Oleh:
Deanita Rahmanda Putri, S.Ked
04084821719225
Pembimbing:
dr. Yustina, SpB, MARS
Oleh:
Deanita Rahmanda P, S.Ked
04084821719225
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Bedah RSUD H.M. Rabain Muara Enim Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya periode 13 Agustus 2018 – 22 Oktober 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Struma Nodusa Non
Toksik”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik di
Departemen Ilmu Bedah RSUD H.M. Rabain Muara Enim Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yustina, SpB,
MARS selaku dokter pembimbing laporan yang telah membantu dalam penyelesaiannya.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. oleh karena itu,
penulis mengharapkan bantuan dari dokter pembimbing dan rekan mahasiswa untuk memberi
saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga telaah ilmiah ini membawa manfaat
bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh penambahan jaringan
kelenjar tiroid itu sendiri. Pembesaran kelenjar tiroid ini ada yang menyebabkan perubahan
fungsi pada tubuh dan ada juga yang tidak mempengaruhi fungsi. Struma merupakan suatu
penyakit yang sering dijumpai sehari-hari, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
teliti, struma dengan atau tanpa kelainan fungsi metabolisme dapat didiagnosis secara
tepat.(1,2)
Struma merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan yodium sebagai unsur
utama dalam pembentukan hormon T3 dan T4 sehingga untuk mengimbangi kekurangan
tersebut, kelenjar tiroid bekerja lebih aktif dan memnimbulkan pembesaran yang mudah
terlihat di kelenjar tiroid.1
Struma dapat diklasifikasikan berdasarkan fisiologis yaitu termasuk di dalamnya
eutiroidisme, hipotiroidisme, dan hipertiroidisme. Berdasarkan morfologi dibedakan atas
struma hyperplastica diffusa, struma colloides diffusa dan struma nodular serta berdasarkan
kliis dibedakan atas struma toksik dan struma non toksik.3
Struma nodosa merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16%
perempuan dan 4% laki-laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah
dibuktikan oleh suatu penyelidikan.untuk itu haruslah tanggap dalam menghadapi penyakit ini
dengan melihat kondisi pada penderita. Penyembuhan penyakit ini dilakukan dengan
pengobatan dan trapi TSH oleh tiroksin serta pembedahan dilakukan apabila srtuma menjadi
besar.4
Penderita struma nodosa biasanya tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, nodul mungkin tunggal, tetapi kebanyakan berkembang
menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Deregenerasi jaringan menyebabkan kista atau
adenoma karena pertumbuhannya yang sering berangsur-angsur hingga struma menjadi besar
tanpa gejalah kecuali benjolan di leher, sebagian penderita dengan strauma nodosa dapat
hidup dengan strumanya tanpa adanya gangguan.2,3
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identifikasi
Nama : Tn. Z
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Padang Bindu, Muara Enim
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
MRS : 17 September 2018
No. RM : 143699
II. Anamnesis
2.1. Keluhan Utama
Benjolan pada leher kanan sejak 2 bulan yang lalu.
2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke poli bedah RSUD H.M. Rabain Muara Enim dengan
keluhan adanya benjolan pada leher kanan sejak 2 bulan sebelum masuk RS.
Benjolan lebih kurang sebesar telur ayam kampung dengan konsistensi lunak, dan
ikut bergerak saat menelan. Pasien tidak merasakan nyeri maupun kemerahan
pada benjolan. Gangguan menelan, sesak napas, suara serak, demam, mual,
muntah, sering berkeringat, rasa berdebar-debar, gemetaran maupun gangguan
tidur disangkal pasien. Pasien juga tidak mengeluh adanya benjolan di tempat
lain. Penurunan berat badan dan peningkatan nafsu makan juga disangkal pasien.
BAK lancar tidak ada keluhan, BAB normal, tidak ada diare. Di daerah sekitar
tempat tinggal pasien tidak ada yang menderita keluhan yang sama. Pola makan
pasien sehari-hari menggunakan garam beryodium.
2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat terpapar radiasi(-), riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-).
2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama (-).
2
III. Pemeriksaan Fisik (19-9-2018)
3.1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 84x/menit
Laju pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,7˚C
3
Genitalia :
Tidak dilakukan pemeriksaan
(I) Terlihat benjolan pada leher kanan, berbentuk bulat, benjolan ikut
bergerak keatas saat pasien menelan ludah, tidak ada tanda-tanda radang.
(tampak tenang).
(Pa) Teraba benjolan, tunggal, ukuran 3cm x 2cm x 3cm, konsistensi kenyal,
padat, ikut bergerak saat menelan, batas tegas, nyeri tekan (-), pembesaran
KGB regional (-), suhu raba normal, tidak teraba adanya bruit.
(Pa) Tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-), suhu raba normal, pembesaran KGB
(-)
TANDA-TANDA HIPERTIROIDISME :
4
IV. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Pemeriksaan Laboratorium (14-8-2018)
5
Kesan:
Tiroid kanan : ukuran membesar, volume 18,86 cc, parenkim inhomogen.
Tampak massa kistik dengan gambaran fluid-fluid level, disertai bagian solid di
tepinya, berukuran 2,83 x 2,37 x 3,13 cm. Tampak nodul hipodens berdiameter
0,78 cm. Tidak tampak kalsifikasi.
Tiroid kiri : ukuran tidak membesar, volume 1,67 cc, parenkim homogen tidak
tampak nodul/massa. Tidak tampak kalsifikasi. Tidak tampak nodul hipoechoic di
colli bilateral.
Kesan :
- Struma disertai massa kistik kompleks dan nodul solid tiroid kanan.
- Tiroid kiri tidak tampak kelainan.
-
V. Diagnosis Banding
- Struma Nodusa Non Toksik
- Adenoma Tiroid
- Karsinoma Tiroid
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
7
parathyroidea superior dan inferior di daerah posterior dan anastomosis terletak di antara
arteria thyroidea superior dan inferior.6
Batas-batas isthmus:6
1. Ke anterior: musculus sternothyroideus, musculus sternohyoideus, vena jugularis
anterior, fascia, dan kulit
2. Ke posterior: cincin trakea kedua, ketiga, dan keempat
Cabang-cabang terminal arteria thryoidea superior beranastomosis sepanjangan
pinggir atas isthmus.6
8
cabangnya.6
Arteria thyroidea ima, jika ada merupakan cabang dari arteria brachiocephalica
atau arcus costae. Berjalan ke atas di depan trakea menuju isthmus.6
9
Gambar 3. Vaskularisasi kelenjar tiroid
Cairan limfe dari glandula thyroidea terutama mengalir ke lateral ke dalam nodi
lymphoidei cervicales profundi. Beberapa pembuluh limfe berjalan turun ke nodi
lymphoidei paratracheales.6
Histologi
Kelenjar tiroid merupakan organ endokrin yang selnya tersusun oleh folikel
(folliculus). Setiap folikel dikelilingi oleh serat retikular dan suatu anyaman kapiler yang
memudahkan hormon tiroid masuk ke dalam aliran darah. Epitel folikel dapat berupa
10
epitel selapis gepeng, kuboid, atau kolumnar rendah, tergantung pada keadaan aktivitas
kelenjar tiroid.
Folikel adalah unit struktural dan fungsional kelenjar tiroid. Sel yang
mengelilingi folikel, yaitu sel folikular (thyrocytus T), juga disebut cellula principalis,
menyintesis, melepaskan, dan menyimpan produknya di luar sitoplasma, atau
ekstraseluler, di lumen folikel sebagai substansi gelatinosa, yaitu koloid (colloidum).
Koloid terdiri atas tiroglobulin, suatu glikoprotein beriodin yang merupakan bentuk
simpanan hormon tiroid yang tidak aktif.10
Selain sel folikular, kelenjar tiroid juga mengandung sel parafolikular
(thyrocytus C) terpulas pucat yang lebih besar. Sel ini ditemukan di tepi epitel folikel atau
di dalam folikel. Jika sel parafolikular terletak di dalam suatu folikel, sel ini biasanya
terpisah dari lumen folikel oleh sel-sel folikular sekitarnya.10
Fisiologi
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yaitu triidodothyronin (T3) dan
tetraiodo-thyronine (T4). Hormon berfungsi mengatur sistem metabolisme tubuh.
11
Produksi hormon tiroid diatur oleh otak melalui Thyrotropin Releasing Hormone
(TRH) dan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Jika TSH meningkat maka kerja
kelenjar tiroid dalam memproduksi hormon T3 meningkat. Hal sebaliknya terjadi bila
TSH menurun.2
Kerja TSH juga diatur oleh jumlah hormon tiroid yang beredar dalam darah. Jika
T3 dan T4 berlebihan dalam darah, maka TSH akan menurun agar kelenjar tiroid
mengurangi produksi hormon dan sebaliknya (feedback mechanism).2
12
sangat sering dijumpai sehari-hari, dan harus diwaspadai tanda-tanda keganasan yang
mungkin ada.8
3.2.2. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
a. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah
yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah
pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang
kedelai).
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide, sulfonylurea
dan litium).
3.2.3. Patogenesis
Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui dengan jelas, bisa terdapat gangguan
enzim yang penting dalam sintesis hormon tiroid atau konsumsi obat-obatan yang
mengandung litium, propiltiourasil, fenilbutazone, atau aminoglutatimid.9 Iodium merupakan
semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang
mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling
banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin
yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari
sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan
dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat
sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan
TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
13
3.2.4. Gejala Klinis
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipo- atau hipertiroidisme. Yang penting pada diagnosis Struma nodosa nontoksik adalah
tidak adanya gejala toksik yang disebabkan oleh perubahan kadar hormon tiroid, dan pada
palpasi dirasakan adanya pembesaran kelenjar tiroid pada salah satu lobus. Biasanya tiroid
mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Karena pertumbuhannya berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali
benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan
strumanya tanpa keluhan.10
Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah bejolan tersebut benar adalah
kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening. Perbedaannya terasa pada saat pasien diminta untuk
menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan akan ikut bergerak saat menelan,
sementara jika tidak ikut bergerak maka harus dipikirkan kemungkinan pembesaran kelenjar
getah bening leher. Pembesaran yang teraba harus dideskripsikan:
3. Pemeriksaan radiologis
a. Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea atau pembesaran struma
retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga. Foto rontgen
leher posisi AP dan lateral biasanya menjadi pilihan.
b. USG tiroid yang bermanfaat untuk menentukan jumlah nodul, membedakan antara
lesi kistik maupun padat, mendeteksi adanya jaringan kanker yang tidak menangkap
iodium dan bisa dilihat dengan scanning tiroid.
c. Scanning Tiroid dasarnya adalah presentasi uptake dari I 131 yang didistribusikan
tiroid. Dari uptake dapat ditentukan teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama
ialah fungsi bagian-bagian tiroid (distribusi dalam kelenjar). Uptake normal 15-40%
dalam 24 jam. Dari hasil scanning tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu cold
nodule bila uptake nihil atau kurang dari normal dibandingkan dengan daerah
disekitarnya, ini menunjukkan fungsi yang rendah dan sering terjadi pada
neoplasma. Bentuk yang kedua adalah warm nodule bila uptakenya sama dengan
sekitarnya, menunjukkan fungsi yang nodul sama dengan bagian tiroid lain.
Terakhir adalah hot nodule bila uptake lebih dari normal, berarti aktifitasnya
berlebih dan jarang pada neoplasma.
4. FNAB. Pemeriksaan histopatologis akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat agar jangan
sampai menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.
15
3.2.7 Tatalaksana
Tindakan operatif masih merupakan pilihan utama pada Struma nodosa nontoksik.
Macam-macam teknik operasinya antara lain :
a. Lobektomi, yaitu mengangkat satu lobus, bila subtotal maka kelenjar disisakan seberat 3
gram
b. Isthmolobektomi, yaitu pengangkatan salah satu lobus diikuti oleh isthmus
c. Tiroidektomi total, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroid
d. Tiroidektomi subtotal bilateral, yaitu pengangkatan sebagian lobus kanan dan sebagian
kiri, sisa jaringan 2-4 gram di bagian posterior dilakukan untuk mencegah kerusakan pada
kelenjar paratiroid atau N. Rekurens Laryngeus
Tindakan Pembedahan
4. Kosmetik
16
Kontraindikasi pada operasi struma :
2. Struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik lain yang belum terkontrol
3. Struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan yang biasanya
karena karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering dari tipe anaplastik yang
jelek prognosisnya. Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat sekaligus
dilakukanreseksi trakea atau laringektomi, tetapi perlekatan dengan jaringan lunak leher
yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.
Bila kasus yang dihadapi adalah inoperable maka dilakukan tidakan biopsi insisi untuk
keperluan pemeriksaan histopatologis. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi
eksterna atau kemoradioterapi. Bila nodul tiroid suspek maligna yang operable atau suspek
benigna dapat dilakukan tindakan isthmolobektomi atau lobektomi. Jika setelah hasil PA
17
membuktikan bahwa lesi tersebut jinak maka operasi selesai, tetapi jika ganas maka harus
ditentukan terlebih dahulu jenis karsinoma yang terjadi.
b. Dispneu
d. Paralisis N. Laryngeus Superior. Akibatnya suara penderita menjadi lenih lemah dan sukar
mengontrol suara nada tinggi, karena terjadi pemendekan pita suara oleh karena relaksasi
M. Krikotiroid. Kemungkinan nervus terligasi saat operasi
18
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, pasien perempuan 47 tahun datang dengan keluhan utama benjolan
pada leher yang disadari sejak ± 2 bulan yang lalu, benjolan lebih kurang sebesar telur ayam
kampung. Melalui pemeriksaan fisis, ditemukan status generalis sakit sedang, gizi cukup,
composmentis, status vitalis dalam batas normal, status regional dalam batas normal, status
lokalis pada regio colli dekstra, inspeksi didapatkan tampak benjolan sebesar bola golf, ikut
gerak menelan, warna kulit sama dengan sekitarnya. Pada inspeksi, benjolan ikut gerak
menelan, menunjukkan benjolan tersebut berasal dari glandula thyroidea. Dapat disimpulkan
bahwa benjolan yang ada pada leher pasien adalah struma.
Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan
oleh isthmus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar
ini pada fasia pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan
terangkatnya kelenjar ke arah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid
Menurut bentuk pembengkakan pada leher, struma dapat bersifat difus ataupun
nodusa. Pada palpasi teraba satu benjolan pada thyroid ukuran 3 x 2 x 3 cm ikut gerakan
waktu menelan, batas tegas, permukaan rata, konsistensi padat kenyal. Tidak ditemukan
adanya pembesaran kelenjar getah bening pada regio Colli. Dapat disimpulkan bahwa
benjolan tersebut adalah Struma noduler.
Pasien tidak sulit menelan, tidak sesak dan suara tidak berubah, ini menunjukkan tidak
terdapat gejala penekanan lokal glandula thyroidea pada struktur lain di leher, seperti trakea
dan esophagus .
Struma menurut perubahan fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertyroid dan
hipotyroid dibedakan menjadi struma toksik dan nontoksik. Secara klinis, pasien datang
dengan gejala eutyroid, seperti jantung tidak berdebar-debar, berat badan tidak mengalami
penurunan, dan tidak mudah lelah saat beraktivitas serta tangan tidak gemetar. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa pasien ini tidak mengalami gangguan fungsi glandula thyroid
yakni eutyroid, sehingga pasien ini dapat didiagnosa struma nodusa non toksik.
Dari hasil palpasi, benjolan yang teraba terkesan tumor jinak, karena batas tumor jelas,
permukaan tumor rata, menunjukkan tidak terjadi infiltrasi tumor ke jaringan sekitarnya,
perubahan suara tidak menjadi serak, sehingga struma yang terbentuk diperkirakan jinak.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendit, Brahm U., 2002. Buku Ajar Fisologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Rebecca, et al., 2005. Thyroid of Puducherry. Indian Journl Of Clinical
Biochemistry, Vol. 24 , No. 1 hal 52-59.
http://www.unboundmedicine.com/medline.
3. Seymour I.S., 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Schteingert David E., Penyakit Kelenjar Tiroid, Patofisiologi, Edisi Keempat,
Buku Dua, EGC, Jakarta, 1995 : 1071-1078.
5. Liberty Kim H, Kelenjar Tiroid : Buku Teks Ilmu Bedah, Jilid Satu, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 : 15-19.
6. Aru W., Sudoyo, dkk, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
7. Haznam,M. W., 2006. Endokrinologi. Penerbit Angkasa Offset Merdeka,
Bandung.
8. Davis, Anu Bhalla., 2005. Goiter Toxic Nodular. eMedicine.
9. Ketut S., Nengah D.S., 2005. Penyakit Kelenjar Tiroid. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
10.Pirce A.G. Neil R.B., 2006. Surgery at a Glance. Edisi 3. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
11.Schteingert David E., Penyakit Kelenjar Tiroid, Patofisiologi, Edisi Keempat,
Buku Dua, EGC, Jakarta, 1995 : 1071-1078.
20