Oleh :
TINJAUAN PUSTAKA
berukuran 6-9mm dan cacing Jantan berukuran 5-8mm. Cacing betina dapat
mengeluarkan 4.000 butir setiap hari 1.
D. Siklus hidup
Telur cacing akan ke luar bersama tinja pada kondisi yang lembab, hangat,
dan tempat yang teduh. Larva menetas dalam 1-2 hari. Larva rabditiform tumbuh
di tinja dan/atau tanah, dan menjadi larva filariform yang infektif setelah 5 sampai
10 hari. Larva infektif ini dapat bertahan selama 3 sampai 4 minggu pada kondisi
lingkungan yang sesuai. Manusia dapat terinfeksi dengan cara larva filariform
menembus kulit. Beberapa larva dapat bertahan pada jaringan yang lebih dalam
setelah bermigrasi di kulit 3.
CDC, 2019 4
E. Gejala Klinis
Larva masuk ke kulit biasanya akan disertai rasa gatal dan panas di tempat
larva melakukan penetrasi. Rasa gatal itu terutama terasa pada malam hari dan
apabila digaruk dapat menimbulkan infeksi sekunder. Pada awal mulanya, timbul
papul kemudian diikuti bentuk khas yaitu lesi berbentuk linear atau berkelok-
kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi
papul yang eritematosa ini menunjukkan bahwa larva tersebut telah berada di kulit
selama beberapa jam atau hari. Perkembangan selanjutnya, papul merah akan
menjalar seperti benang, berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan
4
F. Patogenesis
Cutaneous larva migrans pada manusia umumnya terjadi di daerah tropis
dan sub tropis, terutama terjadi pada anak-anak, pekerja bidang pertanian atau
wisatawan yang kontak dengan tanah berpasir yang berada di bawah naungan
pohon dan tempat teduh yang sering didatangi oleh anjing dan kucing untuk
buang air besar. Dengan demikian tempat tersebut menjadi lingkungan yang
tercemar larva cacing tambang hewan, sehingga merupakan sumber infeksi bagi
manusia 5.
Telur pada feses atau tinja akan menetas di permukaan tanah dalam waktu
satu hari kemudian akan berkembang menjadi larva infektif tahap ketiga setelah
sekitar satu minggu. Larva dapat bertahan hidup selama beberapa bulan jika tidak
terkena sinar matahari secara langsung dan berada pada lingkungan yang hangat
dan lembab. Larva akan mencari pejamunya jika terjadi kenaikan suhu. Larva
akan berjalan di sekitar kulit untuk mendapatkan tempat penetrasi yang sesuai
sehingga menembus ke lapisan korneum epidermis. Larva infektif mengeluarkan
protease dan hialuronidase untuk bermigrasi di kulit manusia. Larva bermigrasi
melalui jaringan subkutan membentuk terowongan yang menjalar dari satu tempat
ke tempat lainnya 3.
G. Diagnosis
Diagnosis CLM ditegakkan berdasarkan gejala klinisnya yang khas dan
disertai riwayat berjeur, berjalan tanpa alas kaki di Pantai atau aktivitas lainnya di
daerah tropis. Pemeriksaan biopsy tidak diperlukan. Pemeriksaan darah tidak
5
H. Penatalaksanaan
Pengobatan CLM diberikan obat-obatan antihelmin seperti Ivermectin per
oral 200 ug/kg dosis tunggal dan diulang setelah 1-2 minggu, dapat membunuh
larva secara efektif dan menghilangkan rasa gatal dengan cepat, memberi
kesembuhan 94-100%. Namun harus diingat bahwa Ivermectin kontraindikasi
terhadap anak-anak. Antihelmin lain yang dapat digunakan apabila ivermectin
tidak tersedia adalah Albendazol per oral 400 mg dosis tunggal selama 1-3 hari
untuk dewasa dan anak >2 tahun, menunjukkan tingkat kesembuhan yang sangat
baik. Bila tidak berhasil dapat diulangi pada minggu berikutnya. Albendazol
kontraindikasi pada ibu hamil sehingga hanya pemberian antihistamin sistemik
untuk menghentikan gatal yang dapat diberikan.1,8 Pemberian secara bersamaan
antara Ivermectin 200ug/kg setiap hari selama 1-2 hari dan albendazol 400 mg
per-oral selama 3 hari juga dapat menjadi terapi yang efektif bagi pengobatan
CLM.2 Terapi lain seperti ethyl chloride spray yakni penyemprotan kloretil
sepanjang lesi dan cryo therapy yakni menggunakan CO2snow (dryice) dengan
penekanan selama 45 detik sampai 1 menit, dua hari berturut- turut saat ini sudah
tidak direkomendasikan lagi karena sulitnya mengetahui secara pasti dimana
lokasi larva dan larva tetap dapat bertahan 6.
I. Pencegahan
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian HrCLM,
antara lain:
1) Mencegah bagian tubuh untuk berkontak langsung dengan tanah atau
pasir yang terkontaminasi
2) Saat menjemur, pastikan handuk atau pakaian tidak menyentuh tanah
3) Melakukan pengobatan secara teratur terhadap anjing dan kucing dengan
anti helmintik
4) Hewan dilarang untuk berada di wilayah pantai ataupun taman bermain20
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Nareswari S. Cutaneous Larva Migrans yang Disebabkan Cacing Tambang.
J Kedokt Unila. 2015;5(9):129–33.
2. Sagita Putri A, Mutiara H. Perempuan Usia 15 Tahun dengan Cutaneus
Larva Migran. 2016;4.
3. Permana MD. Kajian Pustaka Faktor Risiko Pasien Cutaneous Larva
Migrans (CLM). Fak Kedokt Univ Islam Indones Yogyakarta [Internet].
2020;(Clm):5–8. Available from:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/28448/16711021
Mustofa Duta Permana.pdf?sequence=1&isAllowed=y
4. CDC. DPDx - Laboratory identification of parasites of public health
concern enterobiasis. Cdc. 2019;(Clm):1–6.
5. Palgunadi Bagus Uda. CUTANEOUS LARVA MIGRANS Bagus Uda
Palgunadi Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya CUTANEOUS larvae Migrans Bagus Uda Palgunadi Lecturer
Faculty of Medicine , University of Wijaya Kusuma Surabaya. 2022;
6. Hidayati MN et al. Cutaneous Larva Migrans Pada Anak Usia 3 Tahun.
Med Prof J Lampung. 2020;10:394–7.