Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

Disusun oleh :
Putu Devara Karunia Esa – 406181061

Pembimbing :
Dr. Eko Sugihanto, Sp.PD, FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD RAA SOEWONDO PATI
PERIODE 21 OKTOBER – 30 DESEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Sindroma Koroner Akut
• Definisi
• Sindroma dari manifestasi plak aterosklerosis pada arteri koroner di jantung,
yang mengakibatkan terjadinya iskemik hingga infark pada miokard (sel otot
jantung)

• Klasifikasi
• Unstable Angina Pectoris (UAP)
• Non-ST Elevation Myocadial Infarction (NSTEMI)
• ST Elevation Myocadial Infarction (STEMI)
Sindroma Koroner Akut
• Epidemiologi
• WHO (2012)  mortalitas dan morbiditas tertinggi
• Amerika Serikat (AHA)  penderita SKA 1,5 jt jiwa
• UAP dan NSTEMI sebanyak 1,1 juta jiwa (80%)
• STEMI sebanyak 400.000 jiwa (20%)
• Di Indonesia (Survei Kesehatan Nasional)  SKA penyebab kematian utama
• Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (2010) 
• IMA <45 tahun : 92 jiwa dari 962 penderita IMA (10,1%)  2006
• 117 jiwa penderita IMA (10,7%) usia muda dari 1.096  2007
Sindroma Koroner Akut

Faktor yang dapat dikendalikan Faktor yang tidak dapat dikendalikan

• Dyslipidemia • Jenis kelamin


• Diabetes mellitus • Usia
• Hipertensi
• Obesitas • Herediter/genetik/penyakit
• Sindroma metabolik bawaan
• Hiperhomosisteinemia
• Inflamasi/infeksi
• Merokok
• Aktivitas fisik, pola makan dan
emosional
Patogenesis Aterosklerosis
Sindroma Koroner Akut

• Gejala Khas :
• Angina pektoris atau rasa tidak nyaman/nyeri di dada (posisi :
retrosternal, substernal/precordial, epigastrium yang menjalar
ke leher, rahang bawah, bahu kiri, lengan kiri hingga nyeri
spesifik pada jari ulnar)
• Terjadi saat istirahat/dengan aktivitas yang minimal biasanya
berlangsung >10 menit atau >20 menit
• Terjadi dengan pola kresendo pada kualitas, onset dan
frekuensi nyeri dada (semakin berat, memanjang/onset
makin panjang dan lebih sering daripada sebelumnya)
• Biasanya dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin,
nyeri dada tidak kunjung membaik
Sindroma Koroner Akut

• Gejala Tidak Khas :


• Efek Simpatik : Diaforesis, dingin dan kulit lembab (cool and clammy
skin)
• Efek parasimpatik : Mual, muntah, lemas

• Pemeriksaan Fisik :
• JVP meningkat
• Jantung
• S3 Gallop
• Sistolik murmur
• Pulmo
• Ronki
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
• Penatalaksaan
• Tindakan umum dan langkah awal
1. Di dalam ruang kegawat daruratan  ps dibaringkan apabila nyeri dada disertai sesak
napas  elevasi bgn kepala 30-450
2. Sumplementasi oksigen tanpa mempertimbangkan saturasi oksigen
3. Berikan nitrogliserin spray/tablet salut sublingual
• Jika masih nyeri dpt diberikan ulang setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali
• Jika masih nyeri diberikan nitrogliserin IV
4. Berikan aspirin 160-320 mg (2-4 tablet) diberikan segera pada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin
5. Berikan clopidogrel 300 mg (4 tablet) dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75
mg/hari
6. Morfin sulfat 1-5 mg IV dapat diulang setiap 10-30 menit (bila ps tidak berespon dg
terapi 3 dosis nitrogliserin sublingual)
MANAJEMEN JANGKA PANJANG DAN
PENCEGAHAN SEKUNDER
1. Aspirin diberikan seumur hidup, apabila dapat ditoleransi pasien
2. Pemberian penghambat reseptor ADP dilanjutkan selama 12 bulan kecuali bila risiko
perdarahan tinggi
3. Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan kolesterol LDL <70
mg/dL
4. Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri
(LVEF ≤40%)
5. ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40% dan yang
menderita gagal jantung, diabetes, hipertensi, atau PGK, kecuali diindikasikontrakan
• ACE-I juga disarankan untuk pasien lainnya untuk mencegah berulangnya kejadian iskemik, dengan
memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya
6. ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan memilih agen dan
dosis yang telah terbukti efikasinya
7. Antagonis aldosteron disarankan pada pasien setelah MI yang sudah mendapatkan
ACE-I dan penyekat beta dengan LVEF ≤35% dengan diabetes atau gagal jantung,
apabila tidak ada disfungsi ginjal yang bermakna (kreatinin serum >2,5 mg/dL pada
pria dan >2 mg/dL pada wanita) atau hiperkalemia
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai