PSORIASIS PUSTULOSA
Oleh:
Suni Christina W / 406162099
Pembimbing:
dr. Novia Yudhitiara, SpKK
PSORIASIS PUSTULOSA
Disusun oleh :
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Ciawi
2
LEMBAR PENGESAHAN
PSORIASIS PUSTULOSA
Disusun oleh :
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Kulit dan Kelamin RSUD
Ciawi
Mengetahui,
3
FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR
I. IDENTITAS
Nama : Nn. SR
Umur : 21 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 20 Oktober 1996
Agama : Islam
Alamat : KP Lebak Jaya
Pekerjaan : Pegawai pabrik
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku Bangsa : Sunda
Pemeriksa : Suni Christina Widjaya
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 20 Agustus 2018, pukul 11:00
Keluhan utama:
Bisul-bisul kecil pada hampir semua tubuhnya sejak 2 hari yang lalu.
4
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan muncul bisul-bisul kecil pada hampir semua tubuhnya sejak
2 hari yang lalu disertai rasa panas dan sedikit gatal. Pasien mengatakan jika bisul muncul
secara mendadak setelah sebelumnya ia merasakan panas diseluruh tubuhnya. Awalnya
bisul muncul sedikit sekitar 3-5 buah pada punggung dan perut pasien lalu lama kelamaan
jumlahnya bertambah dan meluas ke hampir seluruh tubuh kecuali wajah, kemaluan,
telapak kaki dan telapak tangan pasien. Pasien belum pergi berobat atau mengkonsumsi
obat apapun untuk keluhannya saat ini. Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan jika ± 3
minggu yang lalu timbul bercak kemerahan bersisik tebal yang terasa gatal pada punggung
belakang atas sebesar telapak tangan. Pasien juga mengeluh jika tubuhnya terasa demam
sehingga akhirnya ia memutuskan untuk membeli Paracetamol tablet 500 mg dan
Metilprednisolon tablet 4 mg diapotek. Paracetamol diminumnya 3x1 sementara
Metilprednisolon diminumnya 2x1. Sehari setelah mengkonsumsi kedua obat tersebut
pasien merasa keluhannya bertambah buruk dimana secara tiba-tiba bercak-bercak
kemerahannya menjadi meluas ke seluruh tubuh disertai rasa panas dan menggigil.
Akhirnya pasien dilarikan ke IGD RSUD CIAWI dan dirawat selama 5 hari dengan
diagnosa alergi obat paracetamol. Saat pulang pasien diberikan obat pulang
metilprednisolon tablet 2x8 mg, cetrizin kaplet 2x10 mg, dan ranitidin tablet 2x150 mg.
Selama dirumah kondisi pasien baik dan bercak kemerahan tidak muncul lagi sehingga saat
kontrol 1 minggu kemudian ke poliklinik kulit, dosis metilprednisolon diturunkan menjadi
1x8 mg. Namun 1 hari kemudian, tubuhnya mendadak mulai merasa panas disertai bisul-
bisul kecil yang gatal sehingga pasien memutuskan untuk kembali berobat ke poliklinik IK
Kulit dan Kelamin RSUD CIAWI.
Pasien menyangkal sedang mengalami stress belakangan ini namun memang 1 bulan
terakhir ia sering kerja lembur dan kurang tidur. Riwayat pemakaian kosmetik atau krim
tertentu pada kulitnya sebelum muncul bercak kemerahan disangkal, riwayat alergi pada
makanan disangkal. Riwayat gigi berlubang, keluar cairan dari telinga, nyeri berkemih
disangkal. Riwayat batuk lama, keringat saat malam hari atau penurunan berat badan
disangkal. Riwayat konsumsi obat tertentu dalam jangka panjang disangkal. Riwayat
kencing manis disangkal. Riwayat nyeri-nyeri sendi disangkal.
5
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal adanya riwayat keluhan serupa sebelumnya namun bercak kemerahan
bersisik pada kulitnya pernah ia alami ± 1 tahun yang lalu. Bercak tersebut muncul pada
siku kanan dan kiri pasien dengan ukuran sebesar uang logam Rp 500,-. Lalu pasien
memutuskan berobat ke puskesmas dan diberikan metilprednisolon tablet 4 mg yang
diminum 3x1 selama 5 hari. Setelah konsumsi obat, ia merasakan keluhannya membaik.
Pasien mengaku jika tidak pernah muncul bercak kemerahan tersebut lagi sampai ± 3
minggu yang lalu sehingga saat bercak kemerahan yang sama muncul di punggungnya ia
memutuskan untuk meminum obat yang sama.
Riwayat Pengobatan
- Pasien belum berobat ataupun minum obat untuk keluhannya yang sekarang
- ± 3 minggu yang lalu pasien mengkonsumsi paracetamol tablet 3x500 mg dan
metilprednisolon tablet 2x4 mg yang ia beli sendiri dari apotek untuk keluhan demam dan
bercak kemerahan bersisik tebal pada punggungnya.
- ± 1 tahun yang lalu pasien mengkonsumsi metilprednisolon tablet 3x4 mg selama 5 hari
yang diberikan oleh puskesmas untuk keluhan bercak kemerahan bersisik tebal pada kedua
sikunya.
6
III. PEMERIKSAAN FISIK (pada 20 Agustus 2018, pukul 11:30)
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,5◦C
Data Antopometri : BB: 60 kg, TB: 150 cm
IMT : 26,6 kg/m2 (status gizi berdasarkan Asia Pasifik: obesitas grade I)
Kepala : Normocephali, rambut terdistribusi merata
: Mata: CA-/-, SI -/-
: Hidung: sekret -/-
: Telinga:sekret -/-
: Mulut: geographic tongue (-), karies dentis (-), tonsil T1/T1 tidak
hiperemis
Leher : Tidak ada teraba pembesaran kelenjar getah bening, JVP tidak
meningkat
Thorax
Paru : I: bentuk dan pergerakan simetris
: P: sonor
: P: terangkat simetris
: A: suara napas vesikuler, wheezing-/-, ronkhi -/-
Jantung : I: ictus cordis tidak tampak
: P: ictus cordis tidak kuat angkat
: P: batas jantung atas ICS II parasternal line dextra, batas jantung kanan
ICS IV sternal line sinistra, batas jantung kiri ICS V
midclavicula line sinistra
: BJ I dan II normal, gallop (-), mur-mur (-).
Abdomen : I: buncit
: P: supel, nyeri tekan (-)
: P: timpani, pekak hati (+)
: A: BU (+) normal
: turgor: baik
7
Anus dan Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
Tulang Belakang : Skoliosis (-)
KGB : Tidak teraba membesar pada KGB leher dan ketiak
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
VI. RESUME
Telah diperiksa seorang wanita usia 21 tahun, pegawai pabrik, belum menikah, Islam,
suku Sunda, berobat ke Poliklinik IK Kulit dan Kelamin RSUD CIAWI pada tanggal 20
Agustus 2018 dengan keluhan muncul pustul multiple pada semua tubuhnya sejak 2 hari
yang lalu disertai rasa panas dan gatal. Dari hasil anamesis didapatkan jika lesi kulit
pertama kali timbul pada perut dan punggung dengan jumlah yang sedikit namun lama
kelamaan bertambah jumlahnya dan meluas hingga hampir keseluruh tubuh kecuali
wajah, kemaluan, telapak tangan dan kaki. Pasien belum berobat dan minum obat untuk
keluhannya saat ini.
3 minggu yang lalu pasien dirawat di RSUD CIAWI atas diagnosa eritroderma et causa
drug eruption (paracetamol) selama 5 hari karena sehari sebelumnya pasien
8
mengkonsumsi paracetamol tablet 3x500 mg dan metilprednisolon tablet 2x4 mg yang ia
\beli sendiri untuk mengobati plak eritema berskuma putih tebal berukuran telapak tangan
yang gatal pada punggungnya. Pasien diberikan obat pulang metilprednisolon tablet 2x8
mg, cetrizin kaplet 2x10 mg dan ranitidin tablet 2x150 mg. Lalu 1 minggu kemudian
pasien datang untuk kontrol di poliklinik didapatkan kondisi pasien membaik sehingga
diputuskan untuk mengurangi dosis metilprednisolon menjadi 1x8 mg. Namun sehari
kemudian pasien mengeluh jika muncul pustul multiple disertai rasa panas dan gatal yang
hampir mengenai seluruh tubuhnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan status gizi pasien obesitas grade
I dan lainnya dalam batas normal. Pada status dermatologikus didapatkan distribusi
generalisata, lesi multipel, sebagian besar diskret, bentuk anular, ukuran terkecil 2 mm
dan ukuran terbesar 5 cm, berbatas tegas, menonjol, kering pada hampir semua tubuh
pasien berupa lesi pustul dengan dasar makula eritema sampai hiperpigmentasi yang
sebagian besar membentuk lake of pus disertai skuma disekitarnya. Pemeriksaan
penunjang yang dapat disertakan adalah pemeriksaan laboratorium untuk petanda radang,
menyingkirkan faktor prediposisi berupa infeksi dan menyingkirkan diagnosa banding,
yaitu darah lengkap (leukosit dan LED), CRP, urinalisa, dan pewarnaan gram pada pus
dari pustul.
VIII. PENGKAJIAN
Clinical reasoning:
1. Lesi berupa pustul dengan dasar makula eritema - hiperpigmentasi yang bergabung
membentuk lake of pus pada hampir seluruh tubuh pasien.
2. Faktor presdiposisi pada pasien ini ialah penggunaan kortikosteroid sistemik
sembarangan (tidak terkontrol).
3. Riwayat bercak kemerahan bersisik tebal sebelumnya yang membaik dengan terapi
steroid.
9
IX. DIAGNOSIS BANDING
- Impetigo herpetiformis
- Folikulitis
X. PENATALAKSANAAN
1. Umum
- Menjelaskan kepada pasien jika penyakit nya tidak menular namun memang suka
berulang.
- Menjelaskan kepada pasien jika keluhannya memburuk seperti mulai merasa demam,
menggigil, atau bercak kemerahan menjadi semakin meluas segera datang ke IGD
terdekat.
- Menyarankan pasien untuk tidak membeli obat steroid sistemik sembarangan tanpa
indikasi dan resep dokter.
2. Khusus
- Topikal
Steroid topikal (super poten - potensial tinggi): salep clobetasol propionate 0,05%
atau salep desoximetason 0,05% dioleskan pada lesi kulit setelah mandi.
- Sistemik
Psoriasis berat : > 30% luas permukaan tubuh, pertimbangkan untuk memberikan
terapi sistemik. Yang tersedia di RSUD CIAWI adalah kortikosteroid sistemik
(metilprednisolon).
10
3. Ranitidine 2 x 150 mg/hari, peroral (sebelum makan)
XII. PROGNOSIS
Ad Vitam Dubia ad bonam
Ad Fungsionam Dubia
Ad Sanationam Dubia ad malam
11
FOTO KASUS
12
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• Psoriasis adalah inflamasi kulit kronik dan residif oleh karena suatu mekanisme
imunologik sehingga dikenal sebagai suatu autoimun disease. 1
• Psoriasis pustulosa merupakan bentuk psoriasis dengan gambaran lesi kulit berupa pustul
yang berukuran 2-3 mm. 1,2
ETIOLOGI
• Etiologi belum diketahui diduga merupakan suatu penyakit oleh gangguan imunologik,
yang dipengaruhi oleh banyak faktor presdiposisi: 2,3
2. Fokus infeksi ”focal infection theory – mimicry molecular” pada gigi (karies dentis),
tonsil/faring/sinus (ISPA), genitourinarius, penyakit kronik (TB).
3. Stress emosional.
• Psoriasis vulgaris 90% kasus (chronic type plaque, lesi terutama plakat).
• Psoriasis inversa/flexura lesi lebih merah menyala dengan skuma lebih minimal pada
lipatan tubuh. Napkin psoriasis merupakan varian psoriasis inversa pada bayi 3-6 bulan
pada daerah popok.
13
• Psoriasis pustulosa lesi pustul ukuran 2-3 mm
• Psoriasis eritroderma psoriasis yang hampir mengenai semua area tubuh dengan
efloresensi DOMINAN eritema dengan skuama tipis.
Ada 2 bentuk:
1. Chronic plaque type psoriasis vulgaris yang memburuk menyebar pada semua tubuh.
2. Pustular type psoriasis pustulosa generalisata yang tidak ditanggani dengan baik.
• Sebopsoriasis psoriasis muncul pada daerah seboroik (scalp, wajah, leher, punggung).
• Psoriasis linear psoriasis jarang berupa lesi linear terutama muncul di tungkai.
PATOGENESIS
14
Inflammatory Process: 3
• Aktivasi sel T memori CD4/8+ (dermis) oleh sel dendritik (kompleks HLA-Dw6-Ag)
proliferasi sel CD4/8+ sitokin pro-inflamasi & aktivitas GF (VEGF & VPF)
kapiler berkelok-kelok & vasodilatasi.
• Etiologi pasti tidak diketahui. Diduga jika penggunaan terapi kortikosteroid sistemik
yang tidak tepat (dosis tinggi/jangka waktu lama) dan withdrawal effect akan
menimbulkan gangguan imunologis reaksi akut lesi pustul. 4,5
DIAGNOSIS
• Anamnesis bisul/lenting berisi nanah kecil (2-3 mm) yang muncul secara mendadak
dan faktor presdiposisi (stress, infeksi: sakit gigi, TB, dll).
• PF umum cari infeksi fokal (karies dentis, nyeri tekan suprapubik, dll)
• PP darah lengkap (leukositosis dan LED ↑), urinalisa (menyingkirkan DD/ ISK
asimptomatik), pewarnaan gram pus dari lesi kulit (pus steril umumnya hasilnya negatif),
histopatologi.
15
HISTOPATOLOGIS
Perubahan lesi:
- Mikroabses munro
16
Psoriasis pustulosa khas Kojog’s spongiform pustule (pustul subkorneal spongiform:
akumulasi sel radang dibawah stratum korneum menyerupai sponge) dan kerusakan keratinosit.
DIAGNOSA BANDING
17
TATALAKSANA
- Khusus
• Terapi topikal
18
• Fototerapi
• Terapi sistemik
TERAPI TOPIKAL
• Kortikosteroid (glukokortikoid)
Pemilihan steroid potensi tinggi 2x1 dioles pada lesi selama 2-4 minggu lalu dipakai
intermediet (weekends) perbaikan muncul dalam 2-4 mg.
ES: takifilaksis, supresi HPA axis, atrofi epidermis dan dermis, striae, talengiektasis,
rebound effect.
FOTOTERAPI
• Mekanisme: sinar akan menekan aktivitas sel limfosit T pada epidermis secara selektif
dengan merubah respon imun Th1-Th2 dan apoptosis sel ↓ peradangan.
• Macam:
TERAPI SISTEMIK
• Kortikosteroid sistemik
Pemakaiannya harus hati-hati. Umumnya menunjukan perbaikan dengan cepat lalu butuh
dosis lebih tinggi untuk mengontrol gejala.
19
Menunjukan withdrawal effect pada kasus penggunaan long term dengan dosis yang tidak
terkontrol sehingga penyakit relap bahkan menjadi bentuk yang lebih berat (psoriasis
pustulosa/PPG/eritroderma)
KS sistemik sendiri sebenarnya merupakan terapi pilihan utama untuk kasus psoriasis
berat.
• Metrotrexat (MTX) pilihan terapi psoriasis berat & terapi psoriasis long term, lebih
aman dibandingkan steroid sistemik.
Mulai terapi dengan dosis 2,5 mg lalu di ↑ pertahap sampai dosis terapi (rerata: 10-15
mg/minggu; max: 25-30 mg/minggu) dilaporkan akan ↓ keparahan 50-75%. Umumnya
efek akan muncul dalam 1-2 bulan setelah fototerapi.
ES: hepatotoksik, supresi sum-sum tulang, fibrosis paru, reaksi kulit, gangguan janin
Selalu monitor fungsi hati dan darah lengkap per minggu sampai dosis terapi tercapai lalu
↓ 1-2 bulan sekali
KI: kehamilan, menyusui, alkoholik, gangguan fungsi hati dan ginjal, ↓ fungsi paru, dan
infeksi berat.
ES: nefrotoksik, induksi hipertensi (diterapi dengan golongan CCB), neurogenik (tremor,
sakit kepala) pada terapi short term
• Acritretin
Mekaisme: berikatan dengan reseptor asam retinoid untuk menormalisasi keratinisasi dan
proliferasi lapisan epidermis
20
BIOLOGIC AGENT
• Efektifitas sama dengan MTX dengan efek samping hepatotoksik lebih rendah namun
harganya mahal sehingga indikasi pemberiannya hanya pada kasus psoriasis yang tidak
berespon pada MTX.
• Macam:
• ES: imunosupresi
DAFTAR PUSTAKA
2. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. 2012. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine ed VIII. McGraw-Hill Companies. United States.
4. Menaldi SLSW. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed 7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
5. Westpal DC, Schnetti APD, Santos M. An Bras Dermatol. 2016 Sept-Oct; 91(5): 664-
666.
21
22