Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit parasit


yang sudah dikenal sejak tahun 1874. Awalnya ditemukan pada daerahdaerah tropikal dan subtropikal beriklim hangat, saat ini karena
kemudahan transportasi keseluruh bagian dunia, penyakit ini tidak lagi
dikhususkan pada daerah-daerah tersebut. Creeping itch atau rasa gatal
yang menjalar, merupakan karakteristik utama dari CLM.
Pemeliharaan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing jika
tidak diimbangi dengan pemahaman yang baik tentang penyebaran
penyakit dapat meningkatkan resiko penularan penyakit dari hewan ke
hewan lain atau ke manusia lain. Ditambah lagi dengan banyak nya
hewan yang hidup liar dan tidak mempunyai majikan, sehingga angka
penularan penyakit akan meningkat.
Invasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering
berjalan tanpa alas kaki,atau yang sering berhubungan dengan tanah atau
pasir. Demikian pula para petani atau tentara sering mengalami hal yang
sama. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang
hangat dan lembab misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat di
Indonesia pun banyak dijumpai.
Faktor resiko utama bagi penyakit ini adalah kontak dengan tanah
lembab atau berpasir, yang telah terkontaminasi dengan feces anjing atau
kucing. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak-anak dibandingkan

pada orang dewasa. Pada orang dewasa, faktor resiko nya adalah pada
tukang kebun, petani, dan orang-orang dengan hobi atau aktivitas yang
berhubungan dengan tanah lembab dan berpasir. CLM dapat diterapi
dengan beberapa cara yang berbeda, yaitu: terapi sistemik (oral) atau
terapi topikal. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada terapi sistemik
merupakan terapi yang terbaik karena tingkat keberhasilannya lebih baik
daripada terapi topical.

TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar
tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit
beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg
dan luasnya sekitar 1,5-1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai
0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian
medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,
telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan
luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans
dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di
tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis
hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-

6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam).
1.

Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas


dan berganti.

2.

Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada


kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit
tipis.

3. Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng


yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar
yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya
akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan
penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap
efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan
dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5.

Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis


yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis
secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan
satu lapis sel yang mengandung melanosit.

Fungsi Epidermis: Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D


dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).

2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya
bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang.


Lapisan retikuler: tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang


dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat
dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali
dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan
dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit
terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.

3. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri
dari

lapisan

lemak.

Lapisan

ini

terdapat

jaringan

ikat

yang

menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.


Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis atau hipodermis: melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock
absorber.

CREEPING ERUPTION
DEFINISI
Creeping eruption adalah kelainan kulit khas berupa garis lurus
atau berkelok-kelok, progresif, akibat larva yang kesasar. Sedangkan
creeping eruption, istilah ini digunakan pada kelainan kulit yang
merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul
dan progresif, disebabkan oleh invansi larva cacing tambang yang berasal
dari anjing dan kucing. Cutaneous larva migrans dapat juga disebut
creeping eruption, dermatosis linearis migrans, sandworm disease (di

Amerika Selatan larva sering ditemukan ditanah pasir atau di pantai), atau
strongyloidiasis (creeping eruption pada punggung).

Penyebabnya adalah cacing tambang yang biasa hidup di dalam


tubuh kucing atau anjing, yaitu ancylostoma braziliensis dan ancylostoma
caninum. Telur cacing masuk ke tubuh manusia melalui kontak kulit
dengan telur yang berada di kotoran anjing atau kucing.

ETIOLOGI
Etiologi umum dan di mana parasit dari kulit larva migrans (CLM) yang
paling sering ditemukan adalah sebagai berikut:

braziliense Ancylostoma (cacing tambang dan domestik anjing liar dan


kucing) adalah penyebab paling umum. Hal ini dapat ditemukan di
Amerika Serikat tengah dan selatan, Amerika Tengah, Amerika

Selatan, dan Karibia.


Ancylostoma caninum (cacing tambang anjing) ditemukan di Australia.
Uncinaria stenocephala (cacing tambang anjing) ditemukan di Eropa.
Bunostomum phlebotomum (ternak cacing tambang)

Penyebab yang lebih jarang ditemukan adalah:

Ancylostoma ceylonicum dan Ancylostoma tubaeforme (kucing)

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (manusia)

Strongyloides papillosus (kambing) dan Strongyloides westeri (kuda)

Pelodera (Rhabditis) strongyloides

Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly (Lalat)

Epidemologi
Creeping eruption adalah penyakit infeksi parasit yang jarang
terjadi, dan ditemukan pada daerah tropis atau subtropis yang hangat dan
lembab. Penyakit ini dapat mengenai semua jenis kelamin dan umur.
Dinilai kedua antara infeksi cacing kremi dinegara maju. misalnya di
Afrika, Amerika Selatan dan Barat, terutama Amerika Serikat bagian
tenggara, Karibia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Pusat, India, dan Asia
Tenggara, di Indonesia pun banyak dijumpai. Infestasi lebih sering ditemukan
saat ini karena tingginya mobilitas dan tamasya.

Patogenesis

Creeping eruption disebabkan oleh berbagai spesies Uncinaria


(cacing tambang) binatang yang didapat dari kontak kulit langsung dengan
tanah yang terkontaminasi feses anjing atau kucing. Hospes normal
cacing tambang ini adalah kucing dan anjing. Telur cacing diekskresikan
kedalam feses, kemudian menetas pada tanah berpasir yang hangat dan
lembab. Kemudian terjadi pergantian bulu dua kali sehingga menjadi
bentuk infektif (larva stadium tiga) (Gambar 1).

Gambar 1. Siklus hidup larva

Manusia yang berjalan tanpa alas kaki terinfeksi secara tidak


sengaja oleh larva dimana larva menggunakan enzim protease untuk
menembus melalui folikel, fisura atau kulit intak. Setelah penetrasi stratum
korneum, larva melepas kutikelnya. Biasanya migrasi dimulai dalam waktu
beberapa hari. Larva stadium tiga menembus kulit manusia dan
bermigrasi beberapa sentimeter perhari, biasanya

antara stratum

germinativum dan stratum korneum. Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan


tanpa tujuan sepanjang dermoepidermal. Hal ini menginduksi reaksi
inflamasi eosinofilik setempat. Setelah beberapa jam atau hari akan timbul
gejala di kulit. Larva bermigrasi pada epidermis tepat di atas membran
basalis dan jarang menembus ke dermis. Manusia merupakan hospes

aksidental dan larva tidak mempunyai enzim kolagenase yang cukup


untuk penetrasi membran basalis sampai ke dermis. Sehingga penyakit ini
menetap di kulit saja. Enzim proteolitik yang disekresi larva menyababkan
inflamasi sehingga terjadi rasa gatal dan progresi lesi. Meskipun larva
tidak bisa mencapai intestinum untuk melengkapi siklus hidup, larva sering
kali migrasi ke paru-paru sehingga terjadi infiltrate pada paru. Pada pasien
dengan keterlibatan paru-paru didapatkan larva dan eosinofil pada sputumnya.
Kebanyakan larva tidak mampu menembus lebih dalam dan mati setelah
beberapa hari sampai beberapa bulan.

Gejala Klinis

Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas.


Mula mula , pada point of entry, akan timbul papul, kemudian diikuti oleh
bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok kelok
(snakelike appearance bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal,
menimbul dengan lebar 2 3 mm, panjang 3 4 cm dari point of entry,
dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritematosa ini
menunjukkan larva tersebut telah berada dikulit selama beberapa jam

atau hari4. Rasa gatal dapat timbul paling cepat 30 menit setelah infeksi,
meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM.
Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti
benang berkelok- kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk
terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa sentimeter dan
bertambah panjang beberapa milimeter atau beberapa sentimeter setiap
harinya (Gambar 2). mumnya pasien hanya memiliki satu atau tiga
lintasan dengan panjang 2 5 cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada
malam hari, sehingga pasien sulit tidur. Rasa gatal ini juga dapat berlanjut,
meskipun larva telah mati.
Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi
krusta, dan bila pasien sering menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang
rentan terhadap infeksi sekunder. Larva nematoda dapat ditemukan
terperangkap dalam kanal folikular, stratum korneum atau dermis
Tempat predileksi adalah di tempat tempat yang kontak langsung
dengan tanah, baik saat beraktivitas, duduk, ataupun berbaring, seperti di
tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di
mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada.

