Anda di halaman 1dari 36

KUTANEUS

LARVA
MIGRAns
ADDEA SAPUTRI
BILLYO KARIM
PRESENTAN :

2210070200012
2210070200013
ANNISA PUTRI SUGIANTO 2310070200026
IKHWANUL HERIYANDI 2310070200044

Preseptor :?
DR. Dr. H. Yosse Rizal, Sp.KK, FINSDV FAADV
dr. Yolla Fadilla, Sp. DV

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BUKITTINGGI 2024
01
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. O
• Umur : 35 tahun
• Jenis kelamin : Laki-Laki
• Berat Badan : 68 Kg
• Tinggi Badan : 175 Cm
• IMT : 22,2 (Normoweight)
• Pekerjaan : Petani
• Status : Sudah menikah
• Alamat : Bukittinggi
• Tanggal masuk : Senin, 8 Januri 2024
anamnesis
Keluhan Utama :
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang berobat ke poliklinik kulit dan
kelamin Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi dengan keluhan kaki
timbul ruam panjang, terasa gatal kemerahan sejak 1 minggu yang lalu.
anamnesis
Riwayat penyakit sekarang :
• Pada area punggung kaki, timbul ruam panjang, terasa gatal kemerahan sejak 1
minggu yang lalu.
• Pasien menyangkal mengoleskan/menggunakan obat-obatan/bahan herbal di area
lesi
anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


• Tidak ada keluhan yang sama antara pasien dengan keluarga

Riwayat Pengobatan
• Pasien belum pernah berobat sebelumnya
anamnesis
Riwayat Alergi
• Tidak ada riwayat alergi pada pasien (obat, makanan, kosmetik dan lainnya)

Riwayat sosial dan kebiasaan


• Pasien berusia 35 tahun, bekerja sebagai petani dan memiliki hobi berburu. pasien
mengaku saat beraktivitas terkadang tidak menggunakan alas kaki.
PEMERIKSAAN
Status generalisata
FISIK
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis kooperatif
• Tanda vital : Dalam batas normal
• Pemeriksaan thorak : Dalam batas normal
• Pemeriksaan abdomen : Dalam batas normal
• Pemeriksaan ekstremitas : Dalam batas normal
STATUS
DERMATOLOGIKUS
• Lokasi : Punggung kaki
• Distribusi : Regional
• Bentuk : Khas
• Susunan : Khas
• Batas : Tegas
• Ukuran : Serpiginosa
• Efloresensi :
⚬ Multiple papul eritem serpiginosa (menimbul)
⚬ Bulla
⚬ Makula eritem
DIAGNOSIS
• Diagnosis kerja :
⚬ Cutaneous larva migran

• Diagnosis banding :
⚬ Skabies
⚬ Dermatofitosis
⚬ Herpes zoster
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Biopsi (jika Folliculitis hookworm tanpa disertai gambaran erupsi merayap)
• Histopatologi
• Kerokan kulit pada Folliculitis hookworm memberikan gambaran larva hidup dan mati
ketika diperiksa dengan mikroskop cahaya beserta minyak mineral
• Pemeriksaan darah (eosinophilia >3000/mm3 tanda sedang berlangsung migrasi dari
larva)
TATALAKSANA
• UMUM :
⚬ Jaga kebersihan lingkungan terhadap reservior larva.
⚬ Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
⚬ Memakai alas kaki saat melakukan kegiatan di luar rumah
⚬ Tidak menggaruk lesi karena dapat mengakibatkan infeksi
sekunder
TATALAKSANA
• KHUSUS :
⚬ Sistemik
■ Tiobendazol 50 mg/kg BB/hari selama 2 hari
■ Albendazole 400 mg
RESEP
RSUD. ACHMAD MOCHTAR
Ruangan Poliklinik : Kulit dan Kelamin
Dokter : dr. A
SIP No. 123/ sip/ 2024
Bukittinggi, 8 Januari 2024
R/ Albendazole 400 mg No. III
S1 dd tab 1

Pro : Tn. O
Umur : 35 Tahun
Alamat : Bukittinggi
Albendazole 400 mg
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Bonam
• Quo ad sanationam : Bonam
• Quo ad functionam : Bonam
• Quo ad kosmetikum : Bonam
02
TINJAUAN
PUSTAKA
Cutaneous larva migran
Cutaneous larva migrans (CLM) atau creeping eruption adalah erupsi di kulit berbentuk
penjalaran serpinginosa, sebagai reaksi hipersensivitas kulit terhadap invasi larva cacing
tambang atau nematodes (roundworms).

Invasi larva cacing dapat terjadi oleh karena adanya kontak dengan tanah yang terkontaminasi
dengan feses hewan (anjing, kucing). Daerah paling sering adalah kaki, tangan, bokong, dan
genital. Migrasi parasit menyebabkan gatal yang hebat, yang sering menyebabkan kerusakan
epidermis dan infeksi sekunder. Larva nematoda tidak menyelesaikan siklus hidupnya di dalam
tubuh manusia yang menjadi host, tapi tetap hanya terbatas pada epidermis dan jarang pada
permukaan dermis
DEFINISI
Cutaneus larva migrans (dermatosis linearis migrans, sand-worm disease, creeping eruption,
plumber's itch, dukhunter's itch)

Digunakaan pada kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linier atau berkelok-kelok,
menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari feses
anjing dan kucing
EPIDEMIOLOGI
• Insidens yang sebenarnya sulit diketahui
• Di amerika serikat (pantai florida, texas, dan new jersy)  6,7% dari 13.300 wisatawan mengalami CLM
setelah berkunjung ke daerah tropis.
• Clm ditemukan hampir disemua negara iklim tropis dan subtropics yang hangat dan lembab (amerika
tengah dan amerika selatan, karibia, afrika, australia dan asia tenggara, termasuk indonesia)
• Tidak terdapat perbedaan ras, usia, maupun jenis kelamin
• Beberapa kasus anak lebih sering daripada dewasa
• Belum pernah dilaporkan kematian akibat CLM
MORFOLOGI

• Ancylostoma caninum memiliki tiga pasang


gigi
• Panjang cacing jantan dewasa ancylostoma
caninum berukuran 11-13 mm dengan bursa
kopulatriks dan cacing betina dewasa
berukuran 14-21 mm dan cacing betina rata-
rata 16000 telur setiap harinya.
ANCYLOSTOMA
CANINUM
MORFOLOGI
• Ancylostoma braziliense mirip ancylostoma
caninum, tetapi kapsul bukalnya memanjang
dan berisi dua pasang gigi sentral. Gigi sebelah
lateral lebih besar, sedangkan gigi sebelah
medial sangat kecil.
• Cacing betina berukuran 6-9 mm dan cacing
jantan berukuran 5-8mm. Cacing betina dapat
mengeluarkan telur 4000 butir setiap hari.

ANCYLOSTOMA
BRASILIENSE
ETIOPATOGEN
ESIS
GEJALA
KLINIS
• Larva dapat menyebabkan dermatitis non-spesifik di lokasi penetrasi di mana kulit telah melakukan kontak
dengan tanah yang terinfeksi (sering: kaki, tangan, pantat dan alat kelamin)
• Pruritus lokal di daerah infeksi dan muncul papul pada sisi infeksi, terasa panas dan kadang nyeri
• Papul diikuti bentuk khas (lesi linier/ berkelok-kelok, menimbul, membentuk terowongan (burrow), diameter 2-3
mm, & warna kemerahan (creeping eruption). muncul 1-5 hari setelah paparan
• Karakteristik lesi CLM: eritematosa, cerah, vesikel, linear, dan jalur yang berkelok. Lesi biasanya berlangsung
antara 2 dan 8 minggu
• Ekskoriasi dan impetiginosa jarang (10% kasus).
• Tanda dan gejala sistemik (mengi, batuk kering urtikaria) telah dilaporkan pada beberapa pasien
• Larva migrans dapat disertai dengan sindrom loeffler untuk eosinofilia paru, khususnya di infestasi berat
CUTANEOUS LARVA
MIGRANS
PADA BOKONG
CUTANEOUS LARVA
MIGRANS
(CREEPING ERUPTION).
DIAGNOSIS
ANAMNES
IS
• Tanyakan :
⚬ Riwayat tidak pakai alas kaki
⚬ Riwayat perjalanan, pekerjaan (yang berhubungan dengan menyentuh tanah)
⚬ Apakah gatal? semakin berat saat malam/tidak.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
FISIK
• Adanya creeping eruption
• Bentuk khas :
⚬ yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok, menimbul,
dan terdapat papul atau vesikel di atasnya
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Biopsi (jika Folliculitis hookworm tanpa disertai gambaran erupsi merayap)
• Histopatologi
• Kerokan kulit pada Folliculitis hookworm memberikan gambaran larva hidup dan mati ketika
diperiksa dengan mikroskop cahaya beserta minyak mineral
• Pemeriksaan darah (eosinophilia >3000/mm3 tanda sedang berlangsung migrasi dari larva)
DIAGNOSIS BANDING
• Scabies
■ Beda nya terowongan scabies tidak sepanjang CLM
⚬ Pada permulaan lesi berupa papul : sering diduga insects bite
⚬ Bentuk yang polisiklik mirip dengan dermatofitosis
⚬ Bila invasi larva yang multipel timbul serentak, papul-papul lesi dini
sering menyerupai herpes zoster stadium awal
KOMPLIKASI
• Infeksi sekunder (paling umum staphylococcal)
• Impetiginisasi sekunder terjadi 8% kasus
• Infeksi berkepanjangan glomerulonephritis pasca streptococcus
• Larva tidak dapat menembus membran basalis kulit, penyakit visceral
jarang dilaporkan
• Larva telah ditemukan di sputum, ditemukan pada viscera sebagai
hostnya pada manusia dan juga ditemukan dalam otot skelet (Respon
host pada infeksi telah jarang terjadi: eritema multiform)
PENATALAKSAN
• Non Medikamentosa
AAN
⚬ Tetap menjaga kebersihan kulit dengan mandi 2 kali sehari dengan
sabun
⚬ Jaga kebersihan lingkungan terhadap reservior larva.
⚬ Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
⚬ Memakai alas kaki saat melakukan kegiatan di luar rumah
⚬ Tidak menggaruk lesi karena dapat mengakibatkan infeksi
sekunder
PENATALAKSAN
• Terapi topikal AAN
⚬ Tiabendazole
■ Tiabendazole solution dalam dmso, 500mg/5ml 24-48 jam
■ Tiabendazole salep10-15% 3x1 selama 5-10 hari
■ Tiabendazole suspense 10% krim 15% 4x1 selama 3 hari meringankan
gatal dalam 3 hari, dan saluran menjadi tidak aktif dalam 1 minggu.
⚬ Metronidazol topikal juga telah dilaporkan efektif untuk pengobatan
⚬ Albendazole salep10% 3x1 selama 5-10
PENATALAKSAN
• Terapi sistemik
AAN
⚬ Tiabendazole 25-50mg/kgbb/hari 2x1 selama 2-5 hari. (Dos. Max. 3 gr sehari)
■ Jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari.
■ Tapi tidak direkomendasikan karena ef.
■ Samping nya tinggi : pusing, mual,muntah, dan kram perut.

⚬ Ivermectin 200ug/kg 12mg dos. Tunggal terapi lini pertama dan berulang pada hari
berikutnya.
■ Kontraindikasi: anak <5 tahun

⚬ Albendazole 400mg/hariselama 3-7 hari atau 200 mg 2x1 selama 7 hari.


■ Lebih efektif, kerja cepat, gatal menghilang dalam 3-5 hari, dan lesi kulit hilang setelah
6-7 hari pengobatan.)
PROGNOSIS
• Karakteristik dari penyakit ini : self limiting disease
• Penyakit ini sebenarnya bersifat swasirna setelah 1-3 bulan.
• Migrasi dapat berlanjut selama berbulan-bulan
• Dapat terjadi gatal berat yang sering mengganggu tidur dan jika digaruk berisiko
terjadi infeksi sekunder. Pengobatan topikal atau sistemik menghasilkan tingkat
kesembuhan mendekati 100%, Meskipun kekambuhan dapat terjadi.

⚬ Quo ad vitam : bonam


⚬ Quo ad funtionam : bonam
⚬ Quo ad sanactionam : bonam
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai