Anda di halaman 1dari 10

Cerita Sekitar Kita

LANGGANAN
Penyakit Cacing Kulit atau CUTANEOUS LARVA MIGRAN “CREEPING ERUPTION”
April 27, 2013
Tgl 24 Maret 2013, bertepatan dengan Hari minggu dimana Perusahaan Kami mengadakan
Farewell Party di Pantai Mi**ta, Barelang, Batam,  Acara ini digagas untuk melepas
2 orang ekspatriat Japan yang telah habis masa tugas di Perusahaan kami.

Dihadiri lebih dari 200 Orang Karyawan dan di pantai kami menyewa sebuah aula yang
cukup besar dan disekitar aula sebagian Karyawan membakar ikan dengan duduk diatas
pasir
Sekitar Jam 14.00 wib. Acara bebas sehingga sebagian karyawan mandi dilaut dan
duduk-duduk di pasir pinggir pantai.

Invansi Cacing ke Bawah Kulit

Dua Hari kemudian…


Beberapa  Karyawan laki-laki menunjukan gejala gatal-gatal dikulit tangan , badan
dan Pantat, Punggung, Kulit terlihat ada benjolan seperti digigit nyamuk
ini salah satu yang terkena di Punggung...

Dua Hari setelah dari Pantai , terkena di Punggung ( Doc: anjas sky)

Satu Minggu kemudian


Gatal-gatal pada kulit meluas tapi terlihat juga suatu alur dibawah kulit membentuk
spiral dan liku-liku seperti ular

Setelah satu Minggu (Doc: Anjas Sky)

Kemudian salah satu karyawan memeriksa diri kedokter,


informasi dokter adalah penyakit cacing kulit atau bahasa medisnya :
CUTANEOUS LARVA MIGRAN “CREEPING ERUPTION”

Terkena di Tangan (Doc : Anjas Sky)

Ini hasil googling yang terbaik  utk penyakit diatas

Versi ke-1

Penyebab:

Penyebabnya adalah larva dari cacing tambang Ancylostoma braziliense dan


Ancylostoma caninum, yang berasal dari binatang, terutama anjing dan kucing.

Penyebab lain diantaranya: gnatostoma, Uncinaria stenocephala, Butnostomum


phlebotomum (dari sapi), Strongiloides sterconalis, dll.

Larva cacing tersebut hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor.
Cacing ini daur hidupnya terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa
melalui herbivora.

Cacingnya tidak kelihatan saking kecilnya (ukurannya mikro), kecuali menggunakan


mikroskop.Sedangkan viceral larva migrans atau Larva migrans viseralis (menyerang
bola mata, dan beberapa organ dalam lainnya) disebabkan oleh: larva cacing Toxocara
Berdasarkan letaknya, penyakit ini paling banyak mengenai kaki (39%), pantat (18%)
dan perut (16%)

Penularan:

 Kontak dengan larva cacing di tempat-tempat kotor (pasir, tanah, lumpur dll)
Tertelan telur cacing (melalui tangan secara tidak sengaja)

Perjalanan penyakit ( larva migrans cutaneous).

Pada manusia, masa tunasnya mencapai beberapa hari dan penyakit ini dapat
berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan bila tidak diobati.

Awalnya hanya berupa bintik merah gatal (mbentol), lalu melonjong, memanjang,
berkelak-kelok seperti spiral.
Gatal pada malam hari, lantaran saat itu si Larva cacing jalan-jalan berlenggak-
lenggok menyusuri kulit rata-rata 2mm-3mm per hari.
Jadi jika alur lenggak-lenggoknya sekitar 15 cm, berarti kira-kira sudah
berlangsung sekitar 5 hari.

Pengobatan.

Sebelum tahun 1960-an, pengobatan cutaneous larva migrans menggunakan Chlorethyl,


obat anastesi semprot dingin (biasa juga dipakai di persepakbolaan).

Ternyata obat semprot tersebut hanya menghambat, tidak membunuh cacing.


Perlu diketahui, larva cacing terhambat pada suhu di bawah 10 derajat cecius,
tetapi tidak mati, dan baru bisa mati pada suhu minus 15 derajat celcius. Itulah
mengapa disemprot Chlorethyl tak kunjung sembuh.

 Obat yang dianjurkan antara lain:

Obat cacing: Obat pilihan adalah: thiabendazole, ivermectin dan albendazole,


sedangkan obat lainnya Mebendazole.

Thiabendazole

Dosis: 25-50 mg/kg berat badan/hari, diberikan 2 kali sehari selama 2-5 hari.
Tidak diperkenankan melebihi 3 gram perhari.
Dapat juga diberikan secara topikal (obat luar) 10-15% dalam larutan.

Albendazole. ( pilih yang ini )

Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 400 mg perhari, dosis tunggal, selama 3 hari
atau 200 mg dua kali sehari selama 5 hari.
Dosis anak kurang dari 2 tahun: 200 mg perhari selama 3 hari.
Atau 10-15 mg per kg berat badan, 4 kali perhari selama 3-5 hari. Jining Wang, MD,
February 28, 2006

 Mebendazole

Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 100-200 mg dua kali sehari, selama 4 hari .
Anak kurang dari 2 tahun: tidak dianjur
====================================================================
VERSI KE-2 :

CUTANEOUS LARVA MIGRAN “CREEPING ERUPTION”


PENDAHULUAN

Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit parasit yang sudah
dikenal sejak tahun 18741. Awalnya ditemukan pada daerah – daerah tropikal dan
subtropikal beriklim hangat, saat ini karena kemudahan transportasi keseluruh
bagian dunia, penyakit ini tidak lagi dikhususkan pada  daerah – daerah tersebut. 

Creeping itch atau rasa gatal yang menjalar, merupakan karakteristik utama dari
CLM3. Faktor resiko utama bagi penyakit ini adalah kontak dengan tanah lembab atau
berpasir, yang telah terkontaminasi dengan feces anjing atau kucing. Penyakit ini
lebih sering dijumpai pada anak – anak dibandingkan pada orang dewasa.
Pada orang dewasa, faktor resiko nya adalah pada tukang kebun, petani, dan orang –
orang dengan hobi atau aktivitas yang berhubungan dengan tanah lembab dan berpasir.

DEFINISI
Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok – kelok,
menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal
dari anjing dan kucing.

ETIOLOGI
Penyebab umum dari CLM adalah;
Ancylostoma braziliense (cacing pada anjing dan kucing),  penyebab paling sering.
Ancylostoma caninum (anjing) penyebab paling banyak kedua setelah a.braziliense.
Uncinaria stenocephala (anjing )Bunostomum phlebotomum (sapi)

PATOGENESIS
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan
kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum.
Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat, seperti
Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly.
Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidup. Nematoda hidup pada
hospes (anjing, kucing atau babi), ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena
kelembapan berubah menjadi larva yang mempu mengadakan penetrasi kekulit.
Larva ini tinggal di kulit berjalan – jalan tanpa tujuan sepanjang dermo –
epidermal, setelah beberapa jam atau hari, akan timbul gejala di kulit.

 Fotomikrograf kulit yang menunjukkan nematoda creeping eruption dalam terowongan


dengan pembesaran 480x (Kirby – Smith, et al)

Reaksi yang timbul pada kulit, bukan diakibatkan oleh parasit, tetapi disebabkan
oleh reaksi inflammasi dan alergi oleh sistem immun terhadap larva dan produknya.
Pada hewan, Larva ini mampu menembus dermis dan melengkapi siklus hidupnya dengan
berkembang biak di organ dalam.

Sedangkan pada manusia, larva memasuki kulit melalui folikel, fissura atau menembus
kulit utuh menggunakan enzim protease, tapi infeksi nya hanya terbatas pada
epidermis karena tidak memiliki enzym collagenase yang dibutuhkan untuk penetrasi
kebagian kulit yang lebih dalam.

GEJALA KLINIS
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas.
Mula – mula , pada point of entry, akan timbul papul, kemudian diikuti oleh bentuk
yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok – kelok (snakelike appearance
– bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal, menimbul dengan lebar 2 – 3 mm,
panjang 3 – 4 cm dari point of entry, dan berwarna kemerahan.

Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan larva tersebut telah berada
dikulit selama beberapa jam atau hari. Rasa gatal dapat timbul paling cepat 30
menit setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM.

Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok- kelok,
polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow), mencapai
panjang beberapa sentimeter dan bertambah panjang beberapa milimeter atau beberapa
sentimeter setiap harinya.
Umumnya pasien hanya memiliki satu atau tiga lintasan dengan panjang 2 – 5 cm. Rasa
gatal biasanya lebih hebat pada malam hari, sehingga pasien sulit tidur. Rasa gatal
ini juga dapat berlanjut, meskipun larva telah mati.

Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi krusta, dan bila pasien
sering menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi sekunder.
Larva nematoda dapat ditemukan terperangkap dalam kanal folikular, stratum korneum
atau dermis

Tempat predileksi adalah di tempat – tempat yang kontak langsung dengan tanah, baik
saat beraktivitas, duduk, ataupun berbaring, seperti di tungkai, plantar, tangan,
anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak
dengan tempat larva berada.

DIAGNOSIS
Berdasarkan bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus
atau berkelok – kelok, menimbul dan terdapat papul atau vesikel di atasnya.

PROGNOSA
Penyakit ini dapat sembuh sendiri setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Pengobatan dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa
ketidaknyamanan pasien. Umumnya pengobatan selalu memberikan hasil yang baik.

MORTALITAS
Mortalitas karena penyakit ini belum pernah dilaporkan. Kebanyakan kasus larva
migran sembuh sendiridengan atau tanpa pengobatan, dan tanpa diikuti efek samping
jangka panjang apapun.

MORBIDITAS
Morbiditas dikaitkan dengan pruritus hebat dan kemungkinan infeksi bakterial
sekunder. Sangat jarang sekali, dapat terjadi migrasi ke jaringan dalam, seperti ke
paru dan usus, yang dapat menyebabkan penumonitis (Loeffler’s Syndrome), enteritis,
myositis (nyeri otot)3

LANGKAH – LANGKAH PENCEGAHAN


 Di Amerika serikat, telah dilakukan de-worming atau pemberantasan cacing pada
anjing        dan kucing, dan terbukti mengurangi secara signifikan insiden
penyakit ini5
Larva cacing umumnya menginfeksi tubuh melalui kulit kaki yang tidak terlindungi,
karena itu penting sekali memakai alas kaki, dan menghindari kontak langsung bagian
tubuh manapun dengan tanah.

PENATALAKSANAAN
Modalitas topikal seperti spray etilklorida, nitrogen cair, fenol, CO2 snow,
piperazine citrate, dan elektrokauter umumnya tidak berhasil sempurna, karena larva
sering tidak lolos atau tidak mati.
Demikian pula kemoterapi dengan klorokuin, dietiklcarbamazine dan antimony juga
tidak berhasil. Terapi pilihan saat ini adalah dengan preparat antihelmintes baik
topikal maupun sistemik.

SISTEMIK (ORAL)
1.   Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes spektrum luas. Dosis 50 mg/kgBB/hari,
sehari 2 kali, diberikan berturut – turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram
sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Sulit didapat. Efek
sampingnya mual, pusing, dan muntah4.
2.   Solusio topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol secara
oklusi selama 24 – 48 jam4. Dapat juga disiapkan pil tiabendazol yang dihancurkan
dan dicampur dengan vaseline, di oleskan tipis pada lesi, lalu ditutup dengan band-
aid/kasa. Campuran ini memberikan jaringan kadar antihelmints yang cukup untuk
membunuh parasit, tanpa disertai efek samping sistemik.
3.   Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari berturut
– turut4.
4.    Ivermectin (Stromectol)

AGEN PEMBEKU TOPIKAL


1.   Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45 detik - 1
menit, selama 2 hari berturut – turut.
2.   Nitrogen liquid4
3.   Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang lesi. Agak sulit karena tidak
diketahui secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak
jaringan disekitarnya.
4.   Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl atau krim anti gatal (Calamine
lotion atau Cortisone) untuk mengurangi gatal4.

DISKUSI

Diagnosa penyakit ini dapat ditegakkan hanya dari pemeriksaan fisik dengan melihat
bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau
berkelok – kelok, dan menimbul.
Kemudian, dari anamnesa yang mendukung diagnosa adalah adanya riwayat kontak dengan
tanah sebelum keluhan ini dirasakan, yaitu saat pasien berkebun.
Pemeriksaan penunjang lain yang disebutkan dalam kepustakaan adalah biopsi, tapi
hal ini sangat jarang dilakukan, dan pada kasus ini tidak diperlukan karena tidak
ada gejala yang mengarah pada penyakit lain.

Terapi yang dipilih adalah tindakan khusus, yaitu penyemprotan dengan kloretil
sebanyak masing – masing dua kali pada kunjungan I dan II.
Karena keluhan yang dirasakan tidak hilang, pada kunjungan III dilakukan
elektrokauterisasi pada lesi (sepanjang terowongan yang menimbul) dan setelah itu
dilakukan penyemprotan dengan kloretil sebanyak dua kali lagi.
Masing – masing penyemprotan dilakukan selama ±2 menit hingga tampak lapisan putih,
dan diantara nya ada selang waktu ±15 menit. Tujuan penyemprotan dengan klor etil
pada prinsipnya adalah untuk membekukan dan mematikan larva

Penyemprotan dengan klor etil memang tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan,
karena posisi pasti larva tidak bisa dipastikan, sifat terapi ini adalah hit-or-
miss.
Namun, ini merupakan alternatif cara yang cepat untuk mengakhiri pertumbuhan
terowongan. Disebutkan dalam salah satu kepustakaan, terapi pilihan saat ini adalah
dengan memberikan antihelmintes baik secara topikal (dengan oklusi) maupun
sistemik.
Pada kasus ini, mungkin tidak dilakukan pemberian antihelmintes sistemik untuk
menghindari efek samping obat antihelmintes sistemik. Disamping itu  pasien datang
dengan lesi awal (3 hari setelah keluhan dirasakan), sehingga diharapkan infeksi
dapat diakhiri dengan semprotan klor etil di poliklinik. 

Sedangkan pemakaian tiabendazol topikal secara oklusi empat kali sehari mungkin
sulit dilakukan pasien di rumah.
Pasien ini dijadwalkan untuk kunjungan ke IV, tapi pasien tidak kembali untuk
kontrol ulang.

Daftar Pustaka

1.   Anonymous. Cutaneous Larva Migrans: The Creeping Eruption. Diunduh dari
2.   Jusych, LA. Douglas MC.Cutaneous Larva Migrans: Overview, Treatment and
Medication. Diunduh dari www.emedicine.com. Pada tanggal 29 Desember 2009. Update
terakhir 20 November 2009.
3.   Anonymous. Clinical Presentation in Humans. Diunduh dari
www.stanford.edu/group/parasites/parasites2002/cutaneous_larva_migrans/clinical
%20presentation.html  pada tanggal 29 Desember 2009
4.   Aisah S. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Kelima. Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI. 125-6 (2007)
5.   Dugdale,DC. Diunduh dari www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001454.htm
      Update terakhir 12 Maret 2008
6.   Anonymous. Cutaneous Larva Migrans. Diunduh dari
www.en.wikipedia.org/wiki/Cutaneous_larva_migrans
======================================================================
Dan memang obat-obtan diatas sudah dilakukan, diminum dan diseprot kloe etil  tapi
ada yang masih bandel sehingga menyebabkan beberapa rekan laki-laki melakukan
pengobatan ekstrim

Pengobatan Cara ekstrim:

Berikut ini adalah cara Rekan-rekan , membasmi larva cacing ini membandel dan
sampai tulisan di buat, hasil nya sudah kering dan tidak gatal lagi tapi apakah
masih ada ..ya tidak tahu...

Dibakar dengan Korek Api.


Teman ini memang cukup nekat dan apalagi setiap malam hamprr tidak bisa tidur,
setelah mengkonsumsi pil dan semprotan tapi tidak ada hasil maka dia berinisiatif
membakar tempat larva itu berada hingga panas dan bengkak.
Dua hari kemudian kulit mengering dan gatal hilang
Pembakaran dilakukan dengan mendekatkan api korek api gas ke area bengkak.

Setelah di Bakar (Doc : anjas Sky)

Di Beri Cuka.
Cara lain lagi adalh  tempat bentol di lecetkan kemudian  diberi cuka ,setelah
kering kulit akan sedikit terkelupas atau Cuka di ganti dengan bensin.

Di Beri Caladine cair   Karna Larva ini hinggap di punggung maka di oleskan
Caladine cari di sekujur tubuh setelah mandi dan mau tidur.

Untuk 3 poin diatas ini adalah kenekatan rekan-rekan kami dan tidak disarankan
untuk mengikutinya.Silahkan hubungi dokter anda untuk pengobatan lebih aman.
Semoga Bermanfaat
Kesehatan

Postingan populer dari blog ini


Sekelumit Leluhur Bangsa Jawa
April 11, 2013
Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa)
adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.

Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi.
Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian
Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa.
Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang
Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang
menurunkan Batara Brahma.

BACA SELENGKAPNYA
DEMAM dan PARACETAMOL
Februari 17, 2012

Panas tinggi atau demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada
biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami
gangguan kesehatan.  Suhu badan normal manusia biasanya berkisar antara 36-37 C
Jadi, seseorang yang mengalami demam, suhu badannya di atas 37 C. Sebenarnya, suhu
badan yang mencapai 37,5oC masih berada di ambang batas suhu normal. Tentu saja
sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecendrungan untuk meningkat. Dengan kata
lain, ketika kondisi suhu badan mencapai ambang batas, sudah selayaknya hal
tersebut mendapatkan perhatian yang lebih serius sehingga kemungkinan melampaui
batas ambang dapat dihindarkan.
Demam dapat diderita oleh siapa saja, dari bayi hingga berusia paling lanjut
sekalipun. Demam sesungguhnya merupakan reaksi alamiah dari tubuh manusia dalam
usaha melakukan perlawanan terhadap beragam penyakit yang masuk atau berada di
dalam tubuh. Dengan kata lain, demam adalah bentuk mekanisme pertahanan tubuh
terhadap serang…
BACA SELENGKAPNYA
Diberdayakan oleh Blogger
Gambar tema oleh nicodemos

Blog Archive
Label
Laporkan Penyalahgunaan
Categories
Popular Posts
Misteri Tragedi Pesawat Adam Air Tahun 2007 Terungkap
Mei 21, 2012
MISTERI kecelakaan pesawat AdamAir  DHI 574 dari Surabaya-Manado di perairan
Majene, Sulawesi Barat, 1 Januari 2007, akhirnya terungkap lewat rekaman kotak
hitam.  Tragedi  tewasnya 85 orang dewasa, 7 anak-anak, 5 balita, 4 awak kabin
serta pilot dan kopilot itu sangat mengerikan.

Dari rekaman, flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) yang
diangkat dari dasar laut, delapan bulan kemudian, tepatnya 27 dan 28 Agustus 2007,
diketahui kalau tragedi AdamAir di Majene, akibat pilot mengalami masalah navigasi.

Disebutkan, tragedi berawal saat pesawat yang dipiloti Kapten Revi Agustian Widodo
dan kopilot Yoga berada di ketinggian 35 ribu kaki. Saat itulah pilot dan kopilot 
menghadapi masalah  inertial reference system (IRS)  selama 13 menit terakhir
penerbangan. Saat itu autopilot dalam posisi on menahan posisi stir kemudi aileron
5 derajat ke kiri.sehingga sayap miring ke kiri.

BACA SELENGKAPNYA
Percakapan Sebelum Pesawat Air France 447 terjun ke Samudera Atlantik
Januari 10, 2015

Dunia masih mengingat tragedi kecelakaan Air France 447 yang jatuh di Samudera
Atlantik, 1 Juni 2009 lalu. Sebanyak 216 penumpang dan 12 awak pesawat tewas
seketika.
BACA SELENGKAPNYA
Lagi, Penyebab Kecelakaan Mandala Air di Medan Tahun 2005
Mei 24, 2012

Sebuah pesawat komersial milik maskapai penerbangan Mandala Airlines jatuh di dekat
Bandar Udara Polonia, Medan, Sumatra Utara, Senin (5/9/2005) pagi. Burung besi
nahas itu jatuh menimpa sekitar 20 bangunan dan iring-iringan mobil di Jalan Jamin
Ginting, Padang Bulan, sekitar 100 meter dari Bandara Polonia.

Pesawat jenis Boeing 737-200 yang mengangkut 109 penumpang tujuan Jakarta itu
terempas beberapa saat setelah tinggal landas, sekitar pukul 10.00 WIB.
Diperkirakan semua penumpang tewas. Dua di antara 109 penumpang adalah Gubernur
Sumut Rizal Nurdin, mantan Gubernur Sumut Raja Inal dan anggota DPRD Sumut Abdul
Haris.

Sultan Tanjung, saksi mata, menuturkan suara ledakan terdengar sangat keras. Lelaki
yang mengaku berada sekitar 50 meter dari tempat kejadian mengatakan, asap langsung
membumbung tinggi tak lama setelah ledakan. "Asap berasal dari ekor pesawat," kata
Tanjung.

Dia menambahkan, beberap detik setelah take off, tiba-tiba bagian ekor pesawat yang
sudah menempuh 50 rib…
BACA SELENGKAPNYA
Guna Puasa Sebelum Operasi
April 10, 2012

Anestesi secara umum sering menimbulkan resiko mual dan muntah saat digunakan. Hal
ini dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan berakibat fatal. Meniadakan
pemasukan apapun melalui oral selama 4-6 jam sebelum operasi perlu dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut (O’ Callaghan, 2002)

Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang diberikan sebelum


(preoperatif), selama (intraoperatif), dan setelah pembedahan (postoperatif).
Keperawatan perioperatif dilakukan berdasarkan proses keperawatan dan perawat perlu
menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu selama periode
perioperatif sehingga pasien memperoleh kemudahan sejak datang sampai pasien sehat
kembali (Potter et al., 2006).
BACA SELENGKAPNYA
Operasi Caesar
Juni 24, 2012

Pengertian
Sectio caesar adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim. Ada tiga teknik sectio caesar, yaitu transperitonealis, corporal
(klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar adalah lahirnya janin, plasenta dan
selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan rahim .

Sectio caesar (operasi caesar) berkembang sejak akhir abad ke-19 sampai tiga dekade
terakhir pada abad ke-20. Selama periode itu terjadi penurunan angka kematian ibu
dari 100 persen menjadi 2 persen. Bedah caesar pertama kali disebut sebagai cara
melahirkan bayi dalam dunia kedokteran di tahun 1794.
(www.republika.co.id/koran)

BACA SELENGKAPNYA
Sekelumit Leluhur Bangsa Jawa
April 11, 2013
Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa)
adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.

Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi.
Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian
Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa.
Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang
Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang
menurunkan Batara Brahma.

BACA SELENGKAPNYA
Tes DNA dan Biaya
Juni 01, 2012

Mulai dari identifikasi korban tsunami, korban pembunuhan berantai sampai korban
jatuhnya pesawat Sukhoi akhir-akhir ini, tes DNA semakin terasa akrab di
masyarakat. Mungkin saat ini hampir semua orang pernah mendengarnya, meskipun hanya
dari televisi. Kebanyakan orang mungkin hanya mengetahui bahwa tes DNA digunakan
untuk mengidentifikasi tubuh korban. Padahal, tes DNA juga digunakan untuk
keperluan lain, misalnya untuk menentukan ayah biologis (paternitas), silsilah dan
hubungan darah.
Apakah DNA?DNA adalah singkatan dari deoxyribonucleic acid(asam deoksiribo
nukleat). DNA terdapat di mana-mana dalam tubuh Anda. Tubuh manusia terdiri dari 50
triliun sel yang memiliki inti, di mana DNA tersimpan. DNA merupakan molekul dengan
struktur mirip tangga terpilin. Setiap tangga terdiri dari unit-unit pasangan bahan
kimia yang saling berikatan,disebut basis:Adenine, Guanine,
Cytosine dan Thymine(A,G,C,T).  A selalu berpasangan dengan T dan C selalu dengan
G. Rangkaian A,G,C,T selalu berulang da…
BACA SELENGKAPNYA
Jalan-Jalan Ke Sentosa,Singapore bagi Pemula
Maret 02, 2013

Singapore atau Singapura adalah Negara yang paling dekat dengan negara kita,
malahan Cuma 45 menit naik ferry dari Batam. Jika dari Batam ke Singapore bisa satu
hari pulang pergi (PP)  dengan ongkos $38 (Ongkos Pulang Pergi + Pajak) setara dgn
Rp.300.000 ( Kurs $1 = Rp.7.900,-).

Bagi anda yang pengen Pergi ke Singapore tapi Budget cekak, disini saya coba
memberi pandangan walau tidak sedetail mungkin, minimal dapat sebagai patokan Tour
Planning saja. 
Minimal punya Budget  sekitar 1 jutaan per orang  setara dengan SGD $126, Patokan
ini hanya  berangkat dari Pelabuhan Batam,.ingat ya...berangkat hanya dari
pelabuhan batam, tapi biar aman seharusnya bawa 2 jutaan atau sekitar $ 250  jika
kalau-kalau ada pertanyaan oleh pihak imigrasi.

BACA SELENGKAPNYA
Kisah Gunung Krakatau 1883 meletus
Mei 14, 2013

Tanggal 27 Agustus lalu telah genap 127 tahun letusan dahsyat Krakatau yang sempat
menggoncangkan seluruh dunia. Pada tanggal 27 Agustus 1883, bertepatan dengan hari
Senin, dentuman pada pukul 10.02 . Bencana yang merupakan salah satu letusan
terhebat di dunia itu sempat merenggut sekitar 36.500 jiwa manusia.

Kegiatan dimulai dengan letusan pada tanggal 20 Mei 1883, waktu kawah Perbuatan
memuntahkan abu gunung api dan uap air sampai ketinggian 11 km ke udara. Letusan
ini walaupun terdengar sampai lebih dari 350 km (sampai Palembang), tidak sampai
menimbulkan korban jiwa.

Pada letusan tanggal 27 Agustus itu bebatuan disemburkan setinggi 55.000 m dan
gelombang pasang (Tsunami) yang ditimbulkan menyapu bersih 163 desa. Abunya
mencapai jarak 5.330 km sepuluh hari kemudian. Kekuatan ledakan Krakatau ini
diperkirakan 26 kali lebih besar dari ledakan bom hidrogen terkuat dalam percobaan.

BACA SELENGKAPNYA

Cerita Sekitar Kita

LANGGANAN

Anda mungkin juga menyukai