Anda di halaman 1dari 20

Jeanette M. Pongsilurang Agatha Dela S.

Diamanta

STRONGYLOIDIASIS Bartolomeus Umbu Flugentius


Bernike L. Sumbayak
Maria A. Megariani
Juan Ch. P. Theedens
Claritha K. C. Lenggu Elsye Y. Lalupanda
DEFINISI
Strongyloidiasis adalah penyakit parasit manusia yang disebabkan oleh
nematoda (cacing gelang) Strongyloides.
EPIDEMIOLOGI

Strongyloides paling umum terdapat di daerah tropis, subtropis, dan di daerah


beriklim hangat. Prevalensi global infeksi Strongyloides tidak diketahui, tetapi para
ahli memperkirakan bahwa ada antara 30-100 juta orang yang terinfeksi di seluruh
dunia.
Infeksi Strongyloides lebih sering ditemukan pada kelompok yang kurang
beruntung secara sosial ekonomi, pada populasi yang terlembagakan, dan di daerah
pedesaan. Ini sering dikaitkan dengan kegiatan pertanian.
ETIOLOGI
Strongyloidiasis disebabkan oleh cacing Strongyloides stercoralis. Kebanyakan
dari 52 spesies Strongyloides tidak menginfeksi manusia. Strongyloides stercoralis
adalah yang paling sering menjadi pathogen pada manusia.
Infeksi terjadi melalui kulit yang luka atau terbuka berkontak langsung
dengan tanah yang terkontaminasi, bisa juga kontak dari Ibu ke anak ketika
menyusui.
MORFOLOGI STRONGYLOIDES
STERCORALIS
Larva Rhabditiform Strongyloides stercoralis :
• Panjang 180—380 μm
• Cavum bucalis pendek, lebar dan terbuka
• Esophagus 1/3 dari panjang tubuh
• Mempunyai 2 bulbus esophagus
• Ujung posterior runcing
Larva Filariform (L3)
Strongyloides stercoralis :

• Panjang ± 600 μm
• Cavum bucalis tertutup
• Esophagus 1/2 dari panjang
tubuh
• Tidak mempunyai bulbus
esophagus
• Ujung posterior tumpul dan
bertakik
Cacing betina parasiter :
• Ukuran : panjang ±2-3 mm
• Tidak berwarna dan semi transparan dengan kutikula halus dan berstirae
halus
• Cavum bucalis pendek dengan esofagus panjang silindris
• Sepasang uterus mengandung satu rangkaian telur yang sudah bersegmen
Cacing betina hidup bebas :
• Ukuran : panjang ±1 mm
• Esophagus 1/3 anterior
• Sepasang uterus mengandung satu
rangkaian telur yang sudah
bersegmen
• Ekor lancip
Cacing jantan hidup bebas :
• Ukuran : panjang ±0,75 mm
• Mempunyai 2 buah spicula
• Ujung posterior melengkung
ke arah ventral
• Esofagus 1/4 panjang badan,
bentuk rhabditoid
DAUR HIDUP STRONGYLOIDES STERCORALIS
3 macam daur hidup :
Siklus langsung
Larva rabditiform setelah 2 – 3 hari di tanah akan berubah menjadi larva filariform (bentuk
infektif). Larva ini hidup di tanah dan dapat menembus kulit manusia kemudian masuk ke vena
menuju jantung kanan dan paru – paru. Dalam paru – paru, cacing menjadi dewasa dan
menembus alveolus kemudian masuk ke trakea dan laring. Hal itu menyebabkan batuk – batuk
di laring sehingga cacing terasa tertelan hingga ke usus halus bagian atas.

Siklus tidak langsung


Pada siklus ini, larva rabditiform berkembang menjadi cacing jantan dan betina bentuk
bebas. Telur betina setelah dibuahi selanjutnya menetas menjadi larva rabditiform. Larva ini
setelah beberapa hari berkembang menjadi larva filariform (bentuk infektif) kemudian masuk
ke dalam hospes baru. Larva rabditiform dapat mengulangi fase bebas

Autoinfeksi
Larva rabditiform juga dapat berkembang menjadi larva filariform di rongga usus atau di
daerah perianal. Bila larva filariform menembus mukosa usus atau kulit perianal maka terjadi
daur perkembangan di dalam hospes.
GEJALA
Gejala klinis dari strongyloidiasis dapat dibedakan menjadi 3 fase yaitu :

o Invasi larva filariform pada kulit, terutama pada kaki menimbulkan gejala eritemia,
vesicula dengan rasa gatal dan sedikit sakit. Pada orang yang sensitif  urticaria,
serta dapat berupa creeping eruption.
o Migrasi larva pada paru-paru  pneumonitis atau lobular pneumonia.
o Cacing dewasa betina  saluran-saluran di mukosa intestinum tenue sehingga
dapat menyebabkan infeksi catarrhal pada mukosa dan reaksi karena intoxicasi.
Gejala yang timbul dapat berupa sakit perut terutama pada waktu lapar (hunger
pain), diare dengan darah dan lendir berselang-seling dengan konstipasi.
PEMERIKSAAN FISIK
Timbul kelainan pada kulit “creeping Pemeriksaan generalis:
eruption” berupa papul eritema yang
menjalar dan tersusun linear atau Nyeri epigastrium
berkelok-kelok meyerupai benang Lemah, lesu
dengan kecepatan (5 cm hingga 15 cm
per jam) . Predileksi penyakit ini
terutama pada daerah telapak kaki,
bokong, genital dan tangan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Gold Standard : Pemeriksaan Feses
• Dapat juga dilakukan pemeriksaan aspirasi duodenum
TERAPI
 Ivermectin merupakan terapi pilihan utama untuk Stongyloidiasis karena
efektivitasnya yang tinggi dan pemberiannya cukup dengan dosis tunggal (200
μg/kg melalui oral) baik untuk kasus tanpa atau pun dengan komplikasi dengan
efek samping yang sedikit dan Fenbendazol 50 mg/kgBB satu kali sehari selama
5 hari efektif membunuh cacing dewasa,
 Terapi alternatif : Albendazole 25 mg/kgBB/hari dan Thiabendazole.
 Pemberiannya biasa berupa Albendazole 400 mg 2 x per hari (untuk anak < 2
tahun diberikan 200 mg) selama 3 - 5 hari. Untuk kasus hiperinfeksi, pemberian
dapat dilakukan hingga 15 hari.
PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Selalu menggunakan alat kaki saat keluar rumah
 Hindari kontak kaki secara langsung dengan tanah
 Tidak buang air besar sembarangan
 Pembuangan limbah dan pengelolaan kotoran yang benar
 Jika yakin mungkin terinfeksi, lakukan pemeriksaan dan, jika terbukti positif terkena
penyakit, diobati.
KOMPLIKASI
Jika tidak diobati dengan baik, infeksi Strongyloides dapat menimbulkan beberapa komplikasi
yang dapat terjadi.
 Pneumonia eosinofilik. Komplikasi ini dapat terjadi sebagai respons tubuh yang memproduksi
eosinofil dalam jumlah tinggi untuk membasmi cacing. Pneumonia eosinofilik dapat terjadi jika
cacing memasuki paru-paru, sehingga eosinofilik di paru-paru akan meningkat dan
menyebabkan pembengkakan organ tersebut.
 Malnutrisi. Cacing Strongyloides yang tinggal di dalam usus dapat menyebabkan usus tidak
dapat menyerap nutrisi dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan penderita kekurangan gizi
akibat penyerapan makanan yang terganggu.
 Strongiloidiasis terdiseminasi. Komplikasi ini terjadi jika cacing Strongyloides tersebar ke
berbagai organ dalam tubuh saat sistem imun terganggu akibat imunosupresan atau infeksi
virus. Strongiloidiasis terdiseminasi dapat terjadi pada saat cacing berganti siklus hidup
(metagenesis) yang menyebabkan cacing masuk ke dalam usus dan memasuki aliran darah
kembali. Gejala strongiloidiasis terdiseminasi adalah nyeri dan pembengkakan abdomen, syok,
komplikasi saraf dan paru-paru, serta bakteremia atau sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
https://emedicine.medscape.com/article/229312-overview
https://medlab.id/strongyloides-stercoralis/
Tropical Council for Companion Animal Parasites. Garis panduan untuk diagnosis,
rawatan dan kawalan endoparasit dalam anjing di kawasan tropika. TroCCAP. 2017
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai