PENDAHULUAN
Hipertensi juga merupakan faktor risiko infark miokard, stroke, gagal ginjal
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi
1
semua pihak baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi,
dikembalikan.2
2
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 IDENTITAS
Nama : Ny. H
Umur : 36 Tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
No. RM : 163732
II. 2. SUBJEKTIF
ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Nyeri kepala
3
Penglihatan kabur disangkal. Batuk dan sesak tidak ada. Nyeri
dada tidak ada, rasa berdebar-debar ada. Nyeri ulu hati tidak ada,
mual dan muntah tidak ada. Buang air besar kesan biasa warna
berdarah tidak ada. Buang air kecil warna kuning kesan lancar.
yang tinggi.
d. Riwayat keluarga
e. Riwayat Kebiasaan
4
II.3. OBJEKTIF
Berat Badan : 64 kg
dicabut
Kornea : jernih
Telinga : Sekret :-
Pendengaran : normal
5
Gigi geligi : karies (-)
Gusi : perdarahan(-)
Leher :
Tumor : (-)
Dada :
6
Paru :
kanan
kiri
Jantung :
7
Perkusi : pekak
Abdomen :
epigastrium (-)
Perkusi : timpani
8
Auskultasi : peristaltic (+), kesan normal
Punggung :
Auskultasi : normal
Gerakan : normal
Lain-lain : ………………….
Laboratorium :
9
ELEKTROKARDIOGRAFI:
III. RESUME
keluhan nyeri kepala yang dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
kepala dirasakan tidak berputar namun disertai rasa tegang pada regio cervical dan
cefalgia. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Riwayat operasi sectio cesaria
darah 210/110 mmHg. Pada abdomen tidak didapatkan nyeri tekan regio
1. Tension Headache
2. Hipertensi urgensi
3. Leukositosis
1. Tension Headache
Ditegakkan berdasarkan:
tengkuk
10
2. Hipertensi Urgensi
Ditegakkan berdasarkan:
tengkuk.
karena hipertensi.
Rencana terapi :
Rencana monitoring:
3. Leukositosis
11
- Anamnesis : adanya riwayat operasi SC tiga hari sebelum masuk RS.
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
VIII. FOLLOW UP
08/02/2017 S: R/
Hari 2 - Pusing (-) - Connecta
- Tegang pada Leher berkurang - Diet rendah garam
- Mual (-) - Amlodipine 10
- Nyeri ulu hati (-) mg/24 jam/oral
- BAB coklat, biasa - Micardis 8 gram/24
- BAK kuning, lancar jam/oral
O:
- KU: SS/GC/CM
- T: 140/80 mmHg
- N: 82 x/menit
- P: 20x/menit
- S: 36,5oC
- Anemis (-), ikterus
- BP: Vesikuler, BT: Rh -/-, Wh -/-
- BJ: I/II murni reguler BT: (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Hepar: tidak teraba
- Lien: tidak teraba
- Extremitas: edema -/-
A:
- Tension Headache
- Hipertensi on Treatment
12
09/02/2019 S: R/
Hari-3 - Pusing (-) - Connecta
- Tegang pada Leher (-) - Diet rendah garam
- Mual (-) - Amlodipine 10
- Nyeri ulu hati (-) mg/24 jam/oral
- BAB coklat, biasa - Micardis 8 gram/24
- BAK kuning, lancar jam/oral
O:
- KU: SS/GC/CM
- T: 130/90 mmHg
- N: 78 x/menit
- P: 20x/menit
- S: 36,7oC
- Anemis (-), icterus (-)
- BP: Vesikuler, BT: Rh -/-, Wh -/-
- BJ: I/II murni reguler BT: (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Hepar: tidak teraba
- Lien: tidak teraba
- Extremitas: edema -/-
A:
- Tension Headache
- Hipertensi on treatment
IX. PEMBAHASAN
Pasien berusia 36 tahun masuk dengan keluhan utama nyeri kepala yang
dirasakan sejak 2 hari sebelum masik rumah sakit. Pasien mengaku sebelumnya
sering merasakan keluhan yang sama namun membaik dengan istirahat. Dari hasil
anamnesis pasien mengaku nyeri kepala yang dialami tidak berputar namun
besar yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala sekunder
merupakan nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau kelaian
13
struktur, dan meliputi kelainan nonvaskular, misalnya neoplasma intrakranial.
Sedangkan nyeri kepala primer adalah kelainan yang tidak jelas terdapat kelaianan
anatomi atau kelaianan struktur, atau sejenisnya. Adapun nyeri kepala pprimer
Headache, Cluster Headache, dan nyeri kepala primer lain. Berdasarkan teori
anamnesis pasien yaitu didapatkan keluhan nyeri pada kepala bilateral, disertai
mmHg yang berdasarkan JNC 7 pasien digolongkan sebagai Hipertensi Grade II.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Jika dalam hal ini pasien termasuk dalam hipertensi urgensi
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah
Dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan pasien diperoleh IMT
25 kg/m2. Menurut kriteria Asia Pasifik, pasien digolongkan dalam IMT berat
14
meningkat sehingga dapat menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi. Selain itu,
hipertensi juga dipengaruhi oleh diet dan kebiasaan makan. Asupan garam yang
berlebihan serta diet yang kurang mengandung buah dan sayuran secara teoris
berikut: tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110
oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24jam, kenaikan kadar kreatinin
skotoma dan pandangan kabur, nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson), edema paru dan
atau penurunan trombosit dengan cepat, gangguan fungsi hepar yaitu peningkatan
Sindrom HELLP Parsial yaitu bila dijumpainya satu atau dua dari ketiga
parameter sindrom HELLP. Lebih jauh lagi sindrom HELLP Parsial dapat dibagi
beberapa sub grup lagi yaitu Hemolysis (H), Low Trombosit counts (LP),
15
Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan
target tekanan darah. Pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg. Pada pasien ini diberikan diet
rendah garam dengan kadar garam ≤6 g/hari. Menurut penelitian diet rendah
garam dapat menurunkan tekanan darah 2-8 mmHg. Pasien juga diberikan terapi
Calcium Channel Blocker (CCB). ARB bekerja dengan cara memblock kerja dari
awal. Pasien juga dapat diterapi dengan obat golongan muscle relaxan untuk
pasca operasi sectio secaria ataupun hal lain misalnya infeksi saluran kemih
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang.2
darah yang segera dengan obat anti hipertensi parenteral karena adanya
darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. (TD
II. EPIDEMIOLOGI
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Riset
17
Kesehatan Dasar/RISKESDES tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
a. Herediter
b. Lingkungan
18
c. Sensitivitas garam
d. Peranan renin
hipertensi esensial.3
Penjelasan lain untuk hipertensi yang sensitif terhadap garam adalah defek
g. Resistensi insulin
19
IV. KLASIFIKASI
20
c. Klasifikasi menurut JNC VIII5
V. PATOFISIOLOGI
total dan volume darah. Tekanan arteri rerata secara terus menerus dipantau oleh
pendek (dalam hitungan detik) dilakukan dengan mengubah curah jantung dan
resistensi perifer total, yang dipengaruhi oleh sistem saraf otonom pada jantung,
vena, dan arteriol. Kontrol jangka panjang (dalam hitungan menit sampai hari)
pengeluaran urin dan rasa haus. Besar-kecilnya volume darah total, sebaliknya
21
1) Refleks Baroreseptor (kontrol jangka pendek)
menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total dalam upaya memulihkan
reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen dan organ efektor. Reseptor
terpenting yang terlibat dalam regulasi terus menerus tekanan darah, sinus karotis
dan baroreseptor arkus aorta. Jika karena suatu sebab tekanan arteri rerata
meningkat diatas normal maka baroreseptor sinus karotis dan akus aorta
informasi oleh peningkatan lepas muatan bahwa tekanan darah terlalu tinggi,
arteriol dan vena, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan curah jantung
dan resistensi perifer total, diikuti oleh penurunan tekanan darah kembali ke
normal.5
22
2) Sistem Renin Angiotensin-Aldosteron / SRAA (kontrol jangka panjang)
Sistem hormon terpenting dan paling terkenal yang terlibat dalam regulasi
sebagai respon terhadap penurunan NACL/ volume CES / tekanan darah. Setelah
plasma yang disintesis oleh hati dan selaalu terdapat di dalam plasma dalam
23
Diantara berbagai efeknya, aldosteron meeningkatkan reabsorbsi Na+ oleh
Na+-K+ ATPase ke dalam membran basolateral sel tubulus distal dan koligentes.
Hasil akhirnya adalah peningkatan fluks pasif Na+ masuk ke dalam tubulus dari
lumen dan peningkatan reabsorbsi Na+ , disretaai Cl- mengikuti secara pasif.
Karena itu SRAA mendorong retensi garam yang menyebabkan retensi H2O dan
(suatu hormon yang meningkatkan retensi H2O oleh ginjal) dimana keduanya ikut
Pada Paada keadaan diamana beban Na+ , volume CES dan plasma, dan
tekanan darah arteri meningkat maka sekresi renin akan terhambat. Dengan
24
VI. GEJALA DAN TANDA
tekanan darah itu sendiri, (2) penyakit vaskular hipertensif, dan (3) penyakit yang
gejala kenaikan tekanan darah, sakit kepala hanya karakteristik untuk hipertensi
berat; paling sering terletak pada daerah oksipital, terjadi ketika pasien bangun
25
pada pagi hari, dan berkurang secara spontan setelah beberapa jam. Keluhan lai
yang mungkin adalah pusing, palpitasi, mudah lelah, dan impotensi. Keluhan yang
karena perubahan retina, episode lemah atau pusing yang disebabkan oleh iskemia
serebral sementara, angina pektoris, dan dispneu yang disebabkan oleh gagal
jantung. Nyeri karena diseksi aorta atau bocornya aneurisma merupakan gejala
pada hipertensi sekunder adalah poliuria, polidipsia, dan kelemahan otot sekunder
terhadap hipokalemia pada pasien dengan aldosteronisme primer atau berat badan
bertambah dan emosi yang labil pada pasien dengan sindroma cushing. Pasien
26
VII. EVALUASI KLINIS
a. Anamnesis7
(feokromositoma)
3. Faktor-faktor resiko
pasien
d) Kebiasaan merokok
e) Pola makan
g) Kepribadian
27
c) Ginjal: haus, paliuria, nokturia, hematuri
b. Pemeriksaan fisis
apakah terdapat wajah yang bulat dan obesitas daerah badan akibat sindroma
selanjutnya adalah pengukuran tekanan darah yang meliputi: (1) pengukuran rutin
di kamar periksa, (2) pengukuran 24 jam, (3) pengukuran sendiri oleh pasien.
Bandingkan tekanan darah dan nadi pada kedua ekstremitas atas dan pada posisi
supinasi dan berdiri (paling tidak selama 2 menit). Kenaikan tekanan darah
diastolik keetika pasien berubah posis dari supinasi menjadi berdiri adalah paling
sebaiknya dicatat dan ditentukan derajatnya. Palpasi dan auskultasi arteri karotis
untuk mencari tanda stenosis atau oklusi adalah peting; penyempitan arteri karotis
28
petunjuk adanya lesi arteri renalis, karena kedua lesi ini dapat terjadi secara
bersamaan. Pada pemeriksaan jantung dan paru sebaiknya dicari tanda hipertrofi
ventrikel kiri dan dekompensasi jantung. Bunyi jantung ketiga dan ronki paru
tidak bisa ditemukan pada hipertensi tanpa komplikasi. Adanya dua tanda ini
pencarian bising diluar jantung dan pembuluh darah kolateralyang dapat dipalpasi
adanya bruit yang berasal dari arteri renalis yang mengalami stenosis. Bruit yang
diastolik dan paling baik terdengar pada sisi kanan atau kiri dari garis tengah
diatas umbilikus atau pada pinggang; bruit ini terdapat pada beberapa pasien
dengan stenosis areteri renalis yang disebabkan oleh displasia fibrosa secara
polikistik. Denyut nadi femoralis harus dirasakan dengan teliti, dan jika menurun
dan/ atau terlambat dibandingkan dengan denyut nadi radialis, tekanan darah pada
ekstremitas bawah harus diukur. Sekalipun denyut nadi femoralis normal pada
palpasi, tekanan arteri pada ekstremitas bawah sebaiknya dicatat paling tidak
sekali pada pasien dengan hipertensi ditemukan sebelum usia 30 tahun. Akhirnya,
29
c. Pemeriksaan Penunjang7
(sebaiknya puasa), kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum,
trigliserid serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum,
2. Elektrokardiogram
3. Ekokardigram
4. C-reactive protein
1. Jantung
- gagal jantung
1) Otak
4) Retinopati
30
IX. PENATALAKSANAAN (berdasarkan JNC 8)1
Dalam guideline JNC 8 modifikasi gaya hidup tidak dibahas secra detail,
mungkin tetap mengacu pada modifikasi gaya hidup dalam JNC 7 dan beberapa
panduan lain.
1. Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20 mmHg/
penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang <94 cm untuk pria dan <80
menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg. Lebih banyak makan buah,
sayur-sayuran dan produk susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh
3. Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.
4. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Lakukan
aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan, atau setiap hari pada 1
31
6. Berhenti merokok untuk mengurangi risiko kardiovaskular secara
keseluruhan.
b. Medikamentosa
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥150 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target sistolik <150 dan
ditoleransi baik tanpa efek samping kesehatan dan kualitas hidup, dosis tidak
tekanan darah dimulai jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
tekanan darah diastolik <90 mmHg (untuk usia 30-59 tahun Strong
E)
tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dengan target
4. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
32
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target tekanan darah diastolik <90
5. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan diabetes, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target tekanan darah sistolik
<140 mmHg dan target tekanan darah diastolik <90 mmHg (Expert Opinion –
Grade E)
Grade B)
7. Pada populasi kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes, terapi
8. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
untuk meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk semua pasien
penyakit ginjal kronik dengan hipertensi terlepass dari ras atau status
33
9. Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target
tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan
perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah
diuretc, CCB, ACEI, atau ARB). Dokter harus terus menilai tekanan darah
Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat, tambahkan dan
titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB
bersama-sama pada 1 pasien. Jika target tekanan darah tidak dapa dicapai
tekanan darah tidak dapat dicapai dengan strategi diatas atau untuk
34
Algoritma penanganan hipertensi JNC 81
35
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC
II. V ed. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;
2009.
risk guided care versus care as usual in women who suffered from early-onset
36