Artesunat + Amodiakuin +
Primakuin
Artemisinin Combination Therapy
(ACT)
Non ACT : Klorokuin, Sulfadoksin-
pirimetamin, Kina, Primakuin
Pencegahan
Penyakit : Amebiasis
Hospes definitive : manusia
Habitat : lumen usus besar
Distribusi geografis
Tersebar di daerah tropis dan subtropics
seperti Afrika, Asia, Amerika Selatan dan
Cina
Cara infeksi
Manusia menelan kista infektif
Siklus Hidup
Kista matang tertelan
usus halus ekskistasi
amubula trofozoit lumen
usus besar mukosa usus
besar trofozoit
multiplikasi keluar bersama
feses enkistasi kista
matang
Kista ekskistasi trofozoit merupakan
Ag yang mempunyai molekul Galactose
atau N-acetyl-D-galactosamine spesific
lectin (Gal/Gal-Nac-Spesific lectin),
molekul tsb melekat pada reseptor
Gal/Gal-Nac pada dinding sel epitel usus
apoptosis sel epitel trofozoit
membentuk kista
Fase akut terjadi respon inflamasi dengan
mengaktivasi neutrofil dan limfokin
Gejala klinis
Asimptomatis
Amebiasis usus akut ( nyeri perut hebat
sebelum BAB, penderita BAB 6-8 kali
sehari, feses bercampur darah dan lendir
disertai bau menyengat)
Amebiasis usus kronis ( terjadi
pembentukan ulkus seperti botol)
jaringan parut dan dinding usus menipis
pembentukan amuboma yang mirip tumor
usus
Gejala klinis lanjutan
Penyebaran amebiasis usus ke organ
di luar usus (ekstra intestinal )
secara hematogen atau
perkontinuitatum (menyebar secara
langsung) abses di hepar, otak,
paru
Gejala amebiasis otak : demam, sakit
kepala, paresis, kejang tonik klonik,
hemiplegi dengan rasa sensasi yang
menurun.
Diagnosis
Pencegahan
Perbaikan hygiene sanitasi
perorangan dan lingkungan
Pengobatan penderita atau sumber
infeksi
Morfologi
Stadium trofozoit
ukuran : 20-40
mempunyai satu inti dengan nucleolus
terletak di tengah
endoplasma bergranula sedangkan
ektoplasma tampak bening dan membentuk
tonjolan disebut pseudopodia yang
berfungsi untuk pergerakan
terdapat vakuola berisi sel darah merah
(eritrosit)
Stadium trofozoit E.histolytica
Morfologi
Stadium kista
ukuran : 10-20
bentuk bulat atau lonjong
dinding kista tipis
inti kista (infektif) mempunyai 4 buah
Stadium kista E.histolytica
Toxoplasma gondii
Penyakit : toxoplasmosis
Distribusi geografis
Tersebar luas (cosmopolitan) terutama di daerah beriklim tropis
dan panas dengan kelembaban tinggi. Negara yang penduduknya
mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau dimasak
kurang matang.
Cara infeksi
Manusia terinfeksi secara didapat (acquired) pada anak maupun
orang dewasa dan bawaan (kongenital) dari ibu ke bayi yang
dikandungnya.
Penularan yang didapat melalui per-oral, droplet infection, luka
pada kulit, transplantasi organ dan transfusi darah. Toxoplasmosis
kongenital melalui plasenta menyebabkan abortus, kematian
janin dan bayi lahir dengan gejala toxoplasmosis.
Siklus hidup
Takizoit
Berbentuk seperti busur panah atau
bulan sabit (crescent) dengan kedua
ujung runcing atau satu ujung
tumpul
Ukuran 4-8 m x 2-4 m
Inti berbentuk oval, terletak sentral
atau subsentral, karyosome berupa
bercak-bercak
Morfologi T.gondii
Gejala klinis
Masa inkubasi 6 14 hari, demam, limfeadenitis, stadium
penyakit tidur terjadinya meningoensefalitis
Selama sakit jumlah trypomastigote di dalam darah
bertambah atau berkurang disebabkan respons imun
hospes terhadap parasit.
Berkurangnya jumlah parasit karena kerusakan yang
dimediasi antibodi (antibody mediated destruction =
AMD) terhadap suatu varian glikoprotein permukaan
(variant surface glycoprotein = VSG)
Parasitemia bertambah karena trypomastigote
mengekspresikan VSG yang antigennya berbeda
(different variable antigen types = VATs) sehingga Ig M
meningkat termasuk di dalam cairan serebrospinal.
Meningkatnya jumlah Ig M penting untuk diagnosis
trypanosomiasis gambiense
Diagnosis
Pemeriksaan darah tepi, cairan kelenjar limfe,
cairan serebrospinal
Terapi
Suramin
Melarsoprol
Pentamidine isethionate
Pencegahan
Pengobatan penderita atau sumber infeksi
Memberantas lalat Glossina yang menjadi vektor
penular
Morfologi
Penyakit : Strongiloidiasis
Hospes definitif : manusia
Distribusi geografis
Tersebar luas (cosmopolitan)
terutama di daerah beriklim tropis
dan subtropics, terutama negara
berkembang karena sanitasi yang
jelek.
Cara infeksi
larva filariform menembus kulit
autoinfeksi (self infection) saat larva rhabditiform
menjadi larva filariform melakukan penetrasi
menembus dinding usus maupun kulit perianal
Gejala klinis
Kelainan kulit berupa creeping eruption yang disertai
rasa gatal yang sangat.
Infeksi menjadi berat pada penderita dengan
defisiensi imun misalnya penderita HIV/AIDS akan
menyebabkan gangguan pencernaan, syok dan
komplikasi pada paru dan saraf
Parasit yang masuk ke lumen usus pertama dirusak
oleh Ig G, Ig E dibantu Antibody Dependent Cell
Cytotoxicity (ADCC) proliferasi sel goblet dan
sekresi mukus yang menyelubungi cacing untuk
dihancurkan
Ig E diinduksi IL-4 oleh sel Th2
Eosinofil menempel pada parasit melalui Ig G atau
Ig A melepaskan Myelin Basic Protein (MBP) dan
neurotoksin untuk menghancurkan cacing
PMN dan makrofag menempel pada parasit melalui
Ig G atau Ig A melepaskan oksida nitrit dan enzim
untuk membunuh cacing
Diagnosis
Menemukan larva rhabditiform atau larva
filariform pada pemeriksaan feses
Terapi
Ivermectin
Albendazole
Pencegahan
Perbaikan hygiene sanitasi perorangan dan
lingkungan
Pengobatan penderita atau sumber infeksi
Morfologi larva
Larva rhabditiform
Berbentuk agak gemuk dan pendek
Ukuran 225x15
Rongga mulut pendek (buccal cavity) panjang
esophagus = 1/3 panjang tubuh
Larva filariform
Berbentuk langsing dan panjang
Ekor tumpul seakan bercabang
Panjang esophagus = 1/2 panjang tubuh
Tidak mempunyai selubung (sheath)
Merupakan stadium infektif bagi manusia
Larva rhabditiform
Larva filariform
Cacing dewasa bentuk parasitik (infektif)
Schistosoma japonicum
Penyakit : skistosomiasis japonicum,
skistosomiasis oriental
Hospes definitif : manusia
Hospes perantara : siput genus
Onchomelania
Distribusi geografis
Tersebar di Cina Selatan, Filipina, Indonesia
(Sulawesi Tengah di danau Lindu dan lembah
Napu) .
Cara infeksi
Eg
g
Delayed-type
hypersensitivity
Morfologi Serkaria