Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung-jawab dan akuntabel,

yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat

selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung

jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini

mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu

dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan

tindakan kegawat-daruratan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak

hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus

mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada

kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.

Oleh karena itu, dalam perannya dimasyarakat dan untuk menjalin hubungan yang baik

dengan klien, bidan harus memiliki etika profesi yang baik dan sesuai dengan peraturan

yang telah ditetapkan serta bersikap profesional dalam memberikan asuhan terhadap

klien.

Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu

yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati

karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,

mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya

dengan baik. Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir

yang berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang
diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral

yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam

posisi yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan

sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja

berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik

pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.

B. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian bidan?

2) Apa pengertian profesi?

3) Apa saja ciri-ciri karakteristik profesi?

4) Sebutkan ciri-ciri bidan sebagai profesi?

5) Apa saja kewajiban bidan sebagai profesinya?

6) Karakter apa saja yang dimiliki bidan?

C. Tujuan Umum

1. Tujuan Umum

Untuk menambah pengetahuan tentang bidan sebagai profesi

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:

a. Pengertian bidan

b. Pengertian profesi

c. Ciri-ciri karakteristik profesi

d. Ciri-ciri bidan sebagai profesi

e. Kewajiban bidan sebagai profesinya


f. Karakter yang harus dimiliki bidan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bidan

Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with

woman”(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa

Perancis, sage femme (Bidan) berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam

bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti ”berkaitan dengan wanita”.

Menurut churchill, bidan adalah ” a health worker who may or may not

formally trained and is a physician, that delivers babies and provides

associated maternal care” (seorang petugas kesehatan yang terlatih secara

formal ataupun tidak dan bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran

bayi serta memberi perawatan maternal terkait).

Definisi Bidan (ICM) : bidan adalah seorang yang telah menjalani

program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah

berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk

terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan merupakan

salah satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia.

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang

terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara

sah mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang

profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam

memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama


kehamilan, persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung

jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.

KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002 bab I pasal 1:

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan

bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku.

Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular

dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala

yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan

kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan.

INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE bidan adalah

seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh

negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan

praktek kebidanan di negara itu.

B. Pengertian Profesi

Profesi adalah sekumpulan orang yang memiliki cita-cita dan nilai

bersama yang disatukan oleh latar belakang pendidikan dan keahlian yang

sama untuk menjadi suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri

karena memiliki tujuan yang khusus. Dalam suatu profesi terdapat kode etik

digunakan untuk memperkuat kepercayaan msyarakat terhadap profesi, agar

klien terjamin kepentinganya dan sebagai pembentuk mutu moral profesi

dimasyarakat. Kode etik harus selalu mengikuti perkembangan sesuai dengan

perubahan lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan dalam


profesi itu sendiri, sehingga sewaktu-waktu kode etik perlu untuk dinilai dan

direvisi kembali oleh profesi.

C. Bidan Sebagai Profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus.

Sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:

a. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.

b. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat

melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu.

c. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas

meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.

d. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap

memegang teguh kode etik profesi.

Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan

dengan anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional.

Tentunya harus diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan

lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.

Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas

bahwa bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua

aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural

adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu

organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta


dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan

negara.

Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat,

jabatan fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan

bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan

tersebut mendapat tunjangan profesional.

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :

1) Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat

melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara

professional.

2) Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan

profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika

kebidanan.

3) Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan

profesinya.

4) Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.

5) Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

6) Bidan memiliki organisasi profesi.

7) Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan

masyarakat.

8) Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama

penghidupan.
9) Pengertian Etika Profesi Kebidanan

D. Pengertian Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan

Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafah dari moral pada situasi

nyata. Etika pada hakekatnya berkaitan dengan etika dan moral, yaitu

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk di masyarakat

dalam kurun waktu tertentu. Etika khusus adalah etika yang dikhususkan bagi

profesi tertentu, misalnya etika dalam pelayanan kebidanan

Kode etik adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap profesi

dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya dan di masyarakat. Norma-norma

tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus

menjalankan profesinya, dan larangan-larangan, termasuk ketentuan-

ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh

anggota profesi, tidak hanya menjalankan tugas profesinya melainkan juga

mengenai tingkah laku secara umum dalam pergaulan sehari-hari di

masyarakat. Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-

nilai interna dan eksterna suatu disiplin ilmu dan pengetahuan yang

menyeluruh dalam suatu profesi yang menuntut anggotanya dalam

melaksanakan pengabdian profesi kebidanan.

Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan

anggota dan organisasi, meliputi :

1. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.

2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota.

3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi


4. Meningkatkan mutu profesi

■ D i m e n s i e t i k meliputi :

a. Anggota profesi dan klien .

b. Anggota profesi dan sistem .

c. Anggota profesi dan profesi lain.

d. Semua anggota profesi.

■ P r i n s i p k o d e e t i k terdiri dari :

a. Menghargai otonomi.

b. Melakukan tindakan yang benar.

c. Mencegah tindakan yang merugikan.

d. Memperlakukan manusia secara adil.

e. Menjelaskan dengan benar.

f. Menepati janji yang telah disepakati.

g. Menjaga kerahasiaan.

Etika Sosial (Etika Profesi) merupakan suatu pernyataan komprehensif

dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan

praktik dalam bidang profesinya, baik yang berhubungan dengan klien/

pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi & dirinya sendiri. Etik

merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia

dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan

apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan

mempunyai konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum.

Seseorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan. Sesuai


dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong

persalinan.

Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri

yang harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu

memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan

ibu dan bayi. Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi

kehidupan sosial masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya

masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu

pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejahteraan

yang tidak dapat dibendung ini, pasti akan mempengaruhi pelayanan

kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi

juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti

bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi kesehatan lainnya,

mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan

yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri.

Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya

penyimpangan etik

E. Arti dan Ciri Jabatan Profesional

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.

Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas

yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah

petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang


dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap

sebagai suatu profesi.

Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dengan predikat

profesional yang diperoleh dari jenis pekerjaan hasil pembiasaan melakukan

keterampilan tertentu (melalui magang/ keterlibatan langsung dalam situasi

kerja tertentu dan mendapatkan keterampilan kerja sebagai warisan orang

tuanya atau pendahulunya. Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari

seorang teknisi. Baik pekerja profesional maupun teknisi dapat saja terampil

dalam unjuk kerja (misalnya menguasai teknik kerja yang sama, dapat

memecahkan masalah teknis dalam bidang kerjanya). Akan tetapi, seorang

pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya

yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki

sikap yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya.

C.V Good menjelaskan bahwa jenis pekerjaan profesional memiliki ciri-

ciri tertentu, yaitu : memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi

pelakunya (membutuhkan pendidikan prajabatan yang relevan), kecakapannya

memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang

(misalnya: organisasi profesional, konsorsium, dan pemerintah), serta jabatan

tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan negaranya.

Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari

pekerjaan lainnya. Secara rinci ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai

berikut :
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional

diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan

memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa

diterapkan dalam praktek.

2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi

oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para

anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan

khusus untuk menjadi anggotanya.

3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan

pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.

4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya

ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama

pengetahuan teoretis.

5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk

mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan

pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.

Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga

dipersyaratkan.

6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi

sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa

dipercaya.

7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan

pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.


8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para

anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar

aturan.

9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya

sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka

yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang

berkualifikasi paling tinggi.

10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja

profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan

publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan

masyarakat.

F. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra

profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan

pelayanan yang bermutu pada masyarakat.

2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

3. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

G. Perilaku profesional Bidan

1. Bertindak sesuai keahliannya


2. Mempunyai moral yang tinggi

3. Bersifat jujur

4. Tidak melakukan coba-coba

5. Tidak memberikan janji yang berlebihan

6. Mengembangkan kemitraan

7. Terampil berkomunikasi

8. Mengenal batas kemampuan

9. Mengadvokasi pilihan ibu

H. Karakter yang harus dimiiki seorang bidan

a. Sehat jasmani rohani

Karena bidan memiliki pekerjaan yang sangat dinamis, maka bidan harus

sehat fisik dan menta. Karena dalam kondisi seetih apa pun bidan dituntut

untuk tetap menstabikan emosi. Bidan juga harus cekatan dan energik

daam melakukan tugasnya.

b. Berpenampilan menarik

Berpakaian bersih, rapi, sopan, sederhana dan menunjukkan sikap dan

tutur kata yang lembut.

c. Kejujuran

Bidan tidak boleh menakut-nakuti atau mengatakan bohong terhadap

diagnosa pasien. Atau mengatakan tidak apa-apa dengan kondisi pasien

hanya untuk menyenangakan hati pasien. Bidan harus mengatakan apa

yanga terjadi dengan sejujurnya dengan bahsa yang baik agar pasien tidak

sakit hati dan putus asa.


d. Cerdas

Seorang bidan harus pandai menyikapi terhadap suatu masah yang

berkembang di masyarakat. Bidan juga harus pandai bersosiaisasi dengan

pasien agar bisa mengambil hati pasien. Bidan juga harus inovatif

terhadap kondisi yang mendesak.

e. Peduli

Dalam memberikan pelayanan kepada pasien bidan tidak hanya

memikirkan money oriented tapi bagaimana menolong pasien bisa

selamat. Dan bisa merasakan apa yang dirasakan pasien.

f. Tangguh

Bidan adalah garda terdepan daam meningkatkan kesehatan ibu dan

anak. Untuk mensukseskan kesehatan ibu dan anak memang tidak mudah.

Tantangan di masyarakat semakin terihat jika masyarakat tidak kooperatif

terhadap program kesehatan yang ada. Tapi di sini bagaimana seorang

bidan bisa memberikan pengertian dan mengubah kebiasaan buruk

masyarakat. Sehingga wilayah binaan bisa tercipta kesejahteraan ibu dan

bayi.

I. Hak dan Kewajiban Pasien dan Bidan.

1. Hak Pasien

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai

pasien:
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan

peraturan yang berlaku di rumah sakit atau institusi pelayanan

kesehatan.

b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawiadil dan makmur.

c. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan

profesi bidan tanpa diskriminasi.

d. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi

bidan tanpa diskriminasi.

e. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan

keinginannya.

f. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan

persalinan, nifas dasn bayinya yang baru dilahirkan.

g. Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses

persalinan berlangsung.

h. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan

keinginannya dan sesuai dengan peraturaan yang berlaku di rumah

sakit.

i. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan

pendapat kritis dan mendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak

luar.

j. Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang

dideritanya,
2. Kewajiban Pasien

a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan

dan tata tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.

b. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi, dokter, bidan,

perawat yang merawatnya.

c. Pasien atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua

inbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan

kesehatan, dokter, bidan dan perawat.

d. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang

selalu disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya.

3. Hak Bidan

a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan profesinya.

b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap

tingkat / jenjang pelayanan kesehatan.

c. Bidan berhak menolak keinginan pasien atau klien dan keluarga yang

bertentangan dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.

d. Bidan berhak atas privasi / kedirian dan menuntut apabila nama

baiknya dicemarkan.

e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan

jabatan yang sesuai, baik melalui pendidikan maupun pelatihan.

f. Bidan berhak atas kesempatan untukmeningkatkan jenjang karir dan

jabatan yang sesuai.


g. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

4. Kewajiban Bidan

a. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan

hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana

pelayanan dimana ia bekerja.

b. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai standar

profesi dengan menghormati hak-hak pasien.

c. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang

mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.

d. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi

oleh suami atau keluarga.

e. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalani

ibadaah sesuai dengan keyakinannya.

f. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang pasien.

g. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang

akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul.

h. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informad consent) atas

tindakan yang akan dilakukan.

i. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.

j. Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau

non formal.
k. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait

secara timbale bailk dalam memberikan asuhan kebidanan.

Sebagai bidan yang profesional dia telah menunjukan sikap, sesuai

dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan dan pengalaman

serta keterampilan. Dia dengan teguh dan tetap menunjukkan sikap

bermoral tinggi berusaha menghilangkan adat panggang ibu dan

panggang bayi di desa Jeniu. Dia menyadari ketentuan hukum yang

membatasi ruang geraknya. Oleh karena itu dia mengundang seluruh

perangkat desa setempat untuk mendukung idenya. Meskipun

pemangku adat setempat tidak setuju dan menentang apa yang menjadi

keinginannya, dia berusaha keras untuk mencari menjelaskan.

Dengan menggunakan kreatifitas dan kemampuan analisisnya

terhadap masalah tersebut dia mampu menjelaskan mengapa ibu dan

bayi baru lahir tidak boleh dipanggang. Dia mengibaratkan dan

mencontohkan dengan ikan yang dibakar lama-kelamaan akan hangus

dan kering. Begitu juga manusia jika dibakar cairan dalam tubuh

berangsur-angsur akan berkurang. Dan hal itu tidak sesuai lagi dengan

tujuan memanggang yaitu menghangatkan tubuh ibu dan bayi. Hal

tersebut dipandang bidan rosa bisa merugikan kesehatan ibu dan bayi .

Beliau juga tidak pernah memikirkan apa balasan yang akan dia

dapatkan setelah dia bisa mengubah paradigma masyarakat di

daerahnya. Hanya dengan memiliki peduli yang tinggi dia melakukan

hal tersebut. Sesuai dengan kriteria perilaku profesina berikut ini:


a. Bermoral tinggi.

b. Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri.

c. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu

pengetahuan profesi.

d. Tidak memberikan janji yang berlebihan.

e. Tidak melakukan tindakan yang semata – mata didororong oleh

pertimbangan komersial.

f. Memegang teguh etika profesi.

g. Mengenali batas-batas kemampuan.

h. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya

Contoh:

Bidan Rosa mengalami dilema konflik moral terhadap kejadian

tersebut. Tetapi dia mampu mengambil keputusan yang tepat untuk

memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dia tidak

mempedulikan seberapa lama dia harus berusaha tetapi dia

mementingkan bagaimana bisa memperjuangkan kesejahteraan ibu

dan bayi supaya diperlakukan layak oleh masyarakat. Dia mampu

membaca situasi yang ada sehingga bisa mencari solusi supaya

masyarakat meninggakan adat panggang ibu dan panggang

bayi. Dia mendekati pemangku adat dan bisa memberikan

gambaran bagaiman pemanggangan ibu dan bayi tidak boleh

dilakukan. Selain itu dia bisa mengatasi kesulitan untuk

membuktikan kebenaran idenya. Dia menggunakan ikan sebagai


contoh. Pemangku adat dan masyarakat setempat yang mayoritas

memiliki pendidikan dasar pun bisa memahami maksudnya. Hal

tersebut sesuai dengan etika pengambian keputusan peayanan

kebidanan yaitu :

Pengambilan Keputusan Yang Etis

Ciri keputusan yang etis, meliputi :

1) Mempunyai pertimbangan benar salah.

2) Sering menyangkut pilihan yang sukar.

3) Tidak mungkin diletakkan.

4) Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, lingkungan sosial.

Mengapa kita perlu mengerti situasi:

1) Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi.

2) Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna.

3) Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan.

Kesulitan-kesuliatan dalam mengerti situasi :

1) Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita.

2) Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh

kepentingan, prasangka dan faktor-faktor subyektif lain.

3) Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi:

4) Melakukan penyelidikan yang mamadai.

5) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli.

6) Memperluas pandangan tentang situasi.

7) Kepekaan terhadap pekerjaan.


8) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Bidan rosa sudah mampu memberikan pelayanan kebidanan di

masyarakat sesuai dengan hak pasien dan kewajibannya sendiri

sebgai seorang bidan. Dalam melaksanakan tugasnya bidan rosa

melakukan dengan cara yang baik tidak melanggar

hukum. Meskipun sempat ditentang pemangku adat tapi dia bisa

memberikan pemahaman yang baik untuk ditiadakannya kebiasaan

panggang ibu dan panggang bayi.

Contoh:

Di tempat tinggalnya yang sepi di pelosok Kota Belu, Propinsi

Nusa Tenggara Timur, persisnya di Desa Jenilu, Rosa kecil selalu

memperhatikan perangai salah-seorang saudaranya yang berprofesi

sebagai bidan. "Cara (bidan itu) merawat pasien sampai sembuh,

lalu menyapa pasien dengan begitu baik, tidak kasar terhadap

sesama yang sedang sakit, itu membuat saya ingin menjadi bidan,"

kata Rosalinda Delin kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder

Affan, Rabu (04/01), melalui telepon.

Kehadiran sosok ibu bidan yang berpakaian serba putih, dan selalu

terlihat berperangai baik, rupanya begitu membekas pada Rosa

kecil. Bayangan ideal ibu bidan seperti itulah, yang pertama kali

dia saksikan pada saat usianya menginjak sekitar 10 tahun, kelak

menjadi dorongan yang begitu kuat ketika dia akhirnya

memutuskan mengikuti pendidikan bidan. "Cara (bidan itu)


merawat pasien sampai sembuh, lalu menyapa pasien dengan

begitu baik, tidak kasar terhadap sesama yang sedang sakit,

itu membuat saya ingin menjadi bidan.""Bidan memang cita-

cita saja semenjak kecil," aku Rosalinda, ibu tiga anak, kelahiran

1972 ini” Karena saya ingin melayani sesama...” tandas Ros –

panggilan akrabnya. Dari ujung telepon, suaranya bergetar ketika

menekankan kalimat itu.Kini, di tengah-tengah angka kematian ibu

dan anak yang masih tinggi di Indonesia, Rosalinda (yang telah

menjadi bidan sejak 1995), tetap merasa diterangi oleh sinar

bayang-bayang sosok ibu bidan yang “berperangai baik” tersebut.

Tentu saja, demi mengemban “melayani sesama” tersebut, bidan

Rosalinda harus berjibaku sedemikan rupa, mengingat misinya itu

ternyata tidak cukup semata bermodalkan pakaian serba putih atau

perangai baik – seperti sosok ibu bidan yang menghiasi mimpi-

mimpinya di kala masih bocah. Dia, misalnya, harus menghadapi

kenyataan budaya masyarakat di tempatnya tinggal, yang ketika itu

masih mempraktekkan “budaya panggang api”...


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting dalam

meningkatkan kesehatan perempuan.

Dalam menjalankan tugasnya bidan harus mempunyai karakter jujur,cerdas,

tangguh peduli, bersikap profesional terhadap tugasnya dengan memiliki kemampuan

kritisi masalah yang baik. Mampu mengambil keputusan sesuai dengan kode etik

dan evidence base yang berlaku dengan mementingkan kesejahteraan ibu dan bayi.

Kemampuan kecerdasan sosialisasi sangat dibutuhkan bidan dalam mengelola

masalah yang timbul di masyarakat. Sehingga bidan bisa diterima idenya dengan

baik di ingkungan masyarakat.

B. SARAN

1. selalu berfikir kritis terhadap solusi suatu masalah yang ada di linkungan tempat

bidan bertugas sesuai dengan ilmu pengetahuan.

2. Belajar memutuskan masalah dengan berlandaskan kode etik dan undang-undang

yang berlaku.

3. Bersikap profesional dan belajar inovatif memanfaatkan sumber daya yang ada

untuk mengatsi masalah yang timbul.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2010. Pengertian Filosofi dan definisi Bidan.Phika.blogspot.com diakses tanggal 20


Januari 2014

Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etka Profesi Kebidanan. Yogjakarta: Fitramaya


IBI, 2009. 50 Tahun IbI.Jakarta

Yanthina Deby, dan Mulyani Siska,2012. Konsep kebidanan.Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai