Anda di halaman 1dari 12

Cutaneous Larva Migrans

Dokter Pembimbing :
dr. Marsita Endy Dhamayanti, Sp.DV

Dokter Muda:
Rizka Suhartini Winarso
2210026027

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BOGOR
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2022

PERIODE 31 OKTOBER – 4 DESEMBER 2022


PENDAHULUAN

Cutaneous Larva migrans (CLM) atau


creeping eruption adalah erupsi di kulit
berbentuk penjalaran serpiginosa, sebagai
reaksi hipersensitivitas kulit terhadap invasi
larva cacing tambang atau nema-todes
(roundworms). Larva cacing tersebut
berasal dari cacing yang hidup di usus
kucing atau anjing. Umumnya mampu
menginvasi kulit di kaki, tangan, bokong
atau abdomen. lnvasi ini sering terjadi pada
anak-anak terutama yang sering berjalan
tanpa alas kaki atau yang sering
berhubungan dengan tanah atau pasir yang
mengandung larva tersebut.
DEFINISI

Cutaneous Larva Migrans (CLM),


juga dikenal dengan tanda klinis
creeping eruption, adalah sindrom
menular yang disebabkan oleh
berbagai jenis cacing tambang. 
ETIOLOGI

CLM adalah manifestasi klinis yang


ditunjukkan oleh migrasi larva melalui
kulit. Organisme vektor hewan termasuk
cacing tambang nematoda Ancylostoma
braziliense,  Ancylostoma  caninum, 
dan Uncinaria stenocephala.
Cacing tambang manusia  
Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus juga dapat menyebabkan
penyakit CLM.
EPIDEMIOLOGI
• Cutaneous larva migrans  peringkat kedua setelah cacing kremi (Pinworm) di antara infeksi cacing
di negara maju. 
• Prevalensi  tinggi di daerah beriklim hangat seperti Amerika Serikat bagian tenggara, Amerika
Latin, Karibia, Asia Tenggara, dan Afrika. 
• Prevalensi penyakit ini seringkali tertinggi selama musim hujan. 
• Faktor risiko  individu yang cenderung berjalan tanpa alas kaki (misalnya pantai, komunitas sosial
ekonomi rendah)
• Bersentuhan dengan kotoran hewan.
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
● Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas.
● Mula-mula akan timbul papul kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linier atau
berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwama kemerahan. Akan bertahan
selama beberapa jam atau hari.
● Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar, menyerupai benang berkelok-kelok,
polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang
beberapa cm.
● Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari.
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
 Mula-mula akan timbul papul kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linier atau berkelok-
kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwama kemerahan. Terasa gatal,panas dan memberat pada malam
hari.
• Pemeriksaan penunjang
1) Complete Blood Count (Hitung darah lengkap)  Beberapa pasien menunjukkan eosinofilia perifer pada jumlah
CBC dan peningkatan kadar imunoglobulin E (IgE) pada penentuan imunoglobulin serum total.
2) Biopsi kulit tidak diperlukan untuk diagnosis cutaneous larva migrans (CLM). Biopsi harus dilakukan 1-2 cm di
depan tepi depan saluran atau larva mungkin terlewatkan.
3) Dermoskopi  alat tambahan yang digunakan untuk membantu memastikan diagnosis dan kemungkinan pilihan
pengobatan lokal langsung. Dengan menggunakan dermoskopi terpolarisasi, orang akan melihat struktur oval
dengan pinggiran kuning dan bagian tengah berwarna coklat, yang mewakili tubuh larva. 
DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis kontak alergi Dermatitis serkarial (Dermatitis Schistosoma) Impetigo Dermatitis kontak iritan

Skabies Tinea Corporis Tinea pedis


KOMPLIKASI
• Infeksi bakteri sekunder pada pasien dengan cutaneous larva migrans
(CLM), biasanya dengan Streptococcus pyogenes , dapat menyebabkan
selulitis.
• Reaksi alergi dapat terjadi.
• Pada kesempatan langka, Sindrom Loeffler telah dilaporkan. 
 Sindrom loeffler, yaitu infeksi cacing yang akan berpengaruh pada darah,
serta menimbulkan respons alergi pada kulit. Hal ini dapat terjadi karena
menumpuknya infiltrat dan eosinofil pada paru-paru karena adanya infeksi
cacing dalam jumlah banyak. Pengidap kondisi ini akan mengalami batuk dan
sesak napas, seperti gejala pada pengidap penyakit asma.
PROGNOSIS

Prognosis untuk cutaneous larva migrans sangat baik. Cutaneous larva


migrans adalah penyakit yang sembuh sendiri. Namun, migrasi dapat
berlanjut selama berbulan-bulan, dan selama ini, pruritus mungkin
parah, sering mengganggu tidur. Pengobatan, topikal atau sistemik
menghasilkan angka kesembuhan mendekati 100%, dan meskipun
kekambuhan dapat terjadi, hal ini juga dapat dicegah dan responsif
terhadap terapi sistemik.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai