Anda di halaman 1dari 73

DEFINISI

Kelainan kulit yang merupakan


peradangan berbentuk linier atau
berkelok-kelok, menimbul dan
progresif, disebabkan oleh larva
cacing tambang yang berasal dari
anjing dan kucing.

Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:


FK UI

Sinonim : cutaneus larva migrans,


dermatosis linearis migrans,
sandworm disease

Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:


FK UI

Kelainan kulit khas berupa garis lurus


atau berkelok-kelok, progresif, akibat
larva yang kesasar.
Sinonim : ruam menjalar, larva
kesasar, larva menjalar

Siregar, RS. 2003. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.


Palembang: EGC

Kelainan kulit yang disebabkan oleh


penetrasi larva nematoda dari
berbagai cacing kait ke bawah kulit

Natadisastra, Djaenudin. 2005. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari


Organ Tubuh yang Diserang. Jatinangor: EGC

Epidemiologi
Penyakit ini banyak terdapat didaerah tropis atau
subtropis yang hangat dan lembab, misalnya di
Afrika, Amerika Selatan dan Barat, serta Indonesia
(Aisahet al, 2010).
Di dunia diperkirakan 574.000.000-740.000.000
orang terinfeksi cacing tambang. Cacing tambang
pernah tersebar secara luas di Amerika Serikat,
khususnya wilayah tenggara, namun perbaikan
dalam kondisi hidup telah mengurangi angka
kejadian infeksi cacing tambang dalam jumlah yang
besar di wilayah tersebut

(CLM) yang paling sering ditemukan


adalah sebagai berikut:
Braziliense Ancylostoma (cacing tambang dan
domestik anjing liar dan kucing) adalah penyebab
paling umum. Hal ini dapat ditemukan di Amerika
Serikat tengah dan selatan, Amerika Tengah, Amerika
Selatan, dan Karibia.
Ancylostoma caninum (cacing tambang anjing)
ditemukan di Australia.
Uncinaria stenocephala (cacing tambang anjing)
ditemukan di Eropa.

Di berbagai daerah di Indonesia,


prevalensi infeksi cacing tambang
berkisar 30-50%. Prevalensi yang
lebih tinggi ditemukan di daerah
perkebunan seperti di perkebunan
karet di Sukabumi, Jawa Barat
(93,1%) dan di perkebunan kopi di
Jawa Timur (80,69%).

Grup yang beresiko adalah mereka yang


pekerjaan atau hobinya berkontak dengan
tanah berpasir yang lembab dan hangat
antara lain sebagai berikut:

Orang yang tidak memakai alas kaki di pantai


Anak-anak yang bermain pasir
Petani
Tukang kebun
Pembersih septic tank
Pemburu
Tukang kayu
Penyemprot serangga

Etiologi & Faktor Resiko


Cutaneous Larva Migrans

Etiologi C.L.M.

Cacing tambang
di Anjing dan
Kucing

Ancylostoma
braziliense/
Ancylostoma
caninum

Faktor Resiko C.L.M.


Daerah tropis dan subtropis
Kontak dengan tanah lembab atau
berpasir yang terkontaminasi dengan
feses anjing/kucing

Morfologi dan Siklus Hidup


Parasit infeksi Cutaneus Larva
Migrans

Morfologi

Siklus Hidup

Siklus Hidup Ancylostoma


braziliense

RESPON IMUNOLOGI CLM

Respon hospes terhadap parasit dalam


tubuh, antara lain:
1. Fagositosis
2. Keradangan
3. Pertumbuhan Abnormal
4. Reaksi Imunologis
5. Reaksi Alergi

1. Fagositosis
Reaksi pertama terhadap invasi MO
asing adalah usaha untuk menelan
dan
memfagositositnya
untuk
dihancurkan. Proses ini dibantu oleh
makrofag dan sel-sel polinuklear serta
lisosim.

2. Peradangan

3. Pertumbuhan Abnormal
Pertumbuhan
abnormal
jaringan
dengan adanya parasit adalah:
1. Hiperplasia, adalah peningkatan
adanya pembelahan sel.
2. Metaplasia,
adalah
transformasi
satu jenis jaringan ke jaringan yang
lain.
3. Neoplasia, adalah pertumbuhan selsel baru.

4. Reaksi Imunologis
Ada dua respon reaksi imunologis
hospes yang terjadi akibat adanya
infeksi parasit, yaitu:
A. Reaksi Seluler.
B. Reaksi Humoral

A. REAKSI SELULER
Reaksi seluler/CMI (Cell Mediated
Inity) adalah reaski imunologis yang
dimediasi oleh sel-sel pertahan tubuh
hospes.
Waktu terbentuknya reaksi tersebut
sampai timbulnya reaksi adalah 24
jam.

Contoh dari reaksi seluler adalah


terbentuknya granuloma disekitar
telur cacing dalam jaringan hati. Hal
ini sebagai bentuk
perlawanan
hospes terhadap parasit jika terjadi
manifestasi sampai di hati.

B. Reaksi Humoral
Reaksi humoral adalah reaksi dimana
dengan adanya antigen, tubuh
memproduksi
imunoglobulin
(antibodi), yang terdiri atas IgG, IgM,
IgA, IgD, dan IgE.
Dari ke-lima imonoglobulin tersebut
IgE merupakan imonoglobulin yang
paling
berperan
dalam
reaksi
imunologis terhadap parasit.

Peran IgE dalam Respon Imun


terhadap parasit, yaitu:
1. Penurunan potensi biologis parasit.
Dimana IgE menekan produksi
merozoit, sehingga produksi telur
yang dihasilkan cacing tersebut
sedikit.
2. Kematian
parasit
yang
diikuti
dengan lisis atau eliminasi parasit,
sehingga terjadi penurunan jumlah
parasit dewasa.

3. Terhambatnya pertumbuhan parasit,


sehingga ukuran parasit dewasa itu
kurang dari normal.
4. Terhambatnya
migrasi
parasit,
sehingga tidak lagi bisa bermigrasi
lewat jaringan tubuh ke organ-organ
lain.

5. Reaksi Alergi
Reaksi alergi pada hospes terjadi
sebagai
akibat
dari
reaksi
imunologis.
Reaksi alergi yang muncul ada yang
cepat
(hipesensibilitas
cepat/immediate), ada pula yang
agak lambat (hipersensibilitas semiretarde), dan ada yang sangat
lambat
(hipersensibilitas
retarde/delayed).

Kerugian dan Keuntungan Reaksi Alergi


Kerugian
Terjadi
reaksi lokal
pada hospes, seperti
efloresensi pada kulit.
Terjadi reaksi lokoregional,
seperti
peningkatan
jumlah
eosinofil.
Terjadi reaksi umum
jika
hospes
telah
memasuki
tahap
komplikasi,
seperti
kolaps kardiovaskuler.

Keuntungan

Terjadinya
ekspulsi,
sehingga
parasit
keluar dari hospes

PATOFISIOLOGI DAN MANIFESTASI


KLINIS
CUTANEOUS LARVA MIGRAINS

Telur pada tinja menetas dipermukaan tanah


dalam waktu 1 hari dan berkembang
menjadi larva infektif tahap ketiga sekitar 1
minggu.
Larva
dapat bertahan hidup
selama
beberapa bulan jika tidak terkena matahari
langsung dan berada dalam lingkungan
hangat dan lembab.

Jika terjadi
kenaikan suhu

Larva akan
mencari
penjamunya
(manusia)

Menempel pada
manusia

Larva infektif
mengeluarkan
protease dan
hialuronidase

Larva
menembus
lapisan
korneum
epidermis

Larva merayap
disekitar kulit
untuk tempat
penetrasi yang
sesuai

Sehingga bisa
bermigrasi
dikulit manusia
melalui jaringan
subkutan

Membentuk
terowongan
yang menjalar
ke tempat lain

Pada hewan, larva


mampu menembus
dermis
dan
melengkapi
siklus
hidupnya
dengan
berkembang biak di
organ dalam.

Pada manusia, larva


tidak memiliki enzim
kolagenase
yang
cukup sehingga larva
tersebut tidak dapat
melanjutkan
perkembangan siklus
hidupnya.

LARVA MASUK KE KULIT

INF.
SEKUNDER

RASA GATAL DAN PANAS

PAPUL

PAPUL ERITEMATOSA
DENGAN LESI BERBENTUK
LINEAR/BERKELOK-KELOK

MEMBENTUK TEROWONGAN
(BURROW)

DITATALAKSANA

SEMBUH

TIDAK DITATALAKSANA

KOMPLIKASI

DIAGNOSIS
CUTANEUS LARVA
MIGRANS

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang

Anamnesis
Identitas pasien.
Keluhan : timbul bintil-bintil merah
Lokasi : Punggung tangan kiri, menjalar ke jari
kelingking.
Onset : Sejak 2 hari yang lalu
Memperingan / Memperberat : ketika digaruk
Kronologi : Tiba Tiba saja timbul.
Keluhan tambahan : Gatal ( > malam hari) , Panas.
RPD, RPK : RKP : sering berlibur ke daerah tropis atau subtropis
( cth.pantai ), tidak menggunakan alas kaki, sering
berjemur tanpa alas, kontak dg pasir dll.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Lesi.
Lesi berupa Papul Vesikel eritema,
Lesi menjalar, berbentuk linier atau
berkelok kelok, d 2-3mm,.
Menimbul / meninggi, serpiginosa,
membentuk burrow.
Regio sesuai port dentre larva
penyebab.

Pemeriksaan Peninjang
CLM

Pemeriksaan
eosinofil

Biopsi kulit

Pemeriksaan
telur
Ancylostoma

Eosinofil sel darah putih


(granulosit) yang berperan dalam
kekebalan tubuh dalam melawan
parasit multiselular dan beberapa
infeksi
Ditemukan pada medulla oblongata
dan sambungan antara korteks otak
besar dan timus, dan di dalam
saluran pencernaan, ovarium, uterus,
limpa dan lymph nodes
NN: 1-3% (sediaan darah tepi x
leukosit total)
Pada kasus CLM,ditemukan
eosinofilia (peningkatan jumlah
eosinofil darah,lebih dari 450
eosinofil/L )
Eosinofilia yang berlebihan (50%90%) ditemukan pada migrasi larva

II. Biopsi Kulit

Untuk kepastian diagnosis sebelum pengobatan


Memberikan jawaban pada informasi klinis
2 cara: biopsi eksisi/insisi,punch biopsi
Sediaan langsung dikirim untuk pemeriksaan
histopatologi

Pada kasus CLM dapat ditemukan


larva filariform di terowongan

III. Pemeriksaan Telur Ancylostoma


Dengan cara metode flotasi
Menggunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau
larutan gula jenuh yang didasarkan atas berat jenis telur
sehingga akan mengapung dan mudah diamati

Telur cacing dapat terpisah dari kotoran


Bermanfaat untuk pemeriksaan telur cacing pada
hospes definitif(anjing,kucing)

Graham-Brown R,Burnst T.Lecture


Notes on Dermatology Edisi
8.Jakarta:EMS Series,2005.
Nadadisastra D,Agoes R.Parasitologi
Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh
yang Diserang.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC,2009.

Diagnosis Banding
Cutaneus Larva Mirgans

1. Scabies
2. Tinea corporis
3. Insect bite

Etiolo
gi

Scabies

Tinea
corporis

Dermatitis
Insect bites

Cutaneus Larva
Migrans

Sarcoptes Scabei
Var Hominis

Jamur
dermatofit

Serangga

Cacing tambang (A.


Braziliensis, A.
Caninus)

Gejala Gatal pada malam


khas
hari, lesi khas &
patognomonik
berupa terowongan
kecil, sedikit
meninggi, berkelokkelok berwarna
putih keabu-abuan
(bila belum ada
infeksi sekunder),
panjang kurang
lebih 10mm.
Eflore
sensi

Papul, vesikula,
urtika, ekskoriasi,
krusta.
Infeksi sekunder:
pustula yang dapat
mengaburkan lesi
primernya.

Sering
gatal/pedih,
merah,
bengkak

Makula
eritematus
berbatas jelas,
tepi polisiklis,
aktif
(meninggi, ada
papul, vesikel,
meluas),
sembuh
ditengah

Lesi
bermacammacam dari
makula
eritomatus
sampai papul,
urtika,
vesikula,
bula/pustula.

Rasa gatal dan


panas

Papula berbentuk
linier atau berkelokkelok berwarna
kemerahan,
polisiklik, sepiginosa
dan berbentuk
terowongan.

Scabies
Lokasi

Gambar

Tinea
corporis

Sela-sela jari
Pada kulit
tangan,
halus
telapak
tangan,
pergelangan
tangan
sebelah
dalam, siku,
ketiak, daerah
mammae,
pusar, perut
bagian bawah,
genitalia
eksterna &
pantat.
Anak&bayi:
telapak
tangan,
telapak kaki,
sela-sela jari
kaki, pipi

Dermatitis
insects bite

Creeping
eruption

Tergantung
dimana
terkena
sengatan/kont
ak langsung
dengan
serangga

Tungkai,
plantar
tangan, anus,
bokong, paha
dan bagian
tubuh mana
saja yang
sering kontak
dengan
tempat larva
cacing
tambang

Penatalaksanaan

Pencegahan
Terapi

Pencegahan
Hindari kontak langsung dengan tanah tercemar

Memakai alat pelindung kaki


Memakai alas ketika sunbathing (tikar)
Memakai sarung tangan ( berkebun,petani)
Jaga kebersihan anjing
Beri antihelmintik pada anjing

Terapi
Self limitting disease 4-8 mgg
Obat simtomatis
Antipruritus
Antiinflamasi

Obat Antihelmintik
Topikal
sistemik

Cryosurgery

topikal
Agen topical :
Thiabendazole : Aplikasi topikal 10 15%
tiabendazol ointment pada area yang
terkena cukup efektif. thiabendazol krim di
aplikasikan pada area yang terkena 2 3 x
sehari selama 5 hari,. Pada kebanyakan
pasien gatal terasa berkurang, dan tidak
terjadi migrasi dalam 48 jam terapi.
Ivermectine
Albedazole

sistemik
Thiabendazole : 50mg/kgBB per oral
per hari dalam 2 dosis (maksimum 3g
per hari) selama 2 5hari. terdapat
beberapa efek samping antara lain
Mual,muntah, sakit kepala.
Ivermectine 6 mg 2x sehari
Albendazole 400 mg per hari selama 3
hari (sangat efektif).

cryosurgery

Cotton-tip applicator.Liquid nitrogen


spray.Cryoprobe

tatalaksana
Gejala

Lesi sedikit

gatal

Inflamasi

antipr
uritus

glukok
ortikoi
d

Lesi banyak
gagal

topik
al

gagal

cryosu
rgery

sistemi
k

KOMPLIKASI & PROGNOSIS

SELULITIS

EKSKORIA
SIS

ERISIPELA
S

LOEFFER
SYNDROM

SELULITIS
Infiltrat difus di subkutis dengan tanda radang akut
Bila mengalami supurasi menjadi flegmon

EKSKORIASIS
Adalah kelainan kulit yang di
sebabkan oleh hilangny jaringan
sampai dengan stratum papilare
Contohnya bila garukan lebih dalam
sehingga tergores sampai ujung
papil, maka akan terlihat darah yang
keluar selain serum

ERISIPELAS
Penyakit infeksi akut
streptococcus
Gejalanya eritema berwarna
kemerahan, batas tegas, pinggir
meninggi dengan tanda tanda
radang akut.
Didahului oleh trauma.

LOEFFER SYNDROM
Sekumpulan gejala yang disertai
penumpukan sel eosinofil dalam paru
dan peningkatan sel tersebut dalam
darah.
Pada penyakit alergi dan infeksi
parasit kadar eosinofil biasanya
meningkat.
Gejala yang ditimbulkan seperti
gejala radang paru
demam,batuk,sesak napas.

Larva yang bermigrasi


menghasilkan formasi
granuloma dengan eosinofil,
netrofil dan makrofag
Diparu paru larva menghasilkan reaksi
hipersensitivitas, yang mengakibatkan
inflamasi peribronchial yang menghasilkan
mukus pada broncus dan bronchospasme
Infeksi parasit mengaktivasi Thelper
2 melepas IL4 dan IL5
menghasilkan IgE dan aktivasi eosinofil
IgE berikatan dengan permukaan
parasit diikat oleh eosinofil
Eosinofil diaktifkan dan mensekresi
granul enzim untuk
menghancurkan parasit
Parasit memproduksi molekul mirip IL4
menstimulasi host memproduksi igE
spesifik menggagalkan respon imun

PROGNOSIS

DUBIA AD BONAM CLM ( CUTANEUS LARVA


MIGRANS ) tidak mengancam kehidupan,
umumnya sembuh dengan terapi
antihelmintes.

Anda mungkin juga menyukai