Anda di halaman 1dari 8

Promosi Kesehatan

CUTANEOUS LARVA MIGRAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Aceh Utara

Oleh :

Muhammad Farhan, S.Ked


2306111033
Preseptor :
dr. Elli Kusmayanti, Sp.A

DEPARTEMEN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Cutaneous Larva Migran


Cutaneous larva migrans (CLM) merupakan peradangan berbentuk garis
lurus atau berkelok-kelok, menimbul, dan progresif yang disebabkan oleh larva
cacing tambang. Larva cacing beredar dibawah kulit manusia, yang ditandai
dengan adanya rupsi kulit berupa garis papula kemerahan 1.
B. Epidemiologi dan Etiologi Cutaneous Larva Migran
CLM dapat terjadi di seluruh daerah tropis dan subtropis seperti di Asia
Tenggara, Afrika, Amerika Selatan, Karibia dan bagian barat daya Amerika. Di
negara-negara berpenghasilan tinggi, CLM terjadi secara sporadis atau dalam
bentuk epidemi yang kecil. Kasus sporadis biasanya berhubungan dengan kondisi
iklim yang tidak umum seperti musim semi atau hujan yang memanjang 2.
CLM disebabkan oleh migrasi larva cacing tambang yang menginfeksi
kucing dan anjing (Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum, dan
Ancylostoma ceylanicum) ke dalam kulit manusia. Selain spesies tersebut, cacing
tersering yang dapat menyebabkan CLM di Indonesia antara lain Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale. Telur cacing tersebut dikeluarkan
bersama tinja anjing dan kucing. Pada keadaan lingkungan yang lembab dan
hangat, telur akan menetas menjadi larva rabditiform dan kemudian menjadi larva
filariform yang infektif. Larva filariform inilah yang akan melakukan penetrasi ke
kulit dan menyebabkan CLM 2.
C. Morfologi
Ancylostoma caninum memiliki tida pasang gigi. Panjang cacing Jantan
dewasa Ancylostoma caninum berukuran 11-33mm dengan bursa kopulartriks dan
cacing dewasa betina dewasa berukuran 14-21mm. Cacing telur betina
meletakkan rata-rata 16.000 telur setiap harinya. Morfologi cacing Ancylostoma
braziliense mirip dengan Ancylostoma caninum, tetapi kapsul bukalnya
memanjang dan berisi dua pasang gigi sentral. Gigi sebelah lateral lebih besar,
sedangkan gigi sebelah medial sangat kecil. Selain itu, pada Acylostoma
braziliense juga terdapat sepasang gigi segitiga dasar bukal kapsul. Cacing betina
3

berukuran 6-9mm dan cacing Jantan berukuran 5-8mm. Cacing betina dapat
mengeluarkan 4.000 butir setiap hari 1.

D. Siklus hidup
Telur cacing akan ke luar bersama tinja pada kondisi yang lembab, hangat,
dan tempat yang teduh. Larva menetas dalam 1-2 hari. Larva rabditiform tumbuh
di tinja dan/atau tanah, dan menjadi larva filariform yang infektif setelah 5 sampai
10 hari. Larva infektif ini dapat bertahan selama 3 sampai 4 minggu pada kondisi
lingkungan yang sesuai. Manusia dapat terinfeksi dengan cara larva filariform
menembus kulit. Beberapa larva dapat bertahan pada jaringan yang lebih dalam
setelah bermigrasi di kulit 3.

CDC, 2019 4
E. Gejala Klinis
Larva masuk ke kulit biasanya akan disertai rasa gatal dan panas di tempat
larva melakukan penetrasi. Rasa gatal itu terutama terasa pada malam hari dan
apabila digaruk dapat menimbulkan infeksi sekunder. Pada awal mulanya, timbul
papul kemudian diikuti bentuk khas yaitu lesi berbentuk linear atau berkelok-
kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi
papul yang eritematosa ini menunjukkan bahwa larva tersebut telah berada di kulit
selama beberapa jam atau hari. Perkembangan selanjutnya, papul merah akan
menjalar seperti benang, berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan
4

membentuk terowongan (burrow) serta mempunyai panjang beberapa sentimeter.


Pada penyakit ini dapat dijumpai lesi tunggal atau multiple 3.

Pada hewan, larva mampu menembus dermis dan melengkapi siklus


hidupnya dengan berkembang biak di organ dalam. Pada manusia, larva tidak
memiliki enzim kolagenase yang cukup untuk menembus membran basal dan
menyerang dermis sehingga larva tersebut tidak dapat melanjutkan perkembangan
siklus hidupnya. Larva selamanya akan terjebak di jaringan kulit penderita hingga
masa hidup dari cacing ini berakhir 5.

F. Patogenesis
Cutaneous larva migrans pada manusia umumnya terjadi di daerah tropis
dan sub tropis, terutama terjadi pada anak-anak, pekerja bidang pertanian atau
wisatawan yang kontak dengan tanah berpasir yang berada di bawah naungan
pohon dan tempat teduh yang sering didatangi oleh anjing dan kucing untuk
buang air besar. Dengan demikian tempat tersebut menjadi lingkungan yang
tercemar larva cacing tambang hewan, sehingga merupakan sumber infeksi bagi
manusia 5.
Telur pada feses atau tinja akan menetas di permukaan tanah dalam waktu
satu hari kemudian akan berkembang menjadi larva infektif tahap ketiga setelah
sekitar satu minggu. Larva dapat bertahan hidup selama beberapa bulan jika tidak
terkena sinar matahari secara langsung dan berada pada lingkungan yang hangat
dan lembab. Larva akan mencari pejamunya jika terjadi kenaikan suhu. Larva
akan berjalan di sekitar kulit untuk mendapatkan tempat penetrasi yang sesuai
sehingga menembus ke lapisan korneum epidermis. Larva infektif mengeluarkan
protease dan hialuronidase untuk bermigrasi di kulit manusia. Larva bermigrasi
melalui jaringan subkutan membentuk terowongan yang menjalar dari satu tempat
ke tempat lainnya 3.
G. Diagnosis
Diagnosis CLM ditegakkan berdasarkan gejala klinisnya yang khas dan
disertai riwayat berjeur, berjalan tanpa alas kaki di Pantai atau aktivitas lainnya di
daerah tropis. Pemeriksaan biopsy tidak diperlukan. Pemeriksaan darah tidak
5

diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tidak direkomendasikan. Secara


teoritis, pada pemeriksaan laboratorium, eosinophilia mungkin ditemukan, namun
tidak spesifik 1.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan CLM diberikan obat-obatan antihelmin seperti Ivermectin per
oral 200 ug/kg dosis tunggal dan diulang setelah 1-2 minggu, dapat membunuh
larva secara efektif dan menghilangkan rasa gatal dengan cepat, memberi
kesembuhan 94-100%. Namun harus diingat bahwa Ivermectin kontraindikasi
terhadap anak-anak. Antihelmin lain yang dapat digunakan apabila ivermectin
tidak tersedia adalah Albendazol per oral 400 mg dosis tunggal selama 1-3 hari
untuk dewasa dan anak >2 tahun, menunjukkan tingkat kesembuhan yang sangat
baik. Bila tidak berhasil dapat diulangi pada minggu berikutnya. Albendazol
kontraindikasi pada ibu hamil sehingga hanya pemberian antihistamin sistemik
untuk menghentikan gatal yang dapat diberikan.1,8 Pemberian secara bersamaan
antara Ivermectin 200ug/kg setiap hari selama 1-2 hari dan albendazol 400 mg
per-oral selama 3 hari juga dapat menjadi terapi yang efektif bagi pengobatan
CLM.2 Terapi lain seperti ethyl chloride spray yakni penyemprotan kloretil
sepanjang lesi dan cryo therapy yakni menggunakan CO2snow (dryice) dengan
penekanan selama 45 detik sampai 1 menit, dua hari berturut- turut saat ini sudah
tidak direkomendasikan lagi karena sulitnya mengetahui secara pasti dimana
lokasi larva dan larva tetap dapat bertahan 6.
I. Pencegahan
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian HrCLM,
antara lain:
1) Mencegah bagian tubuh untuk berkontak langsung dengan tanah atau
pasir yang terkontaminasi
2) Saat menjemur, pastikan handuk atau pakaian tidak menyentuh tanah
3) Melakukan pengobatan secara teratur terhadap anjing dan kucing dengan
anti helmintik
4) Hewan dilarang untuk berada di wilayah pantai ataupun taman bermain20
6

5) Menutup lubang-lubang pasir dengan plastik dan mencegah binatang


untuk defekasi di lubang tersebut
6) Menggunakan alas kaki saat berjalan di pantai
7) Menggunakan kursi atau matras saat berjemur
8) Berbaring di pasir yang tersapu gelombang air lebih baik daripada
berbaring di pasir yang kering 1.
J. Prognosis
CLM termasuk ke dalam golongan self- limiting disease. Pada akhirnya,
larva akan mati di epidermis setelah beberapa minggu atau bulan. Hal ini
disebabkan karena larva tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada
manusia. Lesi tanpa komplikasi yang tidak diobati akan sembuh dalam 4-8
minggu, tetapi pengobatan farmakologi dapat memperpendek perjalanan penyakit
1
.
KESIMPULAN
Cutaneous larva migrans (CLM) merupakan peradangan berbentuk garis
lurus atau berkelok-kelok, menimbul, dan progresif yang disebabkan oleh larva
cacing tambang. CLM disebabkan oleh migrasi larva cacing tambang yang
menginfeksi kucing dan anjing (Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum,
dan Ancylostoma ceylanicum) ke dalam kulit manusia. Larva masuk ke kulit
biasanya akan disertai rasa gatal dan panas di tempat larva melakukan penetrasi.
Rasa gatal itu terutama terasa pada malam hari dan apabila digaruk dapat
menimbulkan infeksi sekunder. Pada awal mulanya, timbul papul kemudian
diikuti bentuk khas yaitu lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul
dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. Pengobatan CLM diberikan
obat-obatan antihelmin seperti Ivermectin per oral 200 ug/kg dosis tunggal dan diulang
setelah 1-2 minggu, dapat membunuh larva secara efektif dan menghilangkan rasa gatal
dengan cepat, memberi kesembuhan 94-100%. Namun harus diingat bahwa Ivermectin
kontraindikasi terhadap anak-anak. CLM termasuk ke dalam golongan self- limiting
disease. Pada akhirnya, larva akan mati di epidermis setelah beberapa minggu
atau bulan.
7
8

DAFTAR PUSTAKA
1. Nareswari S. Cutaneous Larva Migrans yang Disebabkan Cacing Tambang.
J Kedokt Unila. 2015;5(9):129–33.
2. Sagita Putri A, Mutiara H. Perempuan Usia 15 Tahun dengan Cutaneus
Larva Migran. 2016;4.
3. Permana MD. Kajian Pustaka Faktor Risiko Pasien Cutaneous Larva
Migrans (CLM). Fak Kedokt Univ Islam Indones Yogyakarta [Internet].
2020;(Clm):5–8. Available from:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/28448/16711021
Mustofa Duta Permana.pdf?sequence=1&isAllowed=y
4. CDC. DPDx - Laboratory identification of parasites of public health
concern enterobiasis. Cdc. 2019;(Clm):1–6.
5. Palgunadi Bagus Uda. CUTANEOUS LARVA MIGRANS Bagus Uda
Palgunadi Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya CUTANEOUS larvae Migrans Bagus Uda Palgunadi Lecturer
Faculty of Medicine , University of Wijaya Kusuma Surabaya. 2022;
6. Hidayati MN et al. Cutaneous Larva Migrans Pada Anak Usia 3 Tahun.
Med Prof J Lampung. 2020;10:394–7.

Anda mungkin juga menyukai