405140024
Aborsi
Pengguguran kandungan menurut hukum Indonesia
tindakan penghentian kehamilan ( ada unsur kesengajaan)
sebelum waktunya dilahirkan.
Tidak membatasi usia kehamilan, tidak mempersoalkan
apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut telah lahir
bayi hidup atau bayi mati
Yang terpenting saat tindakan itu dilakukan, kandungan tsb
masih hidup
Tidak melihat alasan atau indikasi dilakukannya tindakan
pengguguran kandungan
Pembun Ibu
uhan Kandung
anak Takut
Motivasi
Sendiri ketahua
psikis
n
Baru
Waktu
lahir
UU KUHP yg mengancam kejahatan
pembunuhan anak sendiri
KUHP 341 : Pembunuhan anak sendiri tanpa rencana ( max
7 thn)
KUHP 342 : Pembunuhan anak sendiri dgn rencana (max 9
thn)
KUHP 343 : Org lain yg melakukannya/turut melakukan
(pembunuhan biasa)
KUHP 305 : membuang (menelantarkan) anak < 7 thn
(max 5 thn 6 bln)
KUHP 306 : bila berakibat luka berat/ mati (max 7
setengah-9 thn)
KUHP 307 : bila pelaku ayah/ ibu : ditambah sepertiganya
KUHP 308 : ibu membuang anaknya yg baru lahir
PASAL-PASAL KUHP
Pasal 341 KUHP
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7
tahun
Pasal 342 KUHP
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9
tahun
Pasal 343 KUHP
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain
yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana
3 FAKTOR PENTING DARI PASAL-PASAL KUHP
Ibu
Waktu
Psikis
37
Pengertian
Kekerasan terhadap perempuan
Segala bentuk tindak kekerasan berbasis gender yang
berakibat atau mungkin berakibat menyakiti secara fisik,
seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan,
termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau
perampasan semena-mena kebebasan baik yang terjadi
dilingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi
(Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap perempuan
Pasal 1 tahun 1993)
Dampak KtP
Gangguan Fisik dan Mental
Gangguan Kesehatan Reproduksi
Kehamilan yang tidak diinginkan
Penularan melalui hubungan seksual
Komplikasi Kehamilan
Gangguan Emosi dan Perilaku
Penyalahgunaan obat dan alkohol
Depressi, stress pasca trauma
Kekerasan terhadap anak
Perlakuan dari orang dewasa atau anak yang usianya lebih tua
dengan menggunakan kekuasaan atau otoritasnya, terhadap
anak yang tidak berdaya yang seharusnya berada dibawah
tanggung jawab dan atau pengasuhnya
Kekerasan anak meliputi : Kekerasan fisik, kekerasan seksual
maupun kekerasan emosional
UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT)
Pasal 21 :
1. Dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada korban, tenaga kesehatan harus :
a. Memeriksa kesehatan korban sesuai
dengan standar profesi
b.Membuat laporan tertulis hasil
pemeriksaan thd korban dan VER atas
permintaan penyidik kepolisian atau
surat keterangan medis yg memiliki
kekuatan hukum yang sama sebagai
alat bukti
2. Pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan di
sarana kesehatan milik pemerintah,
41 pemda atau masyarakat
Bentuk dan jenis kekerasan
Bentuk kekerasan dikategorikan dalam 5 kelompok
Kekerasan seksual
Kekerasan fisik
Kekerasan psikis
Gabungan 2 atau 3 gejala diatas
Penelantaran (pendidikan, gizi, emosional)
Dokter forensik
VeR
visum korban hidup dan etika
Peranan dan Fungsi
Visum et Repertum
Visum et repertum adalah salah satu bukti yg sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHAP.
Turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana
terhadap kesehatan dan jiwa manusia
Menguraikan segala sesuatu tntg hasil pemeriksaan medik yg
tertuang di dalam pemberitaan, yg karenanya dpat dianggap
sebagai pengganti benda bukti
Memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil
pemeriksaan medik tsb yg tertuang di dalam bagian
kesimpulan.
Prosedur Permintaan VetR Korban Hidup
1. Permohonan harus secara tertulis, tidak dibenarkan secara lisan
melalui telepon atau pos
2. Korban adalah barang bukti, maka permohonan surat Visum et
Repertum harus diserahkan sendiri oleh petugas kepolisian bersama:
korban, tersangka, atau barang bukti lain kepada dokter
3. Tidak disarankan mengajukan permintaan Visum et Repertum
tentang sesuatu peristiwa yang telah lampau, mengingat rahasia
kedokteran
4. Permintaan diajukan kepada dokter ahli pemerintah sipil atau ahli
kedoteran kehakiman pemerintah sipil untuk korban yang meninggal
dunia
Pembuatan VeR
Untuk membuat VeR:
– Korban harus datang diantar petugas
– Surat permintaan VER ditanda tangani penyidik
– Dokter pemeriksa mencocokkan nama tersebut dalam surat
dengan korban, bila tidak sesuai harap dikembalikan kepada
penyidik
– Petugas pengantar menulis nama, pangkat dan jabatan serta
tanda tangan.
VISUM ET REPERTUM
(ALUR IDEAL PUSAT
VISUM ET REPERTUM PENANGANAN KEKERASAN PENYIDIK POLRI
TERPADU)
(ALUR NORMAL KUHP) VISUM ET REPERTUM
(ALUR DI LAPANGAN)
ALUR YANG DAPAT
DITEMPUH RELAWAN
KORBAN + RELAWAN (PENDAMPING) DOKTER SPESIALIS
FORENSIK & MEDIKOLEGAL
DOKTER :
PENYIDIK POLRI
OBTETRI-GINEKOLOGI
PSIKIATER
BIDANG SPESIALIS LAIN
UMUM
DOKTER SPESIALIS
FORENSIK & MEDIKOLEGAL
ALUR PEMERIKSAAN FORENSIK KLINIK
KORBAN + SURAT PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM Keterlibatan dokter
forensik dalam hal
ini adalah di dalam
DOKTER : pemeriksaan
OBTETRI-GINEKOLOGI
maupun pembuatan
BEDAH
BIDANG SPESIALIS LAIN
visum et repertum,
UMUM mengedit, agar
bahasa dalam
pembuatan visum et
repertum dapat
DOKTER SPESIALIS dimengerti dan
FORENSIK dipahami oleh aparat
penegak hukum
serta pihak
VISUM ET REPERTUM penasehat hukum
Sistematika pemeriksaan pada korban
kejahatan seksual
Fungsi penyelidikan ditujukan untuk
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda persetubuhan
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda kekerasan
Memperkirakan umur
Menentukan pantas tidaknya korban untuk kawin
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
persetubuhan
Persetubuhan : suatu peristiwa dimana alat
kelamin laki-laki masuk ke dalam alat kelamin
perempuan, sebagian seluruhnya dan dengan
atau tanpa terjadinya pancaran air mani
Tanda-tanda persetubuhan :
Tanda tidak pasti
terdapat robekan pada selaput dara menunjukkan
adanya benda (padat/kenyal) yang masuk
Tanda pasti
adanya ejakulasi (pancaran air mani) pada
pemeriksaam diharapkan ditemukan sperma di dalam
liang vagina
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda kekerasan
Kekerasan tidak selamanya meninggalkan luka /bekas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Penampang benda
Daerah yang terkena kekerasan
Kekuatan dari kekerasan itu sendiri
Adanya racun serta gejala-gejala akibat dari obat bius / racun pada korban
Faktor waktu
Memperkirakan umur
Merupakan pekerjaan yang paling sulit, tidak ada satu metode
apapun yang dapat memastikan umur seseorang dengan tepat.
Pada kasus kejahatan seksual dalam kasus perkosaan yang
dimaksud dalam KUHP pasal 285 atau yang tidak dilakukan
pada seorang yang dalam keadaan tidak berdaya (KUHP pasal
286), penentuan umur atau perkiraan umur tidak diharuskan
Perkiraan umur diperlukan untuk menentukan apakah
seseorang itu sudah dewasa (>21tahun), khususnya pada kasus
homoseksual atau lesbian.
Perkiraan umur juga diperlukan pada kasus dimana pasal 287
KUHP dapat dikenakan pada pelaku kejahatan
Menentukan pantas tidaknya korban untuk kawin
Pengertian pantas tidaknya korban untuk kawin tergantung
dari :
Apakah korban telah siap untuk dibuahi yang dimanifestasikan
dengan sudah pernah mengalami menstruasi
Pada UU perkawinan pasal 7 ayat 1 berbunyi :
Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
tahun
Yang perlu diketahui dalam kasus
kejahatan seksual
Sperma masih dapat diketemukan dalam keadaan bergerak
dalam vagina sampai 4-5 jam setelah persetubuhan
Pada orang yang hidup sperma masih dapat diketemukan
(tidak bergerak) sampai sekitar 24-36 jam setelah
persetubuhan : sedangkan pada orang yang sudah mati
masih dapat diketemukan dalam vagina paling lama 7-8 hari
setelah persetubuhan
Pada laki-laki yang sehat air mani yang keluar setiap
ejakulasi sebanyak 2-5 ml, yang mengandung sekitar 60 juta
sperma setiap milimeternya dan sebanyak 90% dari jumlah
tersebut dalam keadaan bergerak (motile)
Untuk menjaga keaslian barang bukti / korban, maka korban
tidak perkenankan untuk membersihkan diri atau mengganti
pakaian; hal ini dimaksudkan supaya bercak air mani atau
mani yang ada tidak hilang, demikian dengan bukti lain
seperti bercak darah, rambut, pasir, dsb. Korban harus
Untuk mencari bercak air mani yang mungkin tercecer di TKP , misal
pada sprei atau kain maka barang-arang tersebut disinari dengan
cahaya UV, dimana bagian yang mengandung bercak mani akan
berfluoresensi putih, bagian ini harus diambil dibawa ke laboratorium
Jika pelaku kejahatan segerea tertangkap tidak setelah kejadian
kepala glans penis harus diperiksa (mencari sel epitel vagina yang
menempel)
VeR yang baik harus mencakup dan menjelaskan ke-4 hal diatas
dengan disertai perkiraan waktu terjadinya persetubuhan
Dalam kesimpulan, dokter tidak akan dan tidak boleh mencantumkan
kata pemerkosaan oleh karena kata tersebut secara yuridis dalam hal
“paksaan”
Untuk mencegah hal-hal yang negatif, maka sewaktu
pemeriksaan dilakukan pemeriksa perlu didampingi orang
ketiga (juru rawat, polwan)
Robekan bari pada selaput dara dapat diketahui jika daerah
tersebut masih terlihat darah atau tampak kemerahan. Letak
robekan selaput dara pada persetubuhan pada umunya di
bagian belakang, letak robekan dinyatakan sesuai dengan
menurut angka pada jam
Bite Marks atau bekas gigitan / jejas gigi sering didapatkan
pada tubuh kornan kejahatan seksual dan pada korban
kejahatan lainnya.
Bagan kejahatan seksual dalam kaitan dengan
persetubuhan yang dapat dikenakan hukuman
Persetubuhan
Dalam
Diluar
perkawinan
perkawinan
(pasal 288)
Dengan Tanpa
persetujuan si persetujuan si
perempuan perempuan
Dengan Si perempuan
Umur si Umur si
kekerasan/ dalam keadaan
perempuan > perempuan <
ancaman pingsan/tidak
15 th (pasal 15 th (pasal berdaya (pasal
kekerasan
284) 287) 286)
(pasal 285)
Hasil pemeriksaan yang diharapkan pada korban
kejahatan seksual