarvis (1983:21), pengertian profesi adalah suatu
pekerjaan yang sesuai dengan studi intelektual atau pelatihan khusus
dimana tujuannya untuk menyediakan pelayanan keterampilan bagi orang
lain dengan upah tertentu.
Menurut Hughes E.C (1963), pengertian profesi adalah suatu pekerjaan
di bidang tertentu dimana seorang profesional memiliki pengetahuan lebih
baik dari kliennya mengenai sesuatu yang terjadi pada klien tersebut.
Menurut Cogan (1983:21), pengertian profesi adalah suatu
keterampilan khusus yang dalam prakteknya didasarkan atas suatu struktur
teoritis tertentu dari beberapa bagian ilmu pengetahuan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan
sebagainya) tertentu. Dalam pengertian ini dapat dipertegas bahwa profesi
merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan dengan bermodal keahlian,
keterampilan dan spesialisasi tertentu. Jika selama ini profesi hanya
dimaknai sekedar pekerjaan yang harus dikerjakan, sementara subtansi
dibalik makna itu tidak terpaut dengan persyaratan, maka profesi tidak
dapat dipakai pada semua pekerjaan.

3. Definisi Profesional
Profesional adalah istilah bagi seseorang yang menawarkan jasa atau
layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang
dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut
juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan seusai
dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Meskipun begitu, seringkali
seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut
"profesional" dalam bidangnya meskipun bukan merupakan anggota
sebuah entitas yang didirikan dengan sah. Sebagai contoh, dalam
dunia olahraga terdapat olahragawan profesional yang merupakan
kebalikan dari olahragawan amatir yang bukan berpartisipasi dalam sebuah
turnamen/kompetisi demi uang.
Karyawan profesional adalah seorang karyawan yang digaji dan
melaksanakan tugas sesuai juklak (Petunjuk Pelaksanaan) dan juknis
(Petunjuk Teknis) yang dibebankan kepada dia. Sangat wajar jika dia
mengerjakan tugas sesuai Juklak dan Juknis dan meminta upah atas
pekerjaannya tersebut. Karena profesional adalah terkait dengan
pendapatan, tidak hanya terkait dengan keahlian.
Secara popular, seseorang yang bekerja dibidang apapun sering diberi
predikat profesional. Seorang pekerja profesional menurut bahasa
keseharian adalah seorang pekerja yang terampil dan cakap dalam
kerjaannnya meskipun keterampilan atau kecakapan tersebut merupakan
hasil minat dan belajar dari kebiasaan.
Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dengan predikat
profesional yang diperoleh dari jenis pekerjaan hasil pembiasaan
melakukan keterampilan tertentu (melalui magang/keterlibatan langsung
dalam situasi kerja tertentu dan mendapatkan keterampilan kerja sebagai
warisan dari orang tuanya atau pendahulunya).
Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang teknisi. Baik
pekerja profesional maupun teknisi dapat saja terampil dalam unjuk kerja
(mis., menguasai teknik kerja yang sama, dapat memecahkan masalah
teknis dalam bidang kerjanya). Akan tetapi, seorang pekerja profesional
dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang
menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap
yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya.
C.V. Good menjelaskan bahwa jenis pekerjaan profesional memiliki
ciri-ciri tertentu, yaitu: memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi
pelakunya (membutuhkan pendidikan prajabatan yang relevan),
kecakapannya memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak
yang berwenang (mis., organisasi profesional, konsorsium dan
pemerintah), serta jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat
dan/atau negara.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bidan adalah
jabatan profesional karena memenuhi tiga persyaratan di atas.

4. Definisi Jabatan Profesional


Profesionalisme menurut Jasin Anwar (1997:55) adalah sebagai
komitmen para anggota bahwa, suatu profesi itu adalah untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus – menerus
mengembangkan strategi – strategi yang digunakannya dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya.
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai
kriteria standar ideal dari penyampain atau perbuatan yang diinginkan oleh
profesinya itu.
Pengertian jabatan profesional adalah seorang pekerja profesional
dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang
menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki sikap
yang positif dalam melaksanakan serta memperkembangkan mutu
karyanya. (T.Raka Joni,1980)

5. Bidan Sebagai Profesi


Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi
tertentu di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan lahir
sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu-ibu
melahirkan. Profesi ini telah mendukung peran dan posisi seorang bidan
menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat
mulia dalam memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Di
samping itu dengan setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam
melahirkan sampai si ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Sejak
zaman prasejarah, dalam naskah kuno sudah terecatat bidan di Mesir
(Siphrah ddan Poah) yang berani mengambil resiko membela keselamatan
bayi-bayi laki-laki Bangsa Yahudi (sebagai orang-orang yang terjajah oleh
Bangsa Mesir) yang diperintahkan oleh Firaun untuk dibunuh. Mereka
sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada
Tuhan dalam membela orang-orang yang berada pada posisi lemah, yang
pada zaman modern ini, kita sebut dengan peran advokasi. Dalam
menjalankan tugas dan prakteknya, bidan bekerja berdasarkan pada
pandangan fisiologis yang dinut, keilmuan, metode kerja, standar praktek
pelayanan dan kode etik profesional yang dimilikiya.

C. Ciri-Ciri Bidan Sebagai Suatu Profesi


Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat
melaksanakan /mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
secara profesional.
b. Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki alat yang dinamakan
Standar Pelayanan Kebidanan, Kode Etik, dan Etika Kebidanan.
c. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan
profesinya.
d. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Permenkes No. 572
Tahun 1996).
e. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
f. Memiliki wadah organisasi profesi.
g. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan
masyarakat.
h. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan.
D. Karakteristik Bidan Sebagai Suatu Profesi
Bidan sebagai profesi telah memiliki karakteristik profesi. Pada bab ini akan
diuraikan lebih jelas tentang profesi bidan, yang meliputi :
1) Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan bidan.
2) Dasar-dasar komseptual kebidanan.
3) Batang tubuh keilmuan kebidanan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Profesi bidan bukanlah profesi yang ringan dan tidak semua orang dapat
menjadi bidan profesional karena profesi seorang bidan mengemban
tanggungjawab yang besar. Profesionalisme, kerja keras, dan kesungguhan hati
serta niat yang baik akan memberikan kekuatan dan modal utama bagi
pengabdian profesi bidan.
2. Pemahaman yang utuh menganai konsep kebidanan sangat penting dimiliki
oleh para bidan maupun calon bidan karena tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan saat ini semakin meningkatkan, khususnya kualitas
pelayanan kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi bidan untuk
meningkatkan kemampuannya, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
dan perilaku yang profesional.
3. Pekerja profesional adalah pekerja yang terampil dan cakap dalam kerjaannnya
meskipun keterampilan atau kecakapan tersebut merupakan hasil minat dan
belajar dari kebiasaan.
4. Suatu profesi dikatakan profesional apabila memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang dihasilkan pendidikan yang cukup untuk memenuhi
kompetensi profesionalnya.
5. Pendidikan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas kualitas
pertolongan persalinan.
6. Pengakuan/penghargaan terhadap pengalaman bidan (recognition of prior
learning) ini di harapkan akan dapat lebih mempercepat upaya peningkatan
kualitas bidan melalui pendidikan formal tanpa mengabaikan apa yang telah
dimiliki oleh para bidan.

B. Saran
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara
berkesinambungan, berjenjang, dan berlanjut sesuai dengan perinsip belajar seumur
hudup bagi bidan yang mengabdi ditengah-tengah masyarakat. Pendidikan yang
berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik
melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural. Pada
saat ini pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan
fungsianl bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal
maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional
bidan dalam melaksanakan bidan dalam melaksanakan fungsiny. Fungsi bidan
nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, bidan koordinator
dan bidan penyedia.
Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana ia bertugas,
apakah dirumah sakit, di Puskesmas, bidan di desa atau bidan diinstitusi swasta.
Karir tersebut dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan
kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kebijakan, dan kesempatan
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

https://ibi.or.id/id/article_view/a20150112004/definisi.html

Suteja, jaja. 2019, Etika Profesi Keguruan, Deepublish Publisher, Yogyakarta

Ikatan Bidan Indonsia. (2008). 50 tahun IBI Bidan Menyongsong Masa


Depan. Jakarta : PP IBI

Soepardan, Suryani.(2007). Konsep Kebidanan. Jakaarta : EGC

Andini, Aditya.(2003). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Prima Media

Tiran, Denise. (2005) Kamus Saku Bidan. Ed.10. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai