Anda di halaman 1dari 22

By: DEWI SUJI HARTI SILONDAE

Pembimbing : dr. Harfiah, M.Kes, Sp.KK


INTRODUCTION

Cutaneous larva migrans (CLM) adalah


dermatosis cacing yang paling umum
ditemukan. Cutaneous larva migrans atau
creeping eruption merupakan kelainan kulit
yang merupakan peradangan kulit yang
disebabkan oleh penetrasi dan migrasi
larva cacing tambang ke epidermis yang
berasal dari kucing dan anjing.
01
DEFINITION
ABOUT THE DISEASE

Creeping eruption secara klinis diartikan


sebagai lesi yang linear atau serpiginius,
sedikit menimbul, dan kemerahan yang
bermigrasi dalam pola yang tidak teratur
PREVALENCE

● Daerah tropis atau subtropis yang hangat dan


lembab terutama Amerika Serikat bagian tenggara,
Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia
Tenggara dan daerah tropis lainnya.
● Endemik di masyarakat kurang mampu di negara
berkembang seperti Brazil, India, dan Hindia Barat
ETIOLOGY

Sering Sering Kadang-kadang

Larva cacing
tambang yang Ancylostoma A. caninum
Uncinaria
menginfeksi braziliense
stenocephala
anjing dan atau
kucing Bunostomum
phlebotomum
ETIOLOGY
Penyebab Creeping Eruption pada Wisatawan
1. Larva Nematoda
• Animal hookworms (HrCLM)*, Pelodera strongyloides, zoonotic
Strongyloides spp.
• Gnathostomiasis (Gnathostoma spp.)
• Larva currens (Strongyloides stercoralis)
2. Nematoda dewasa
• Loiasis (Loa loa)
• Dracunculiasis (Dracunculus medinensis)
• Dirofilariasis (Dirofilaria immitis)
3. Larva Trematoda
• Fascioliasis (Fasciola gigantica)
HrCLM, Hookworm-related cutaneous larva migrans. * penyebab umum
PATOGENESIS
PATOGENESIS
GRADE 2

Setelah penetrasi
stratum korneum,
larva melepas
kutikelnya

GRADE 1

Larva menggunakan
enzim protease untuk
menembus melalui folikel,
fisura atau kulit intak.

GRADE 3

Larva stadium tiga menembus kulit


manusia dan bermigrasi beberapa
sentimeter perhari, biasanya antara
stratum germinativum dan stratum
korneum
SYMPTOMS OF THE DISEASE

Lesi khas : serpiginous, tipis,


Pruritus lokal dimulai Larva akan
linier, meninggi, dan terdapat lesi
dalam beberapa jam bermigrasi 1 sampai
seperti terowongan (burrow)
setelah penetrasi larva
dengan lebar lesi 2-3 mm yang 2 milimeter per hari
dan timbul papul mengandung cairan serosa (creeping eruption)
DIAGNOSIS

KLINIS RIWAYAT
Riwayat pajanan (misalnya
Karakteristik lesi ; adanya berjalan tanpa alas kaki),
bintik merah menonjol yang biopsi kadang-kadang
gatal  memanjang dan dilakukan untuk
berkelok membentuk alur mengidentifikasi larva
di bawah kulit dalam epidermis
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
 Pada pemeriksaan hematologi: eosinofilia &
igE ↑
2. Biopsi  infiltrat inflamasi eosinophilic
 Pemeriksaan dermatopatologi  bagian
parasit pd spesimen biopsi lesi
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Lesi atipikal: dermatitis kontak alergi, impetigo, radang tinea, skabies,
dan infeksi nematoda lainnya (misalnya strongyloidiasis)

Adanya terowongan harus dibedakan dengan skabies, pada skabies


terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang seperti pada
penyakit ini
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Bila invasi larva yang multipel timbul serentak, papul lesi dini
sering menyerupai herpes zooster stadium permulaan.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Reaksi bulosa sering terjadi pada kaki anak-anak. Pada
permulaan timbulnya creeping eruption akan ditemukan papul
yang menyerupai insect bite
TREATMENT Salep albendazole 10%, dua kali sehari selama 10
hari, adalah alternatif yang aman dan efektif
untuk anak kecil (tiga tablet albendazole 400 mg
dalam 12 gram petroleum jelly).

Thiabendazol topikal dengan suspensi 10% atau


krim 15% yang digunakan empat kali sehari

Dosis ivermectin tunggal 12 mg pada orang


dewasa atau 150-200 mcg / kg pada anak-
anak

Albendazole dosis 400-800 mg/hari pada


orang dewasa atau 10–15 mg/kg/hari
(maksimum 800 mg / hari)
TREATMENT
 Pilihan terapi lain  cryotherapy 
 CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45”
sampai 1’, dua hari berturut-turut.
 Penggunaan N2 liquid juga dicobakan.
 Cara beku dengan menyemprotkan kloretil
sepanjang lesi.

Sudah tidak
disarankan
PREVENTION

Memproteksi diri seperti


Menghindari kontak memakai alas kaki dan
kulit langsung dengan memperhatikan
tanah yang tercemar kebersihan
tinja,

Menghindari kontak
Pasien diusahakan tidak yang terlalu banyak
menggaruk lesi, cukup digosok dengan hewan-hewan
lembut  membuat lesi baru 
infeksi sekunder.
COMPLICATION

Infeksi bakteri sekunder

Erythema multiforme

Migratory eosinophilic pneumonitis


(Loeffler syndrome)

Eosinophilic enteritis
Does anyone have any questions?

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.
“This is a quote. Words full of wisdom
that someone important said and can
make the reader get inspired.”
—Someone famous

Anda mungkin juga menyukai