Anda di halaman 1dari 17

Cutaneous Larva

Migrans (CLM)
Preseptor : dr. Rafdi Ahmed., Sp. DV
Presentan :
Adli Shidqi Giardin 12100122502
Darayani Nurfauziah 12100122620
DEFINISI
• Cutaneous Jarva migrans (CLM) atau creeping eruption adalah erupsi di kulit berbentuk penjalaran
serpiginosa atau “snake-like”, sebagai reaksi hipersensitivitas kulit terhadap invasi larva cacing
tambang atau nematodes (roundworms) atau produknya.

• lstilah CLM digunakan pada kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linier atau
berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal
dari feses anjing dan kucing dan umumnya mampu menginvasi kulit di kaki
EPIDEMIOLOGI
• Sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa alas kaki atau yang sering
berhubungan dengan tanah atau pasir yang mengandung larva tersebut.
• Pekerjaan : petani atau tentara.
• Penyakit ini banyak di daerah tropis atau subtropis yang hangat dan lembab, misalnya di Afrika,
Amerika dan Indonesia.
• Infeksi CLM dapat terjadi pada para wisatawan (travelers) karena berkembangnya pariwisata.
• Insidensinya sulit diketahui, di Amerika Serikat tercatat 6.7% dari 13,300 wisatawan mengalami CLM
setelah berkunjung ke daerah tropis.
ETIOLOGI

• Penyebab utama : larva yang berasal dari cacing tambang yang hidup di usus anjing dan
kucing , yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum.

• Umumnya mampu menginvasi kulit di kaki, tangan, bokong atau abdomen.

• Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang taut dermo-epidermal dan
setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit.
ETIOLOGI
Etiologi yang jarang terjadi :
- Ancylostoma ceylonicum
Etiologi umum dan lokasi parasit cutaneous larva - Ancylostoma tubaeforme
migrans (CLM) : - Necator americanus
- Ancylostoma braziliense - Strongyloides papillosus
- Ancylostoma caninum - Strongyloides westeri
- Uncinaria stenocephala - Ancylostoma duodenale
- Bunostomum phlebotomum - Pelodera (Rhabditis) strongyloides
- Gnathostorna spinigerum
- Strongyloides stercoralis
- Bunostornum phlebotomum
- Strongyloides myopotami
- Strongyloides procyonis
MANIFESTASI KLINIS
• Lesi kulit yang khas muncul 1 - 5 hari setelah paparan.
• Masuknya larva ke kulit : biasanya terdapat rasa gatal dan panas.

• Mula-mula akan timbul papul kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni
lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3
mm, dan berwama kemerahan.

• Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan bahwa larva


tersebut telah berada di kulit, selama beberapa jam atau hari.

• Kemudian papul merah ini menjalar, menyerupai benang berkelok-kelok,


polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan (burrow),
mencapai panjang beberapa cm.

• Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari.


MANIFESTASI KLINIS
• Lesi vesikular, papular, atau bulosa dapat terlihat pada lokasi
• penetrasi larva ke kulit pada 15% pasien CLM.
• Lebar lesi kira-kira 3 mm dan panjangnya bisa mencapai 15 hingga
20 cm.
• Bentuknya bisa single atau muptipel, sangat gatal, dan mungkin
terasa nyeri.
• Lokasi anatomi yang paling umum (biasanya 3 hingga 4 cm dari
lokasi penetrasi) meliputi kaki dan bokong.
MANIFESTASI KLINIS

 Lesi kulit biasanya berlangsung antara 2 dan 8 minggu, namun ada juga yang
dilaporkan bertahan hingga 2 tahun.
 Tanda dan gejala sistemik (mengi, batuk kering, urtikaria) jarang terjadi.
 Larva migrans kulit bermanifestasi sebagai erupsi kulit yang eritematosa, serpiginous,
pruritic, yang disebabkan oleh penetrasi perkutan yang tidak disengaja dan migrasi
larva berbagai parasit nematoda.
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang yang hidup di usus anjing
dan kucing , yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum.
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
• Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidupnya.

• Nematoda hidup pada hospes, ovum (telur cacing) terdapat pada kotoran binatang dan karena
kelembaban (misalnya di tanah berpasir yang basah dan lembab) berubah menjadi larva yang mampu
mengadakan penetrasi ke kulit.

• Jika bersentuhan langsung dengan kulit manusia, larva akan menembus stratum korneum, sehingga
memungkinkan mereka menembus lapisan kulit superfisial.

• Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang taut dermo-epidermal dan setelah
beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit.

• Respon imun terhadap CLM menyebabkan terbentuknya jejak serpiginous yang gatal di sepanjang
jalur migrasi larva, dan ini muncul beberapa hari setelah larva masuk ke dalam kulit.
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI

 Pada cutaneous larva migrans (CLM), siklus hidup parasit dimulai ketika telur berpindah dari kotoran
hewan ke tanah yang hangat, lembab, dan berpasir, tempat larva menetas.

 Awalnya memakan bakteri tanah dan berganti kulit dua kali sebelum tahap ketiga infektif.

 Dengan menggunakan protease, larva menembus folikel, celah, atau kulit utuh host baru.

 Setelah menembus stratum korneum, larva melepaskan kutikula alaminya dan memulai migrasi
dalam beberapa hari.
Diagnosis
• Diagnosis Cutaneous Larva Migrains terkait cacing tambang didasarkan pada temuan klinis yaitu
erupsi yang menjalar. Bentuk khas yang terdapat pada CLM sendiri adalah kulit seperti benang
yang lurus atau berkelok-kelok, menimbul, dan terdapat papul atau vesikel di atasnya.

• Biopsi kulit mungkin diperlukan. Temuan histopatologi dari biopsi kulit meliputi larva yang
terperangkap di dalam saluran folikuler, stratum korneum, atau dermis, bersama dengan infiltrate
inflamasi eosinofilik.

• Metode dari Skin Scrapping pada pasien dengan folliculitis dapat menunjukkan larva hidup dan mati
ketika diperiksa dengan mikroskop cahaya dengan minyak mineral.
Diagnosis Banding
• Scabies
• Dermatofitosis
• Insect Bite
Tatalaksana

• Albendazole (400 mg per oral setiap hari selama 3 hari) dan


ivermectin (200 μg/kg setiap hari selama 1 atau 2 hari)
merupakan terapi efektif untuk CLM terkait cacing tambang.

• Terapi topikal dengan thiabendazole, albendazole 10%, atau


ivermectin juga dapat digunakan, namun mungkin kurang
efektif dibandingkan terapi oral.
Komplikasi
• Secondary
Impetigination
• Erythema multiforme
• Post-streptococcal
glomerulonephritis
Prognosis
CLM tidak mengancam kehidupan, umumnya sembuh
dengan terapi antihelmintes albendazole
THANKS!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourwebsite.com

PLEASE KEEP THIS SLIDE FOR ATTRIBUTION

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and


includes icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai