Anda di halaman 1dari 22

CASE REPORT STUDY

PSORIASIS PUSTULOSA

Oleh:
Suni Christina W / 406162099

Pembimbing:
dr. Novia Yudhitiara, SpKK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 13 AGUSTUS – 16 SEPTEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
LEMBAR PENGESAHAN

Case Report Study :

PSORIASIS PUSTULOSA

Disusun oleh :

Suni Christina Widjaya (406162099)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, Agustus 2018

dr. Novia Yudhitiara, SpKK

2
LEMBAR PENGESAHAN

Case Report Study :

PSORIASIS PUSTULOSA

Disusun oleh :

Suni Christina Widjaya (406162099)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Kulit dan Kelamin RSUD
Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Mengetahui,

Kepala KSM Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

3
FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR

UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA


Jl. Taman S. Parman No. 1 - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
KSM ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI – BOGOR

Nama : Suni Christina W Tanda Tangan


NIM : 406162099 ........................................
Dr Pembimbing / Penguji : dr. Novia Yudhitiara, SpKK
.........................................

I. IDENTITAS
Nama : Nn. SR
Umur : 21 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 20 Oktober 1996
Agama : Islam
Alamat : KP Lebak Jaya
Pekerjaan : Pegawai pabrik
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku Bangsa : Sunda
Pemeriksa : Suni Christina Widjaya

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 20 Agustus 2018, pukul 11:00

Keluhan utama:
Bisul-bisul kecil pada hampir semua tubuhnya sejak 2 hari yang lalu.

4
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan muncul bisul-bisul kecil pada hampir semua tubuhnya sejak
2 hari yang lalu disertai rasa panas dan sedikit gatal. Pasien mengatakan jika bisul muncul
secara mendadak setelah sebelumnya ia merasakan panas diseluruh tubuhnya. Awalnya
bisul muncul sedikit sekitar 3-5 buah pada punggung dan perut pasien lalu lama kelamaan
jumlahnya bertambah dan meluas ke hampir seluruh tubuh kecuali wajah, kemaluan,
telapak kaki dan telapak tangan pasien. Pasien belum pergi berobat atau mengkonsumsi
obat apapun untuk keluhannya saat ini. Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan jika ± 3
minggu yang lalu timbul bercak kemerahan bersisik tebal yang terasa gatal pada punggung
belakang atas sebesar telapak tangan. Pasien juga mengeluh jika tubuhnya terasa demam
sehingga akhirnya ia memutuskan untuk membeli Paracetamol tablet 500 mg dan
Metilprednisolon tablet 4 mg diapotek. Paracetamol diminumnya 3x1 sementara
Metilprednisolon diminumnya 2x1. Sehari setelah mengkonsumsi kedua obat tersebut
pasien merasa keluhannya bertambah buruk dimana secara tiba-tiba bercak-bercak
kemerahannya menjadi meluas ke seluruh tubuh disertai rasa panas dan menggigil.
Akhirnya pasien dilarikan ke IGD RSUD CIAWI dan dirawat selama 5 hari dengan
diagnosa alergi obat paracetamol. Saat pulang pasien diberikan obat pulang
metilprednisolon tablet 2x8 mg, cetrizin kaplet 2x10 mg, dan ranitidin tablet 2x150 mg.
Selama dirumah kondisi pasien baik dan bercak kemerahan tidak muncul lagi sehingga saat
kontrol 1 minggu kemudian ke poliklinik kulit, dosis metilprednisolon diturunkan menjadi
1x8 mg. Namun 1 hari kemudian, tubuhnya mendadak mulai merasa panas disertai bisul-
bisul kecil yang gatal sehingga pasien memutuskan untuk kembali berobat ke poliklinik IK
Kulit dan Kelamin RSUD CIAWI.
Pasien menyangkal sedang mengalami stress belakangan ini namun memang 1 bulan
terakhir ia sering kerja lembur dan kurang tidur. Riwayat pemakaian kosmetik atau krim
tertentu pada kulitnya sebelum muncul bercak kemerahan disangkal, riwayat alergi pada
makanan disangkal. Riwayat gigi berlubang, keluar cairan dari telinga, nyeri berkemih
disangkal. Riwayat batuk lama, keringat saat malam hari atau penurunan berat badan
disangkal. Riwayat konsumsi obat tertentu dalam jangka panjang disangkal. Riwayat
kencing manis disangkal. Riwayat nyeri-nyeri sendi disangkal.

5
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal adanya riwayat keluhan serupa sebelumnya namun bercak kemerahan
bersisik pada kulitnya pernah ia alami ± 1 tahun yang lalu. Bercak tersebut muncul pada
siku kanan dan kiri pasien dengan ukuran sebesar uang logam Rp 500,-. Lalu pasien
memutuskan berobat ke puskesmas dan diberikan metilprednisolon tablet 4 mg yang
diminum 3x1 selama 5 hari. Setelah konsumsi obat, ia merasakan keluhannya membaik.
Pasien mengaku jika tidak pernah muncul bercak kemerahan tersebut lagi sampai ± 3
minggu yang lalu sehingga saat bercak kemerahan yang sama muncul di punggungnya ia
memutuskan untuk meminum obat yang sama.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien menyangkal adanya kelainan kulit serupa pada keluarganya, riwayat alergi pada
obat atau makanan pada keluarga disangkal. Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan
kolesterol juga disangkal.

Riwayat Pengobatan
- Pasien belum berobat ataupun minum obat untuk keluhannya yang sekarang
- ± 3 minggu yang lalu pasien mengkonsumsi paracetamol tablet 3x500 mg dan
metilprednisolon tablet 2x4 mg yang ia beli sendiri dari apotek untuk keluhan demam dan
bercak kemerahan bersisik tebal pada punggungnya.
- ± 1 tahun yang lalu pasien mengkonsumsi metilprednisolon tablet 3x4 mg selama 5 hari
yang diberikan oleh puskesmas untuk keluhan bercak kemerahan bersisik tebal pada kedua
sikunya.

Riwayat Asupan Nutrisi


Pasien mengatakan jika ia makan 2-3x sehari dengan lauk pauk yang beraneka ragam.

6
III. PEMERIKSAAN FISIK (pada 20 Agustus 2018, pukul 11:30)
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,5◦C
Data Antopometri : BB: 60 kg, TB: 150 cm
IMT : 26,6 kg/m2 (status gizi berdasarkan Asia Pasifik: obesitas grade I)
Kepala : Normocephali, rambut terdistribusi merata
: Mata: CA-/-, SI -/-
: Hidung: sekret -/-
: Telinga:sekret -/-
: Mulut: geographic tongue (-), karies dentis (-), tonsil T1/T1 tidak
hiperemis
Leher : Tidak ada teraba pembesaran kelenjar getah bening, JVP tidak
meningkat
Thorax
Paru : I: bentuk dan pergerakan simetris
: P: sonor
: P: terangkat simetris
: A: suara napas vesikuler, wheezing-/-, ronkhi -/-
Jantung : I: ictus cordis tidak tampak
: P: ictus cordis tidak kuat angkat
: P: batas jantung atas ICS II parasternal line dextra, batas jantung kanan
ICS IV sternal line sinistra, batas jantung kiri ICS V
midclavicula line sinistra
: BJ I dan II normal, gallop (-), mur-mur (-).
Abdomen : I: buncit
: P: supel, nyeri tekan (-)
: P: timpani, pekak hati (+)
: A: BU (+) normal
: turgor: baik

7
Anus dan Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
Tulang Belakang : Skoliosis (-)
KGB : Tidak teraba membesar pada KGB leher dan ketiak

IV. STATUS DERMATOLOGIS


Distribusi: generalisata
- Lesi multipel, sebagian besar diskret, bentuk anular, ukuran terkecil 2 mm dan ukuran
terbesar 5 cm, berbatas tegas, menonjol, kering pada hampir semua tubuh pasien berupa
lesi pustul dengan dasar makula eritema sampai hiperpigmentasi yang sebagian besar
membentuk lake of pus disertai skuma disekitarnya.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium: (petanda radang, menyingkirkan faktor presdiposisi infeksi


dan menyingkirkan diagnosa banding)
1. Darah Lengkap (Leukosit, LED)
2. CRP
3. Urinalisa
4. Pemeriksaan pus dari pustul dengan pewarnaan gram

VI. RESUME
Telah diperiksa seorang wanita usia 21 tahun, pegawai pabrik, belum menikah, Islam,
suku Sunda, berobat ke Poliklinik IK Kulit dan Kelamin RSUD CIAWI pada tanggal 20
Agustus 2018 dengan keluhan muncul pustul multiple pada semua tubuhnya sejak 2 hari
yang lalu disertai rasa panas dan gatal. Dari hasil anamesis didapatkan jika lesi kulit
pertama kali timbul pada perut dan punggung dengan jumlah yang sedikit namun lama
kelamaan bertambah jumlahnya dan meluas hingga hampir keseluruh tubuh kecuali
wajah, kemaluan, telapak tangan dan kaki. Pasien belum berobat dan minum obat untuk
keluhannya saat ini.
3 minggu yang lalu pasien dirawat di RSUD CIAWI atas diagnosa eritroderma et causa
drug eruption (paracetamol) selama 5 hari karena sehari sebelumnya pasien

8
mengkonsumsi paracetamol tablet 3x500 mg dan metilprednisolon tablet 2x4 mg yang ia
\beli sendiri untuk mengobati plak eritema berskuma putih tebal berukuran telapak tangan
yang gatal pada punggungnya. Pasien diberikan obat pulang metilprednisolon tablet 2x8
mg, cetrizin kaplet 2x10 mg dan ranitidin tablet 2x150 mg. Lalu 1 minggu kemudian
pasien datang untuk kontrol di poliklinik didapatkan kondisi pasien membaik sehingga
diputuskan untuk mengurangi dosis metilprednisolon menjadi 1x8 mg. Namun sehari
kemudian pasien mengeluh jika muncul pustul multiple disertai rasa panas dan gatal yang
hampir mengenai seluruh tubuhnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan status gizi pasien obesitas grade
I dan lainnya dalam batas normal. Pada status dermatologikus didapatkan distribusi
generalisata, lesi multipel, sebagian besar diskret, bentuk anular, ukuran terkecil 2 mm
dan ukuran terbesar 5 cm, berbatas tegas, menonjol, kering pada hampir semua tubuh
pasien berupa lesi pustul dengan dasar makula eritema sampai hiperpigmentasi yang
sebagian besar membentuk lake of pus disertai skuma disekitarnya. Pemeriksaan
penunjang yang dapat disertakan adalah pemeriksaan laboratorium untuk petanda radang,
menyingkirkan faktor prediposisi berupa infeksi dan menyingkirkan diagnosa banding,
yaitu darah lengkap (leukosit dan LED), CRP, urinalisa, dan pewarnaan gram pada pus
dari pustul.

VII. DIAGNOSIS KERJA


Psoriasis pustulosa

VIII. PENGKAJIAN
Clinical reasoning:
1. Lesi berupa pustul dengan dasar makula eritema - hiperpigmentasi yang bergabung
membentuk lake of pus pada hampir seluruh tubuh pasien.
2. Faktor presdiposisi pada pasien ini ialah penggunaan kortikosteroid sistemik
sembarangan (tidak terkontrol).
3. Riwayat bercak kemerahan bersisik tebal sebelumnya yang membaik dengan terapi
steroid.

9
IX. DIAGNOSIS BANDING
- Impetigo herpetiformis
- Folikulitis

X. PENATALAKSANAAN
1. Umum

- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan pengobatannya

- Menjelaskan kepada pasien jika penyakitnya membutuhkan pengobatan jangka panjang


sehingga harus rutin kontrol juga.

- Menjelaskan kepada pasien jika penyakit nya tidak menular namun memang suka
berulang.

- Menjelaskan kepada pasien jika keluhannya memburuk seperti mulai merasa demam,
menggigil, atau bercak kemerahan menjadi semakin meluas segera datang ke IGD
terdekat.

- Menyarankan pasien untuk tidak membeli obat steroid sistemik sembarangan tanpa
indikasi dan resep dokter.

2. Khusus

- Topikal

Steroid topikal (super poten - potensial tinggi): salep clobetasol propionate 0,05%
atau salep desoximetason 0,05% dioleskan pada lesi kulit setelah mandi.

- Sistemik

Psoriasis berat : > 30% luas permukaan tubuh, pertimbangkan untuk memberikan
terapi sistemik. Yang tersedia di RSUD CIAWI adalah kortikosteroid sistemik
(metilprednisolon).

Dosis kortikosteroid (prednison) 0,5 - 1 mg/kgBB/hari ; BB: 60 kg jadi dosis yang


diperlukan adalah 30 mg/hari. Akan diberikan dalam dosis metilprednisolon sehingga
dilakukan konversi dosis: 4/5 x 30 mg = 24 mg per hari metilprednisolon.

1. Metilprednisolon 3 x 8 mg/hari, peroral (sesudah makan) untuk 7 hari. Lalu rujuk ke


fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk pemberian terapi sistemik lainnya yang
lebih aman dan efektif, yaitu metrotreksat

2. Cetrizine 1 x 10 mg/hari, peroral (jika gatal)

10
3. Ranitidine 2 x 150 mg/hari, peroral (sebelum makan)

XI. RENCANA EVALUASI


Perbaikan klinis (keluhan dan lesi kulit)

XII. PROGNOSIS
Ad Vitam Dubia ad bonam
Ad Fungsionam Dubia
Ad Sanationam Dubia ad malam

11
FOTO KASUS

12
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

• Psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang artinya gatal/ketombe/ruam. 1

• Psoriasis adalah inflamasi kulit kronik dan residif oleh karena suatu mekanisme
imunologik sehingga dikenal sebagai suatu autoimun disease. 1

• Psoriasis pustulosa merupakan bentuk psoriasis dengan gambaran lesi kulit berupa pustul
yang berukuran 2-3 mm. 1,2

• Psoriasis dapat mengenai hampir semua bagain tubuh. 1,2

ETIOLOGI

• Etiologi belum diketahui diduga merupakan suatu penyakit oleh gangguan imunologik,
yang dipengaruhi oleh banyak faktor presdiposisi: 2,3

1. Genetik  PSORS1 (lokus gen), HLA I Cw6 (mempresentasikan antigen ke T CD8+).

2. Fokus infeksi  ”focal infection theory – mimicry molecular” pada gigi (karies dentis),
tonsil/faring/sinus (ISPA), genitourinarius, penyakit kronik (TB).

3. Stress emosional.

4. Trauma  Koebner phenomena, post sunburn.

5. Penyakit metabolik  DM.

6. Obat  steroid sistemik (withdrawal effect), NSAID, ẞ - bloker, ACE - I, lithium,


gemfibrozil, antimalaria, dan imiquimod.

KLASIFIKASI PSORIASIS berdasarkan pattern of skin prestantion 3,4

• Psoriasis vulgaris  90% kasus (chronic type plaque, lesi terutama plakat).

• Psoriasis gutate  berhubungan dengan infeksi streptococcus ~ HLA-Cw6 (self limiting


disease).

• Psoriasis inversa/flexura  lesi lebih merah menyala dengan skuma lebih minimal pada
lipatan tubuh. Napkin psoriasis merupakan varian psoriasis inversa pada bayi 3-6 bulan
pada daerah popok.

13
• Psoriasis pustulosa  lesi pustul ukuran 2-3 mm

Psoriasis pustulosa generalisata/PPG (von Zumbusch)  distribusi generalisata disertai gejala


konstitusional (demam, lemas)  diikuti kemerahan diseluruh tubuh (varian eritroderma)

• Psoriasis eritroderma  psoriasis yang hampir mengenai semua area tubuh dengan
efloresensi DOMINAN eritema dengan skuama tipis.

Ada 2 bentuk:

1. Chronic plaque type  psoriasis vulgaris yang memburuk menyebar pada semua tubuh.

2. Pustular type  psoriasis pustulosa generalisata yang tidak ditanggani dengan baik.

Bentuk KGD Kulit  life-threating  resiko hipotermia, elektrolit imbalance, hipoalbumin,


dan kerusakan organ (ginjal, jantung, dan hati).

• Sebopsoriasis  psoriasis muncul pada daerah seboroik (scalp, wajah, leher, punggung).

• Psoriasis linear  psoriasis jarang  berupa lesi linear terutama muncul di tungkai.

PATOGENESIS

14
Inflammatory Process: 3

• Aktivasi sel T CD8+ (dermis)  langsung oleh keratinosit (kompleks HLA-Dw6-Ag) 


CD8+ migrasi ke epidermis  perforin: kerusakan epidermis  sitokin pro-inflamasi
(TNF-α), kemokin, sel imun pro inflamasi (mΦ): sitokin pro-inflamasi.

• Aktivasi sel T memori CD4/8+ (dermis)  oleh sel dendritik (kompleks HLA-Dw6-Ag)
 proliferasi sel CD4/8+  sitokin pro-inflamasi & aktivitas GF (VEGF & VPF) 
kapiler berkelok-kelok & vasodilatasi.

• Sel dendritik (kompleks HLA-Dw6-Ag)  ke kelenjar limfe regional  proliferasi sel


T0  Th1  sitokin pro-inflamasi.

• Sitokin yang banyak  proliferasi dan differensiasi imatur keratinosit di lapisan


epidermis dan dermis dimana terjadi proses penebalan dan papilomatosis diikuti
kornifikasi inkomplit (parakeratosis) dan peradangan kronik (sel T banyak pada lapisan
epidermis terutama CD8+)

PSORIASIS VULGARIS  PSORIASIS PUSTULOSA

• Etiologi pasti tidak diketahui. Diduga jika penggunaan terapi kortikosteroid sistemik
yang tidak tepat (dosis tinggi/jangka waktu lama) dan withdrawal effect akan
menimbulkan gangguan imunologis  reaksi akut  lesi pustul. 4,5

• Didukung faktor genetik: mutasi gen CARD14 dan IL36RN. 4,5

DIAGNOSIS

• Anamnesis  bisul/lenting berisi nanah kecil (2-3 mm) yang muncul secara mendadak
dan faktor presdiposisi (stress, infeksi: sakit gigi, TB, dll).

• PF umum  cari infeksi fokal (karies dentis, nyeri tekan suprapubik, dll)

• PF kulit  distribusi: regional/generalisata, mutiple, diskret, anular, ukuran 2-3 mm,


berbatas tegas, menonjol berupa lesi pustul ± lake of pus dengan dasar makula eritema.

• PP  darah lengkap (leukositosis dan LED ↑), urinalisa (menyingkirkan DD/ ISK
asimptomatik), pewarnaan gram pus dari lesi kulit (pus steril umumnya hasilnya negatif),
histopatologi.

15
HISTOPATOLOGIS

Perubahan lesi:

- Hiperkeratosis lapisan epidermis (parakeratosis – akantosis) dan dermis (papilomatosis)


disertai elongasi seragam rete ridge.

- Infiltrasi sel radang pada lapisan epidermis & dermis.

- Mikroabses munro

- Kapiler lebih berkelok dan vasodilatasi

16
Psoriasis pustulosa  khas Kojog’s spongiform pustule (pustul subkorneal spongiform:
akumulasi sel radang dibawah stratum korneum menyerupai sponge) dan kerusakan keratinosit.

DIAGNOSA BANDING

17
TATALAKSANA

Prinsip tatalaksana: 1,4

- Umum  edukasi mengenai penyakit dan pengobatannya.

- Khusus

• Terapi topikal

18
• Fototerapi

• Terapi sistemik

TERAPI TOPIKAL

• Kortikosteroid (glukokortikoid)

 Mekanisme: Inhibisi NF-ᴋB (regulasi ekspresi gen sitokin proinflamasi)  ↓ peradangan.

 Pemilihan steroid potensi tinggi 2x1 dioles pada lesi selama 2-4 minggu lalu dipakai
intermediet (weekends)  perbaikan muncul dalam 2-4 mg.

 DOC psoriasis ringan-sedang terutama lesi flexura & kelamin.

 ES: takifilaksis, supresi HPA axis, atrofi epidermis dan dermis, striae, talengiektasis,
rebound effect.