Gambar 2. Creeping eruption pada kaki


Creeping

eruption

yang

disebabkan

oleh

Gnathostoma

(gnathostomiasis) manifestasi klinis bervariasi tergantung pada organ


yang terlibat, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, ginjal,
paru-paru, otak, mata dan telinga dapat dibuat. Kulit adalah organ yang
paling sering terlibat dan lebih mudah untuk mendeteksi:
1)

Bentuk peradangan atau migrasi panniculitis dengan intensitas yang


bervariasi. Hal ini ditandai dengan eritematosa, edematous, circular
atau irregular, plak meninggi perlahan-lahan. Permukaan yang hangat,
nyeri atau rasa terbakar dengan kulit kemerahan, dan mereka dapat
berpindah 1-5 cm per hari (Gambar 3). Lesi menghilang secara
spontan (minggu, bulan atau tahun) atau dengan pengobatan, dan
mereka secara berkala muncul kembali di daerah sekitarnya atau jauh
dari tempat sebelumnya. Yang paling sering terpajan yaitu perut

tungkai atas dan bawah, leher dan wajah.


2) Bentuk permukaan atau track serpiginous yang muncul irregular,
berkelok-kelok disertai dengan reaksi inflamasi ringan (Gambar 4).

Gambar 3. Migrasi Panniculitis oleh Gnasthostoma

Gambar 4. Superficial Gnathostomiasis

Pseudofurunculous

berukuran

kecil,

terdapat

plak

inflamasi

superfisial dengan nekrosis sentral. Larva migrans karena Strongyloides


(anguillulidos)

fase

ini

ditandai

dengan

larva

currens

sistemik,

berkembang pesat (5 sampai 15 cm / jam) lesi seperti ular dapat


menghilang secara spontan dalam hitungan jam. Larva sering ditemukan
disekitar anus dan daerah glutealis, lumbal, pelvis dan thorax. Lesi kulit
disertai rasa gatal dan kadang-kadang ruam papular, pseudourticarial.

Pada pasien dengan imunosupresi atau pada mereka dengan terapi


steroid berkepanjangan, mungkin mempercepat pertumbuhan larva dan
dewasa dengan invasi besar viseral. Larva migrans disebabkan oleh larva
lalat juga dikenal sebagai migratory myasis. Jenis Gasterophylus adalah
agen penyebab utama, dan G. spesies intestinalis, G. haemorrhoidalis
dan G. precorum antara lain paling sering terlibat. Ini adalah parasit
normal lambung dan rektum kuda. Pada manusia larva membuat
terowongan didalam epidermis dan berbentuk linear sampai 1-2 cm per
hari. Vesikel dan lecet dapat ditemukan. Pruritus dan aktivitas larva lebih
sering terjadi pada malam hari.

Patofisiologi
Telur parasit dalam kotoran binatang yang terinfeksi cacing tambang
( anjing dan kucing) dilepaskan ke tanah, lumpur dan pasir hingga menjadi
larva. Manusia mendapatkan infeksi apabila larva infektif dari tanah
menembus kulit. Biasanya larva ini merupakan stadium tiga siklus
hidupnya.

Pada

Manusia,

bila

tanah,

lumpur

dan

pasir

yang

terkontaminasi kotoran tadi kontak dengan kulit, larva akan berpenetrasi


kekulit manusia dan memulai migrasinya pada epidermis bagian bawah
melalui folikel rambut atau kulit yang terluka. Larva ini tidak dapat
mengadakan penetrasi ke dermis manusia, maka tidak dapat terjadi siklus
hidup yang normal. Manusia merupakan hospes yang tidak tepat bagi
larva tersebut, sehingga larva akhirnya akan mati. Masa inkubasi dapat

terjadi beberapa hari dan penyakit ini dapat berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa bulan bila tidak diobati.
Pada binatang, larva dapat berpenetrasi lebih dalam sampai lapisan
dermis serta menginfeksi darah dan jaringan limpha. Cacing tambang
yang sampai lumen usus akan bereproduksi menghasilkan lebih banyak
telur lalu dieksresikan melalui feces dan mulailah siklus baru.

Diagnosis
Anamnesis
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai dengan rasa gatal dan
panas pada kulit yang terkena. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada
malam hari. Predileksi tersering berada di daerah siku,tangan, bokong dan
kaki, lokasi tubuh yang paling sering kontak dengan tanah. Jarang
ditemukan pada wajah. Biasanya ada riwayat kontak dengan tanah secara
langsung.

Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelainan kulit berupa papul pada
awalnya, kemudian di ikuti bentuk yang khas yaitu berbentuk linier atau
berkelok-kelok,

menimbul

berwarnakemerahan,

degan

selanjunya

diameter

membentuk

2-3

mm,

terowongan

dan

(burrow)

mencapai panjang beberapa cm. Tempat predileksi di tungkai, telapak

kaki, tangan anus, bokong dan paha atau bagian tubuh yang kontak
dengan tempat larva berada.

Pemeriksaan Penunjang
Biopsi sedikit membantu bila ada sisa reaksi inflamasi pada lokasi
gigitan parasit. Walaupun demikian, hal tersebut dapat dicoba setelah
pemberian pengobatan yang melumpuhkan organisme. Biopsi kulit
menunjukkan lubang yang disebabkan oleh parasit pada epidermis, dilihat
pada hasil biopsy pasien. Vesikel intraepidermal mengandung beberapa
eosinofil dan spongiosis yang menyebar dapat juga dilihat. Di dermis,
infiltrate inflamasi yang terlihat tersusun atas limfosit, sel plasma, histiosit
dan banyak eosinofil.
Pada Gnathostomiasis terdapat moderate leukocytosis dengan
eosinofil diatas 20%, terutama dengan keterlibatan visceral. Biopsy bisa
dilakukan

setelah

pengobatan

dengan

Albendazole

yang

dapat

menstimulasi perpindahan Gnathostoma ke permukaan kulit.

Diagnosis Banding
Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitasi terhadap sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Cara
penularan bisa melalui kontak langsung (kontak dengan kulit), misalnya
berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Dan melalui kontak

tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal


dan lain-lain.

Gambar 5. Scabies

Scabies memiliki gejala klinis seperti pruritus nocturnal, adanya


terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel
(Gambar 5). Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik.
Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Penyakit ini
menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Dengan
melihat adanya terowongan harus dibedakan dengan scabies. Pada
scabies terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang seperti pada
creeping eruption.

Herpes Zoster

Gambar 6. Herpes zoster


Bila invasi larva yang multiple timbul serentak papul-papul lesi dini
sering menyerupai herpes zoster stadium permulaan. Herpes zoster
adalah penyakit yang yang disebabkan infeksi virus varisela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa (Gambar 6). Infeksi ini merupakan reaktivasi
virus yang terjadi setelah reaksi primer. Kadang-kadang infeksi primer
berlangsung subklinis. Frekuensi pada pria dan wanita sama, lebih sering
mengenai usia dewasa.
Daerah yang sering terkena adalah daerah torakal. Terdapat gejala
prodromal sistemik seperti demam, pusing, malaise. Sedangkan gejala
lokal nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Disamping gejala kulit
berupa papul yang timbul serentak dijumpai pembesaran kelenjar getah
bening regional. Lokalisasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
tempat persarafan.

Insect bite
Insect bite merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh gigitan
dari hewan. Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya zat farmakologis
aktif dan sensitasi antigen dari hewan tersebut. Dalam beberapa benit
akan muncul papul persisten yang seringkali disertai central hemmoragic
punctum. Reaksi bullosa sering terjadi pada kaki anak-anak. Pada
permulaan timbulnya creeping eruption akan ditemukan papul yang
menyerupai insect bite (Gambar 7).

Gambar 7. Insect bite

Tinea Corporis
Tinea corporis merupakan infeksi jamur golongan dermatofita
(berbagai spesies Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton) pada
badan, tungkai dan lengan dan mempunyai gambaran morfologi yang
khas (Gambar 8.). Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk
bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam effloresensi kulit

(polimorf) dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya dari
pada bagian tengah. Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk
gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas dan member gambaran yang tidak
khas terutama pada pasien imunodefisiensi.

Gambar 8. Tinea Corporis

Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik dan merupakan penyakit selflimited, dimana larva akan mati dan lesi membaik dalam waktu 4-8
minggu. Dengan pengobatan progresi lesi dan rasa gatal akan hilang
dalam waktu 48 jam.

Komplikasi
Ekskoriasi dan infeksi sekunder oleh bakteri akibat garukan. Infeksi
umum disebabkan oleh streptococcus pyogenes. Bisa juga terjadi selulitis
dan reaksi alergi.

Mortalitas
Mortalitas

karena

penyakit

ini

belum

pernah

dilaporkan.

Kebanyakan kasus larva migran sembuh sendiridengan atau tanpa


pengobatan, dan tanpa diikuti efek samping jangka panjang apapun.

Morbiditas
Morbiditas dikaitkan dengan pruritus hebat dan kemungkinan
infeksi bakterial sekunder. Sangat jarang sekali, dapat terjadi migrasi ke
jaringan dalam, seperti ke paru dan usus, yang dapat menyebabkan
penumonitis (Loefflers Syndrome), enteritis, myositis (nyeri otot)

Langkah Langkah Pencegahan


- Amerika serikat, telah dilakukan de-worming atau pemberantasan
cacing pada anjing dan kucing, dan terbukti mengurangi secara
signifikan insiden penyakit ini5

- Larva cacing umumnya menginfeksi tubuh melalui kulit kaki yang tidak
terlindungi, karena itu penting sekali memakai alas kaki, dan
menghindari kontak langsung bagian tubuh manapun dengan tanah.

Penatalaksanaan
Modalitas topikal seperti spray etilklorida, nitrogen cair, fenol, CO2 snow,
piperazine citrate, dan elektrokauter umumnya tidak berhasil sempurna,
karena larva sering tidak lolos atau tidak mati. Demikian pula kemoterapi
dengan klorokuin, dietiklcarbamazine dan antimony jugatidak berhasil.
Terapi pilihan saat ini adalah dengan preparat antihelmintes baik topikal
maupun sistemik.

Sistemik (Oral)
1. Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes spektrum luas. Dosis 50
mg/kgBB/hari, sehari 2 kali, diberikan berturut turut selama 2 hari.
Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi
setelah beberapa hari. Sulit didapat. Efek sampingnya mual, pusing,
dan muntah.
2.

Solusio topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol


secara oklusi selama 24 48 jam. Dapat juga disiapkan pil tiabendazol
yang dihancurkan dan dicampur dengan vaseline, di oleskan tipis pada
lesi, lalu ditutup dengan band-aid/kasa. Campuran ini memberikan

jaringan kadar antihelmints yang cukup untuk membunuh parasit,


tanpa disertai efek samping sistemik.
3.

Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari


berturut turut.

4. Ivermectin (Stromectol) dosis tunggal 200 ug/kg BB. Ivermectin


merupakan antiparasit semi sintetik makrosiklik yang berspektrum luas
terhadap nematoda. Cara kerjanya dengan menghasilkan paralisis
flaksid melalui pengikatan kanal klorida yang diperantarai glutamat.
Merupakan drug of choice karena keamanan,toksisitas rendah dan
dosis tunggal.

Agen Pembeku Topikal


1. Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45
detik sampai 1 menit, selama 2 hari berturut turut.
2. Nitrogen liquid
3. Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang lesi. Agak sulit karena
tidak diketahui secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama
dapat merusak jaringan disekitarnya.
4. Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl atau krim anti gatal
(Calamine lotion atau Cortisone) untuk mengurangi gatal.

Daftar Pustaka
1.

Anonymous. Cutaneous Larva Migrans: The Creeping Eruption.

Diunduh dari
2.

Jusych, LA. Douglas MC.Cutaneous Larva Migrans: Overview,

Treatment and Medication. Diunduh dari www.emedicine.com. Pada


tanggal 29 Desember 2009. Update terakhir 20 November 2009.
3.

Anonymous. Clinical Presentation in Humans. Diunduh dari

www.stanford.edu/group/parasites/parasites2002/cutaneous_larva_migran
s/clinical%20presentation.html pada tanggal 29 Desember 2009
4.

Aisah S. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Edisi Kelima. Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI. 125-6 (2007)


5.

Dugdale,DC. Diunduh dari

www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001454.htm
Update terakhir 12 Maret 2008
6.

Anonymous. Cutaneous Larva Migrans. Diunduh dari

www.en.wikipedia.org/wiki/Cutaneous_larva_migrans

Anda mungkin juga menyukai