Anda di halaman 1dari 32

KELOMPOK 10 Kelas B

Atika Prima Hardani 1611011032


Tuti Andriani 1611011044
Isra Hasanah 1611011058
Moch Taqwim 1611013014
Eldwin Lawly 1611013034
Salsabillanisa 1611013040
Cutaneous larva
migrans
Definisi CLM

Cutaneous larva migrans / creeping eruption :


Erupsi di kulit berbentuk penjalaran, sebagai
reaksi
hipersensitivitas kulit terhadap invasi larva
cacing tambang / nematodes (roundworms) /
produknya.
Definisi CLM
• Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk
linier / berkelok-kelok,menimbul dan progresif,
disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang
berasal dari feses anjing dan kucing
Sinonim
 Dermatosis linearis
migrans
 Sandworm disease
Epidemiologi
• Distribusi
Geografik Di
Jakarta :
kucing = 72%
A.braziliense
anjing = 18%
A.braziliense,68%
A.caninum
• Sering daerah iklim hangat dan lembab ( Sub tropis
& Tropis)
Epidemiologi
• Di berbagai daerah di Indonesia, prevalensi infeksi cacing
tambang berkisar 30-50%
• Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
• Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan.
Sebagai contoh kelompok karyawan yang mengolah tanah
di perkebunan teh , karet akan terus menerus terpapar
sumber kontaminasi
Etiologi
• Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang
yang hidup di usus anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma
branziliense dan Ancylostoma caninum
• Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma caninum dapat
ditemukan di daerah tropis dan subtropik; juga ditemukan di
Indonesia
Morfologi Ancylostoma branziliense

• Mempunyai 2 pasang gigi


yang tidak sama
besarnya
• Panjang cacing jantan 4,7-
6,3 mm
• Panjang cacing betina
6,1- 8,4 mm
Morfologi Ancylostoma caninum
• Memiliki 3 pasang gigi
• Panjang cacing jantan 10
mm
• Panjang cacing betina 14
mm
Respon Imunitas
Siklus Hidup
Life Cycle
• Siklus hidup parasit dimulai, saat telur
dari feses hewan yang terdapat di pasir
yang lembap dan hangat menetas dan
mengeluarkan larva.

• Larva memakan bakteri pasir, dan akan


berubah menjadi larva rhabditiform,
lalu filariform yang adalah bentuk
infektif.
Penetrasi
• Fase infektif menembus kulit hospes,
dan masuk ke epidermis

• Parasit mengeluarkan enzim protease –


penetrasi folikel, dan kulit intak maupun
luka. Didalam epidermis, larva melepas
lapisan kutikula, dan mulai migrasi dalam 2-
3 hari.
Infeksi manusia
• Manusia adalah hospes reservoar, dan larva
tidak memiliki enzim kolagenase untuk
menembus membrana basalis dan
menginvasi dermis manusia, larva terisolir di
epidermis.
Faktor Resiko

Kebiasaan tidak menggunakan Pengobatan anjing dan


alas kaki kucing
secara teratur

Berlibur ke daerah tropis Cuaca atau iklim


atau pesisir pantai lingkungan
Faktor Resiko

Tinggal di daerah dengan


keadaan pasir atau tanah Usi
yang lembab a

Pekerjaa
n
Patogenesis

LARVA FILARIFORM LARVA BERJALAN


LARVABERADA DI
PENETRASI KE JALAN SEPANJANG
DALAM KULIT
DALAM KULIT DERMO-
EPIDERMAL

RASA GATAL TIMBULGEJALA PADA


TERBENTUK
DAN KULIT
PAPUL
ERITEM PANAS

PAPUL MENJALAR MEMBENTUK


BERKELOK KELOK,
POLISIKLIK, SERPIGINOSA,
BURROW
DAN MENIMBUL (TEROWONG
AN)
Manifestasi Klinis
• Waktu dari exposure-onset1-6 hari
• Perubahan pada kulit adalah gejala klinis yg paling
khas pada CLM tersebut
Effloresensi Kulit
• Karakter pada lesi CLM adalah eritem,papul yg berbentuk
linear dan berkelok-kelok serpiginosa,dan biasanya
membentuk burrowcreeping eruption,yg berlangsung 2-
8 minggu
• Kadang ada juga ditemukan vesikel
• Lesi biasanya 3mm lebar dan 15-20cm panjang
• Gatal dan nyeri
• Larva dapat bergerak dan berpindah biasanya beberapa
mm- cm/hari
Diagnosis
 Anamnesis
Identitas : TU usia,pekerjaan
Keluhan : Bintil merah dan menjalar
utama : 2 hari
 Onset : Punggung tangan kiri
Lokasi : Menjalar
Kualitas : Sepanjang hari
Kuantitas : 10 hari lalu berlibur ke
Kronologis pantai
Diagnosi
s
 Memperingan :
 Memperberat : pada malam hari
 Keluhan : gatal
tambahan :
 RPD :
 RPK : pakai alas kaki /
 RKP tdk
 Riwayat : berlibur ke pantai
bepergian
Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik
 TTV
 Lesi khas :
• Erimatosa
• Meninggi
• Membentuk terowongan
berkelok-kelok seperti
ular di lokasi khas
 Predileksi : punggung
tangan/kaki,anus,bokong,paha
dan telapak kaki
Diagnosis
 Pemeriksaan
Penunjang

Normal dlm tubuh : 1-3% (absolut 50-300


sel/mm3)
ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay)
Meningkat hingga 3000 mm3
Diagnosis Banding
• Adanya terowongan bedakan dengan skabies,
pada skabies terowongan yang terbentuk tidak
panjang
• Bila melihat bentuk yang polisiklik mirip
dengan dermatofitosis.
• Pada permulaan lesi berupa papul, sering diduga
insect bite.
• Invasi larva yang multipel timbul serentak,papul-
papul lesi dini sering menyerupai herpes zoster pada
stad.permulaan
Penatalaksanaan

Steroid topikal superpoten kelas


1 (mis.krim klobetasol) untuk
gatal

50 mg/kg/hari
dalam 2 dosis
selama 2-5
400 mg/ hari
hari
Selama 3
Penatalaksanaan

Mengurangi gejala dgn Nitrogen cair : ke


memperlambat aktivitas larva ujung lesi yang
cacing pada suhu rendah aktif
Edukasi dan Pencegahan
• Mencegah bagian tubuh untuk berkontak langsung dengan tanah atau
pasir
yang terkontaminasi
• Melakukan pengobatan secara teratur terhadap anjing dan kucing
dengan antihelmintik
• Menutup lubang-lubang pasir dengan plastik dan mencegah
binatanguntuk
defekasi di lubang tersebut
• Wisatawan disarankan untuk menggunakan alas kaki saat berjalan
dipantai dan menggunakan kursi saat berjemur
• Mencuci tangan
Komplikasi
Ekskorias
i

Pruritus pada creeping eruption dapat


menimbulkan ekskoriasi pada lokasi
lesi.
Infeksi Sekunder
• Pruritus  Luka pada lesi creeping eruption  invasi
oleh bakteri Streptococcus ß hemoliticus  infeksi
kulit sekunder (Erisepelas dan selulitis).
Prognosis
• Dubia et bonam. Terapi yang tepat dengan
terapi antihelmintes (albendazole atau
tiabendazole).
• Creeping eruption termasuk ke dalam golongan
penyakit
self limiting.
• Lesi tanpa komplikasi yang tidak diobati dapat
sembuh dalam waktu 4 -8 minggu.
Referensi
• Linuwih,Sri.2015.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
VII.Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
• Goodheart,Herbert.2013.Diagnosis Fotografik & Penatalaksanaan
Penyakit Kulit Edisi 3. Jakarta : EGC.
• Sutanto,Inge.dkk.2008.Buku Ajar Parasitologi Kedokteran
Edisi Keempat.Jakarta:Badan Penerbit Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia.
• Siregar,R.S.2005.Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2.
Jakarta:EGC.
• Baratawidjaja,Karnen Garna.dkk.2014.Imunologi Dasar
Edisi ke – 11. Jakarta:Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
• Soebrata,R.Ganda.2011.Penuntun Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai