Anda di halaman 1dari 20

A.

Sistem Penghargaan Bagi Bidan

Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan jasa, tetapi
juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan / hak untuk menjalankan
praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan
maternal dan perinatal. Dengan jumlah sekitar 73.000 orang yang tersebar di selruh
Indonesia, profesi bidan tentu berada dekat dengan masyarakat yang sewaktu-waktu
memerlukan pertolongnnya. Salah satu tantangan yang harus di hadapi adalah tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan berkualitas. Tantangan ini memang bukan tanggung jawab
bidan semata, namun juga menyangkut peran profesi lain. Keberadaan bidan memiliki posisi
strategis,mengingat sebagian besar persoalan bidan di tuntut untuk memiliki ketrampilan
yang lebih baik, disertai kemampuan untuk menjalin kerja sama dengan pihak yang terkait
dalam persoalan kesehatan reproduksi di masyarakat Reward atau sanksi bertujuan untuk
menignkatkan kualitas bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

B. REWARD

Penghargaan yang di berikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan jasa,
tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan atau hak untuk
menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang di miliki.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3, hak adalah kewenangan untuk
berbuat sesuatu yang telah di tentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu. Bidan di
Indonesia memiliki organisasi profesi, yaitu ikatan bidan atau IBI, yang mengatur hak dan
kewajibn serta penghargaan dan sanksi bagi bidan. Setiap bidan yang telah menyelesaikan
pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi anggota IBI.

Hak bidan:
1.Bidan berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.

2.Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan.

3.Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan kelurga yang bertentangan dengan
peraturan perundangan, dan kode etik profesi.

4.Bidan berhak atas prifasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya di cemarkan, baik
oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain.

5.Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri, baik melalui pendidikan maupun
pelatihan .

6.Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier dan jabatan
yang sesuai.

7.Bidan berhak mendapatkan kompetensi dan kesejahteraan yang sesuai.

Wewenang bidan antara lain:

1.Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan pelayanan


kegawatan obstetric dan neonatal.

2.Bidan harus melaksanakan tugas kewenangan sesuai standar profesi, memiliki


kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan,mematuhi dan melaksanakan protap yang
berlaku di wilayahnya serta bertanggun jawab atas pelayanan yang di berikan dengan
mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.

3.Pelayanan kebidanan kepada perempuan oleh bidan meliputi pelayanan pada masa
pranikah, termasuk remaja putri, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, dan masa antara
kehamilan.

Dalam lingkup IBI, anggota mempunyai hak tertentu sesuai dengan kedudukannya, yaitu :
1. Anggota biasa

-Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.

-Berhak mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi

-Berhak memilih dan dipilih

2. Anggota luar biasa

-Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.

-Dapat mengemukakan pendapat, saran dan usul untuk kepentingan organisasi

3. Anggota kehormatan

Dapat mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.

Contoh reward dalam sistem penghargaan bagi bidan adalah :

1.BIDAN BINTANG

2.BIDAN DELIMA

3.Beasiswa mahasiswa AKBID jalur khusus yang berprestasi diberikan oleh IBI

4.Penghargaan bagi bidan yang menyiapkan desa siaga di Kab. Cirebondan Kab. Kuningan
diberikan oleh DEPKES

5.Penganugerahan Damandiri Award yang diselenggarakan Yayasan Damandiri

6.Penghargaan hasil belajar diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STT PP).

7.Satuan Kredit Perolehan (SKP) bidan.

C. SANKSI

Sedangkan Sanksi merupakan imbalan negatif yang berupa pembebanan atau


penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.
Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak atau kewajban bidan yang telah
diatur oleh organisasi profesi, karena kode etik bidan merupakan norma yang berlaku bagi
anggota IBI dalam menjalankan praktik profesinya yang telah disepakati dalam Kongres
Nasional IBI.

Kode etik bidan :

a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat

1.Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah


jabatanya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

2.Setiap bidan, dalam menjalankan tugas profesinya, menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

3.Setiap bidan, dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

4.Setiap bidan, dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien,


menghormati hak klien, dan nilai- nilai yang dianut oleh klien.

5.Setiap bidan, dalam menjalankan tugasnya senantisa mendahulukan kepentingan klien,


keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

6.Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatanya secara optimal.

b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya.

1.Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga, dan masyarakat.

2.Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam


mengambil keputusan, termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan.
3.Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan
dengan kepentingan klien.

c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

1.Setip bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptkan
suasana kerja yang serasi.

2.Setiap bidan, dalam melaksanakan tugasnya, harus saling menghormati, baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainya.

d. Kewajiban bidan terhadap profesinya

1.Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi, dengan
menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.

2.Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan


profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
dang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

1.Setiap bidan wajib memelihara kesehatanya agar mampu melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.

2.Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

f. Kewajian bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa, dan tanah air.

1.Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan


pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi,
Keluarga Berencana, dan Kesehatan Keluarga.
2.Setip bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA atau KB dan kesehatan keluarga.

Contoh sanksi dalam sistem penghargaan bagi bidan adalah :

a.Pencabutan ijin praktek bidan

b.Pencabutan SIPB sementara

c.Atau bisa juga berupa denda.

D. Jabatan Fungsional Bidan

Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu jabatan structural dan fungsionol. Jabatan
structural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan di atur berjengjang
dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang di tinjau serta di
hargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan Negara. Selain
fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat,jabatan fungsional juga
berorientasi kualitatif. Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak mendapatkan
tunjangan fungsional. Jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional sehingga
berhak mendapat tunjangan fungsional.

Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir structural. Jabatan
fungsional sebagai bidan bisa di dapat melalui pendidikan berkelanjutan, baik secara formal
maupun non formal, yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan professional bidan
dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana, pendidik, pengelolah, dan peneliti.

Sedangkan jabatan sturkturalnya bergantung dimana bidan tersebut bertugas,misalnya di


rumah sakit,puskesmas,dan sebagainya. Karir ini dapat dicapai oleh bidan di setiap tatanan
pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan ,kesempatan, dan
kebijakan yang ada.

E. Etika, Moral dan Nilai-nilai


Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah,
kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.

Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata
dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan
bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak
yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam
hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik IBI(Ikatan Bidan Indonesia).

Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu
standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam
suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan
sebagai perilaku personal.

F. Nilai-Nilai Esensial Dalam Profesi

Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu
proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek
keperawatan profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial dalam
kehidupan profesional, yaitu:

1.Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang


memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan
kepedulian.

2.Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain


termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan
hati serta ketekunan.

3.Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan
sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi

4.Freedom (Kebebasan): memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5.Human dignity (Martabat manusia): Berhubungan dengan penghargaan yang lekat
terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan,
pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.

6.Justice (Keadilan): Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas,
moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.

7.Truth (Kebenaran): Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran,


keunikan dan reflektifitas yang rasional.

 Pengertian Pengembangan Karier Bidan


  Karier adalah sebuah kata dari bahasa Indonesia; carrier adalah perkembangan dan
kemajuan dalam pekerjaan seseorang atau jenjang dalam sebuah pekerjaan tertentu.
Pengembangan karier bidan adalah perjalanan pekerjaan seorang bidan dalam organisasi
sejak diterima dan berakhir pada saat tidak lagi bekerja diorganisasi tersebut.
 Perkembangan Pelayanan Kebidanan
    Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (Zaman Gubernur
Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertololongan persalinan, tetapi
keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun
pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia. Tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit
Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum
merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu
Kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut pada
tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter
militer Belanda (dr. W Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak
dilakukan oleh dukun dan bidan.Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara
formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan
dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di
masyarakat dilakukan melaui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus
Tambahan Bidan pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-
kota besar lain di Nusantara. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai
 Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu
pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) pada tahun 1957.Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara
merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui instruksi Presiden secara
lisan pada sidang kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan
bidan di desa.Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan
yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Dalam melaksanakan
tugasnya, bidan melakukan kolaborasi konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondis
pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan darurat bidan juga diberi
wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan
tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan
kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi.
  Perkembangan Pendidikan Kebidanan
Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan
kebidanan. Keduannya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat
akan pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah pendidikan
formal dan nonformal.Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda.
Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan
bidan bagi wanita pribumi di Batavia.Pada tahun 1935 -1938 pemerintah Kolonial
Belanda mulai mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP bagian B) dan hampir
bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain Jakarta di RSB Budi
Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RS Mardi Waluyo Semarang.Pada tahun 1950-1953
dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama
 pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup
banyak maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E
atau Pembantu Bidan.Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima
lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang
disebut Sekolah Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan
secara merata di seluruh propinsi. Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan
menengah dan bawah sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan
penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan
dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di
lapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal.Pada tahun
1975 sampai 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga selama 10 tahun tidak
menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara
wajar.Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang perserta
didiknya dari lulusan Akademi Perawat dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan
program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan
Bidan A.Pada tahun  1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C yang menerima
masukan dari lulusan SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 propinsi dengan waktu 6
semester. Tahun 1996 dibuka pendidikan Diploma III Kebidanan dengan Raw input dari
SMA. Tahun 2006 dibuka S2 Kebidanan DI UNPAD Bandung. Selain melalui
pendidikan normal dan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan juag diadakan
seminar dan lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi pengembangan
organisasi dilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahun 1996 sampai 2000
dengan biaya dari UNICEP.
 Pengembangan Karier Bidan Berdasarkan Dengan Jabatan Professional Bidan
         Profesi adalah aktivitas yang bersifat intelektual berdasarkan ilmu, pengetahuan,
digunakan untuk tujan praktik pelayanan, dapat dipelajari, terorganisir secara internal dan
aktristik, mendhulukan kepentingan orang lain,(Abraham Flexman, 1915). Sedangkan
professional berarti memiliki sifat ahli yaitu terampil atau cakap dalam kerjanya. Profesi
bidan memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya.
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai cirri khas yaitu sebagai pelayan professional
yang merupakan bagian internal dari pelayanan kesehatan.
 Ciri Dan Karakteristik Profesi Bidan
a)      Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
b)      Anggotanya disiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan untuk
maksud profesi yang bersangkutan.
c)      Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
d)     Anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang berlaku
e)      Anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
f)       Anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang dibebrikan.
g)      Memiliki suatu orgasnisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas
pelayanan.

a) Jabatan Profesional Bidan


     Jabatan professional adalah jabatan yang dibedakan dari jenis pekerjaan yang
diperoleh dari hasil kebiasaan melakukan keterampilan tertentu. Sehubungan dengan
profesionalisme jabatan professional, bidan tergolong dalam jabatan profesinal.
Jabatan dapat ditijau dari dua aspek yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional.
Jabatan structural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam
suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta
dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Bidan dikatakan sebagai profesinal karena;
a)      Disiapkan melalui pendididkan agar lulusannya dapat mengerjakan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya , dan kemampuannya diperoleh melalui jenjang
pendidikan.
b)      Dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai alat yang dinamakan kode etik
dan etika bidan
c)      Bidan emiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalanlan profesinya
d)     Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (permenkes RI No.
1464/Menkes/PER/X/2010)
e)      Memiliki organisasi profesi
f)       Memiliki karakteristik khusus dan dikenal  serta dibutuhkan masyarakat
g)      Menjadikan bidan sebagai sumber utama kehidupan
Persyaratan bidan sebagai jabatan professional yaitu:
a)      Memberi pelayanan kepada masyarakat secara khusus
b)      Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional
c)      Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
d)     Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah
e)      Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
f)       Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
g)      Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
h)      Memiliki etika dank ode etik kebidanan
i)        Memiliki standar kebidanan

j)        Memiliki standar pendidikan yang medasari dan mengembangkan profesi


sesuai dengan kebutuhan pelayanan
k)      Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi.
 
Prinsip Pengembangan Karier Bidan Dikaitkan Dengan Peran, Fungsi, Dan Tanggung
Jawab Bidan

 Peran Bidan
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam satu sistem.  Dalam melaksanankan profesinya bidan memiliki
peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
 Peran Sebagai Pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki 3 tugas yaitu
 1. Tugas mandiri
(a)    Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan
(b)   Member pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan melibatkan mereka sebagai
klien
(c)    Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
(d)   Member asuhan kebidanan kepada klien yang berada dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien/kleuarga
(e)    Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
(f)    Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga
(g)   Memberi asuhan kebidanan pada perempuan usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
(h)   Memberi asuhan kebidanan padaperempuan dengan gangguan reproduksi dan
perempuan dalam masa klimakterium serta menopause
(i)     Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga
2. Tugas kolaborasi
(a)    Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
(b)   Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
(c)    Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi
serat kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien/keluarga.
(d)   Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi, serta
pertolongnsn pertama dalam kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
klien/keluarga.
(e)    Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien/keluarga.
(f)    Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam masa kegawatdaruratan yang mememrlukan tindakan kolaborasi bersama
klien/keluarga.
3. Tugas ketergantungan/merujuk
(a)    Menerapkan manajemen kebidanan, pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
(b)   Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan
dengan resiko tinggi serta kegawatdaruratan
(c)    Member asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan
dengan penyakit tertentudengan melibatkan klien dan keluarga.
(d)   Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas yang disertai penyakit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga
(e)    Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga.
(f)    Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dn
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga.
 Peran Sebagai Pengelola
a)         Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
b)         Berpartisipasi dalam tim
 Peran Sebagai Pendidik
a)      Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien(individu, keluarga,
kelompok, serta masyarakat).
b)      Melatih dan mebimbing kader
 Peran Sebagai Peneliti
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok :
a)      Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
b)      Menyusun rencana kerja pelatihan
c)      Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana
d)     Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
e)      Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
 Fungsi Bidan
1.  Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup :
(a)    Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu , keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum) pada masa pra perkawinan
(b)   Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
kasus patologi tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi
(c)    Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu
(d)   Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi
2. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
(a)    Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang
didukung oleh partisipasi masyarakat.
(b)   Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya
(c)    Memimpin keordinasi kegiatan pelayanan kebidanan
(d)   Melakukan kerja sama serta komunikasi intern dan antar sektor yang terkait dengan
pelyanan kebidanan
3.Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendididk mencakup :
(a)    Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat, terkait
dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana
(b)   Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggungjawab bidan didik
(c)    Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan dalam masyarakat
(d)   Mendidik peserta didik bidan/atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya dalam pelayanan kebidanan
4.Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup :
(a)    Melakukan evaluasi, pengkajian, survey, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam pelayanan kebidanan
(b)   Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
  Tanggung Jawab Bidan
a)      Tanggungjawab bidan terhadap peraturan perundang-undangan
b)      Tanggung jawab bidan terhadap pengembangan kompetensi
c)      Tanggung jawab bidan terhadap penyimpanan cacatan kebidanan
d)     Tanggung jawab bidan terhadap keluarga yang dilayani
e)      Tanggung jawab bidan terhadap profesi
f)       Tanggung jawab bidan terhadap masyarakat
 
 
 
 
 
 
kesimpulan

Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan jasa, tetapi
juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan, atau hak, untuk
menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak atu kewajiban bidan yang
telah diatur oleh organisasi profesi.

Perkembangan karier seorang bidan baik dalam pelayanan maupun dalam pendidikan
kebidanan setiap waktu mengalami perkembangan yang tidak terlepas dari masa penjajahan
Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan
tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.Tingginya
mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang
dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Hal ini sangat pengembangan karier seorang
bidan dalam perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun
international. Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang
penting untuk dipelajari oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan
pendidik maupun bidan di pelayanan.
Saran

 Dengan adanya makalah ini semoga bisa memberikan pengetahuan kepada mahasiswa 
agar bisa memahami secara jelas mengenai sejarah perkembangan karier bidan, jabatan
profesional bidan serta memahami peran, fungsi, dan tanggung jawab seorang bidan
bidan.
  Seorang bidan harus mengikuti perkembangan  IPTEK dan menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal, pendidikan Non Formal,pelatihan, dan
seminar. 
 
 Penghargaan bagi bidan bisa di berikan dalam bentuk imbalan jasa atau pengakuan
sebagai profesi bidan dan pemberian hak dan kewenangan kepada bidan dalam
menjalankan tugasnya sebagai bidan. Misalnya tidak pernah bermasalah dengan hokum
dan selalu berjalan seiring dengan kode etik bidan dan standar profesi bidan yang ada.
Tapi menurut kelompok kami, sebaiknya juga di sediakan rencana berprestasi bagi bidan
yang memiliki prestasi dlam prakteknya atas pengabdiannya kepada Negara.
DAFTAR PUSTAKA

 
1.Rury Narulita Sari, 2012. Konsep kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu
https://www.wikipedia.org/http://gtyawibowo.blogspot.com/2010/07/lingkup-praktek-
kebidanan.html
2. http://gtyawibowo.blogspot.com/2010/07/lingkup-praktek-kebidanan.html

3.http://ferranovidetaviani.blogspot.com/2010/12/sistem-penghargaan-bagi-bidan.html

4.http://ibibblog.blogspot.com/2009/01/sistem-penghargaan-bagi-bidan.html

5.http://leranthia.blogspot.com/2010/03/makalah-penghargaan-bagi-bidan.html

6.Dr. Eman Suparman,S.H.,M.H; Tanggung Jawab Hukum & Etika Profesi

7.Asrina, Siswoyo Putri Sinta, Sulistyorini Dewie, Muflihah Syamrotul Ima, Sari Nirmala Dian.
2010. Konsep Kebidanan. GRAHA ILMU

Anda mungkin juga menyukai