• Emolien (pelembab)  urea 10%

 Mekanisme: mengisi celah diantara stratum korneum  mencegah kekeringan, ↓ rasa


gatal, ↓ ketebalan skuama.

 Sebagai terapi tambahan  diaplikasikan setelah mandi (hidrasi kulit ↑).

FOTOTERAPI

• Mekanisme: sinar akan menekan aktivitas sel limfosit T pada epidermis secara selektif
dengan merubah respon imun Th1-Th2 dan apoptosis sel  ↓ peradangan.

• Macam:

1. UVB: BB-UVB & NB-UVB (310-331 nm)

2. PUVA (psoralen dan UVA)

• ES penggunaan NB-UVB umumnya lebih rendah dibandingkan BB-UVB dan PUVA

• ES: photodamage, erupsi kulit, ↑ aging, cancer.

TERAPI SISTEMIK

• Kortikosteroid sistemik

 Pemakaiannya harus hati-hati. Umumnya menunjukan perbaikan dengan cepat lalu butuh
dosis lebih tinggi untuk mengontrol gejala.

19
 Menunjukan withdrawal effect pada kasus penggunaan long term dengan dosis yang tidak
terkontrol sehingga penyakit relap bahkan menjadi bentuk yang lebih berat (psoriasis
pustulosa/PPG/eritroderma)

 KS sistemik sendiri sebenarnya merupakan terapi pilihan utama untuk kasus psoriasis
berat.

• Metrotrexat (MTX)  pilihan terapi psoriasis berat & terapi psoriasis long term, lebih
aman dibandingkan steroid sistemik.

 Mekanisme: inhibisi enzim dihidrofal reduktase (metabolisme purin & pirimidin)  ↓


proliferasi epidermis; akumulasi adenosin anti-inflamasi.

 Mulai terapi dengan dosis 2,5 mg lalu di ↑ pertahap sampai dosis terapi (rerata: 10-15
mg/minggu; max: 25-30 mg/minggu) dilaporkan akan ↓ keparahan 50-75%. Umumnya
efek akan muncul dalam 1-2 bulan setelah fototerapi.

 ES: hepatotoksik, supresi sum-sum tulang, fibrosis paru, reaksi kulit, gangguan janin

 Selalu monitor fungsi hati dan darah lengkap per minggu sampai dosis terapi tercapai lalu
↓ 1-2 bulan sekali

 KI: kehamilan, menyusui, alkoholik, gangguan fungsi hati dan ginjal, ↓ fungsi paru, dan
infeksi berat.

• Siklosporin A (derivat Tolypocladium inflatum)

 Mekanisme: berikatan dengan siklopilin dan memblokade calcineurin sehingga ↓ prod


sitokin pro inflamasi  ↓ peradangan

 Dosis 2-5 mg/kg/hari

 ES: nefrotoksik, induksi hipertensi (diterapi dengan golongan CCB), neurogenik (tremor,
sakit kepala) pada terapi short term

• Acritretin

 Mekaisme: berikatan dengan reseptor asam retinoid untuk menormalisasi keratinisasi dan
proliferasi lapisan epidermis

20
BIOLOGIC AGENT

• Mekanimse: blokade molekul spesifik

• Efektifitas sama dengan MTX dengan efek samping hepatotoksik lebih rendah namun
harganya mahal sehingga indikasi pemberiannya hanya pada kasus psoriasis yang tidak
berespon pada MTX.

• Macam:

1. Anti TNF α (etanercept, infliximab, adalixumab).

2. Alefacept  IgG yang dikombinasi human LFA-3  hambat aktivitas limfosit T

3. Efalizumab  Antibodi monoklonal humanized  hambat aktivitas limfosit T.

• ES: imunosupresi

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuliastuti. Psoriasis. CDK-235. 2015. vol42; 12.

2. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. 2012. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine ed VIII. McGraw-Hill Companies. United States.

3. Brzewski PL, Spalkowska M, Pelc AW, et al. DermatoAlergol. 2013 Apr;30(2):77-84.

4. Menaldi SLSW. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed 7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.

5. Westpal DC, Schnetti APD, Santos M. An Bras Dermatol. 2016 Sept-Oct; 91(5): 664-
666.

21
22

Anda mungkin juga menyukai