Anda di halaman 1dari 160

BAHAN AJAR

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM


KEPERAWATAN
OLEH : Ns. NIA APRILLA, M.Kep
DAFTAR ISI
1. KONSEP DIRI
2. KESEHATAN SPIRITUAL
3. KONSEP SEKSUALITAS
4. KONSEP STRES DAN ADAPTASI
5. KONSEP KEHILANGAN, KEMATIAN DAN BERDUKA
KONSEP DIRI
PENDAHULUAN
Pada pertemuan ini kita akan membahas tentang teori Konsep
diri. Selama 150 menit kedepan akan disampaikan materi
tentang konsep diri.

Tujuan yang akan dicapai setelah mengikuti perkuliahan ini,


diharapkan mahasiswa mampu mejelaskan tentang teori
konsep diri.
Definisi
• Menurut Stuart & Laraia (2001), konsep diri adalah semua
nilai, ide, perasaan, pikiran, dan keyakinan yang kuat tentang
diri sendiri yang mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
• Keliat (1992), konsep diri adalah persepsi individu tentang
karakteristik dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain
dan lingkungannya, serta nilai yang berkaitan dengan
pengalaman/objek/tujuan/ide.
Factor-factor yang mempengaruhi konsep diri
1. Tahap perkembangan
2. Orang penting lain
3. Lingkungan keluarga
Tahap perkembangan
• Konsep diri berkembang sejak lahir secara bertahap, yaitu
dimulai dengan mengenal dan membedakan orang lain,
membedakan diri dengan orang lain, kemudian melakukan
aktifitas eksplorasi pengalaman dengan diri sendiri dan
berkaitan dengan perkembangan bahasa.
• Konsep diri terus menerus berlangsung didasarkan pada
pengalaman interaksi dan budaya, perasaan positif dan
berharga, persepsi akan kompetensi yg dimiliki, penilaian diri
sendiri dan orang lain, serta aktualisasi diri
Orang penting lain
• Jika kita diterima orang lain, dihormati dan
disenangi karena keadaan diri kita, maka kita
cenderung bersikap menghormati dan
menerima diri kita.
• Jika orang lain meremehkan, menyalahkan
dan menolak kita, maka kita akan cenderung
tidak menyenangi diri kita
Efek orang lain terhadap pembentukan konsep diri
1. Jika seseorang dibesarkan dengan celaan, maka ia akan belajar
memaki
2. Jika seseorang dibesarkan dengan sikap permusuhan, maka ia
akan belajar berkelahi
3. Jika seseorang dibesarkan dengan cemoohan, maka ia akan
belajar rendah diri
4. Jika seseorang dibesarkan dengan penghinaan, maka ia akan
belajar menyesali diri
5. Jika seseorang dibesarkan dengan toleransi, maka ia akan belajar
menahan diri
6. Jika seseorang dibesarkan dengan dorongan,
maka ia akan belajar percaya diri
7. Jika seseorang dibesarkan dengan pujian,
maka ia akan belajar menghargai
8. Jika seseorang dibesarkan dengan perlakuan
baik, maka ia akan belajar keadilan
9. Jika seseorang dibesarkan dengan rasa aman,
maka ia akan belajar menaruh kepercayaan
10.Jika seseorang dibesarkan dengan dukungan,
maka ia akan belajar menyenangi diri
11.Jika seseorang dibesarkan dengan kasih
sayang dan persahabatan, maka ia akan
belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Lingkungan keluarga
• Lingkungan yang paling berpengaruh dengan
seseorang adalah lingkungan keluarga. Seseorang
akan menerima tanggapan pertama dari
lingkungan keluarga dan cenderung masih
memiliki sifat ketergantungan dengan keluarga.
• Pembentukan konsep dari dari lingkungan
keluarga tidak terlepas dari pengaruh pola asuh.
• Pada kasus penyimpangan psikologis terungkap
bahwa pada anak-anak yang hidup tanpa pola
asuh atau anak tanpa asuhan orangtua akan
memberikan efek konsep diri yang rendah
Komponen konsep diri
1. Citra diri
2. Ideal diri
3. Harga diri
4. Identitas diri
5. Peran
Citra diri
• Adalah : konsepsi seseorang pada dirinya
sendiri mengenai siapakah dirinya sebenarnya.
• Persepsi atau perasaan masa lalu dan saat ini
ttg ukuran, penampilan, fungsi dan potensi
tubuh.
• Menurut Keliat (1992): sikap, persepsi,
keyakinan, pengetahuan individu secara sadar
atau tidak terhadap tubuhnya.
• Cth : saya adalah orang yang selalu gagal, saya
orang yang sial,
• Apabila konsep diri positif maka individu akan menerima atau
menyukai tubuhnya, sehingga harga diri tinggi dan individu
terbebas dari kecemasan (anxiety).
Gangguan citra diri
• Perubahan persepsi tentang tubuh akibat
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna atau objek yang sering
kontak dengan tubuh.
• Stressor gangguan citra tubuh biasanya
berkaitan dengan operasi (mastektomi,
tubektomi, dll), kegagalan fungsi tubuh
(lumpuh), gangguan jiwa, ketergantungan, dll
Tanda gejala gangguan citra tubuh
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh
bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang
terjadi atau akan terjadi
3. Menolak penjelasan mengenai perubahan
tubuh
4. Persepsi negatif terhadap tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
Ideal diri
• Persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan beberapa standar
personal
• Gambaran individu yang disukai, aspirasi, tujuan
atau nilai yang ingin dicapai
• Perkembangan ideal diri dipengaruhi oleh orang
penting atau orang terdekat sejak masa kanak-
kanak, berupa : harapan, tuntutan dan
identifikasi terhdp individu, norma, latar belakang
sosial budaya, keluarga, kemampuan individu
terkait dgn usaha individu terkait dgn usaha
individu utk memenuhinya.
• Perkembangan ideal diri dipengaruhi oleh :
– Ambisi dan keinginan utk sukses
– Kebutuhan yg realistis
– Kebahagiaan dlm mengatasi kegagalan
– Perasaan ansietas
– Rendah diri

• Individu yg selalu mengungkapkan


keputusasaan dan selalu mencapai keinginan
yg selalu tinggi, menandakan individu tsb
mengalami gangguan ideal diri.
Harga diri
• Penilaian individu tentang pencapaian diri dgn
menganalisis sejauh mana perilaku mencapai
ideal diri
• Harga diri berkaitan dgn cita-cita, apabila cita-
cita dpt tercapai, maka individu akan sukses
dan harga dirinya tinggi
• Jika cita-cita gagal dicapai, maka harga diri
cenderung menurun atau rendah.
• Perkembangan harga diri dipengaruhi oleh :
– Diri sendiri (menghargai diri sendiri, tdk
mengecilkan diri sendiri, ada kepuasan terhadap
diri sendiri
– Orang lain (dicintai, diperhatikan dihargai oleh
orang lain)

• Tanda dari gangguan harga diri : perasaan


negatif terhadap diri sendiri, hilangnya rasa
percaya diri, perasaan malu, perasaan
bersalah pada diri sendiri, merendahkan
martabat, menarik diri, percaya diri kurang,
mencederai diri
Penyebab HDR
1. Penolakan orangtua
2. Kurangnya penghargaan dari orangtua atau
orang terdekat
3. Pola asuh yg tidak sehat (selalu dilarang, selalu
dituruti, dikontrol, dituntut dan tidak konsisten)
4. Persaingan atar saudara
5. Kegagalan berulang
6. Tidak tercapainya ideal diri
7. Gg fisik atau mental baik dr individu maupun
keluarga
8. Sistem keluarga yg tidak berfungsi
9. Pengalaman traumatis yang berulang
Cara meningkatkan harga diri
1. Memberi kesempatan suskes pada diri
disertai dengan penghargaan saat sukses
2. Menanamkan ideal diri serta harapan yg
realistis dan tidak terlalu tinggi sesuai dgn
latar belakang sosial budaya yang berlaku
3. Mendukung diri sendiri utk beraspirasi dan
bercita-cita
4. Membantu membentuk pertahanan untuk
hal-hal yang mengganggu
Identitas diri
• Kesadaran akan keunikan diri sendiri yang
bersumber dari penilaian dan observasi diri
sendiri
• Individu dgn identitas diri yg kuat akan selalu
memandang diri secara unik, merasa diri
berbeda dgn orang lain, merasa otonomi
(mampu berdiri sendiri juga mengargai,
percaya, menerima dan dapat mengontrol
dirinya sendiri), mempunyai persepsi positif
ttg citra tubuh, peran dan konsep diri
• Individu yang mengalami gangguan identitas
diri ciri-cirinya : selalu merasa ragu, tidak
konsisten dlam menilai diri, sukar
memutuskan atau menetapkan tujuan
(keinginan), sukar menilai diri, sukar
mengambil keputusan atau tergantung orang
lain, sukar menetapkan keinginan baik dlm hal
agama, karier, maupun teman hidup;
hubungan interpersonal tidak stabil; respon
tidak konsisten; selalu menyalahkan orang lain
atau lingkungan
Peran
• Seperangkat perilaku yg diharapkan secara
sosial yang berhubungan dengan fungsi
individu pada berbagai kelompok sosial.
• Perkembangan peran dipengaruhi oleh model
peran dan kesempatan berperan.
• Berubah atau berhentinya fungsi peran yang
disebabkan oleh : penyakit, proses menua,
putus sekolah, putus hubungan kerja,
perceraian
Gangguan penampilan peran ditandai :
1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan
peran
2. Mengungkapkan ketidakpuasab peran
3. Kegagalan menjalankan peran
4. Kurang bertanggungjawab terhadap peran
5. Apatis, jenuh, putus asa
6. Berganti-ganti peran
Gangguan konsep diri dapat dihindari dengan cara
1. Memperluas kesadaran diri
2. Mengeksplorasi diri
3. Mengevaluasi diri
4. Menyusun rencana yang realistis
5. Melaksanakan tindakan sesuai rencana
Model JOHARI WINDOW
Diri terbuka Diri Buta
(diketahui diri sendiri (tidak diketahui diri
dan orang lain) sendiri, tapi diketahui
orang lain)
Diri Diri gelap
tersembunyi/rahasia (tidak diketahui diri
(diketahui diri sendiri sendiri maupun orang
tapi tidak diketahui lain)
orang lain)
EVALUASI
• Jelaskan komponen konsep diri dan jeaskan ciri-cirinya
• Jelaskan cara menghindari gangguan konsep diri
KESEHATAN SPIRITUAL

FreeFree
Powerpoint
Powerpoint
Templates
Templates Page 30
Pengertian Spitualitas
• Spiritualitas merupakan sesuatu
yang dipercayai oleh seseorang
dalam hubungannya dengan
kekuatan yang lebih tinggi
(tuhan), yang menimbulkan suatu
kebutuhan serta kecintaan
terhadap adanya tuhan, dan
permohonan maaf atas segala
kesalahan yang pernah diperbuat.
Free Powerpoint Templates Page 31
Hubungan spritual , sehat, dan sakit
• Agama merupakan petunjuk perilaku karena
didalam agama terdapat ajaran baik dan larangan
yang dapat berdampak pada kehidupan dan
kesehatan seseorang. Cth : minuman beralkohol
dilarang dikonsumsi karena berdampak bagi
kesehatan.
• Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang
yang mengalami kelemahan (dalam keadaan sakit )
untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau
juga dapat mempertahankan kesehatan untuk
mencapai kesejahteraan. Cth : orang sakit dapat
memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri
atau memohon pertolongan dari tuhan.

Free Powerpoint Templates Page 32


Hubungan keyakinan dengan pelayanan kesehatan
• Seseorang dalam kondisi sakit maka hubungan
dengan tuhan pun semakin dekat.
• Dalam pelayanan kesehatan perawat sebagai
petugas kesehatan harus memiliki peran utama
dalam memenuhi kebutuhan spritual. Perawat
dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih
pada saat pasien kritis atau menjelang ajal
• Terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan
pelayanan kesehatan yaitu KDM diberikan melalui
pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek
biologis, tetapi juga aspek spritual. Aspek spritual
dapat membangkitkan semangat dalam proses
penyembuhan.

Free Powerpoint Templates Page 33


Perkembangan Spritual
• Perkembangan spiritual seseorang
menurut westerhoff’s dibagi 4
tingkatan berdasarkan kategori umur
yaitu :
1. Usia anak –anak
2. Usia remaja akhir
3. Usia dewasa awal
4. Usia pertengahan dewasa

Free Powerpoint Templates Page 34


• Usia anak- anak
Tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan
pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain
adanya pengalaman dari interaksi dengan orang
lain dengan keyakinan yang dianut. Cth :
mengikuti ritual atau meniru orang lain seperti :
berdoa sebelum tidur dan makan.
Pada masa prasekolah : pada masa ini anak
–anak sudah mulai bertanya tentang pencipta,
arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan
keagamaan.

Free Powerpoint Templates Page 35


Usia remaja akhir
•Merupakan tahap perkumpulan
kepercayaan yang ditandai dengan
adanya partisipasi aktif pada aktivitas
keagamaan.
• Pada masa ini sudah mulai keinginan
akan pencapaian kebutuhan spiritual
spt : keinginan meminta dalam berdoa.
Bila pemenuhan keb spiritual tidak
terpenuhi akan timbul kekecewaan.
Free Powerpoint Templates Page 36
Usia dewasa awal
•Merupakan masa pencarian diri, diawali
dengan proses pertanyaan akan keyakinan
atau kepercayaan yang dikaitkan secara
kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk
mempercayainya.
• Pada masa ini pemikiran sudah bersifat
rasional dan keyakinan terus dikaitkan
dengan rasional
• Pada masa ini timbul perasaan akan
penghargaan terhadap kepercayaan.
Free Powerpoint Templates Page 37
Usia dewasa pertengahan

• Merupakan tingkatan kepercayaan


dari diri sendiri, Perkembangan
diawali dengan semakin kuatnya
kepercayaan diri yang
dipertahankan walaupun
menghadapi perbedaan keyakinan
yang lain dan lebih mengerti akan
kepercayaan dirinya.

Free Powerpoint Templates Page 38


Faktor – faktor yang mempengaruhi
kebutuhan spiritual

• Perkembangan
• Keluarga
• Ras / suku
• Agama yang dianut
• Kegiatan keagamaan
Free Powerpoint Templates Page 39
Perkembangan

• Usia perkembangan dapat menentukan proses


pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap
tahap perkembangan memiliki cara meyakini
kepercayaan terhadap tuhan

Keluarga :
Keluarga memiliki peran yang cukup strategis
dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena
keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat
dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari
– hari
Free Powerpoint Templates Page 40
Ras/ suku :

• Ras / suku mempunyai keyakinan yang


berbeda, sehingga proses pemenuhan
kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai
dengan keyakinan yang dimiliki.

Agama yang dianut:


Keyakinan pada agama tertentu yang
dimiliki oleh seseorang dapat menentukan arti
pentingnya kebutuhan spiritual.

Free Powerpoint Templates Page 41


Kegiatan keagamaan

• adanya kegiatan keagamaan dapat


selalu mengingatkan keberadaan dirinya
dengan tuhan dan selalu mendekatkan
diri kepada penciptanya.

Free Powerpoint Templates Page 42


Beberapa orang yang
membutuhkan
bantuan spiritual
- Pasien kesepian
- Pasien cemas
- Pasien menghadapi
operasi
- Pasien yang harus
mengubah gaya hidup

Free Powerpoint Templates Page 43


Pasien kesepian

•Pasien dalam keadaan


sepi dan tidak ada yang
menemani akan
membutuhkan bantuan
spiritual karena mereka
merasakan tidak ada
kekuatan selain kekuatan
tuhan. Free Powerpoint Templates Page 44
Pasien ketakutan dan cemas

• Adanya ketakutan dapat


menimbulkan perasaan kacau yang
dapat membuat pasien membutuhkan
ketenangan pada dirinya dan
ketenangan yang paling besar adalah
bersama tuhan.

Free Powerpoint Templates Page 45


Pasien menghadapi pembedahan
• Timbulnya perasaan yang
menghawatirkan antara hidup dan
mati. Pada saat itulah keberadaan
pencipta sangat penting sehingga
pasien selalu membutuhkan bantuan
spiritual.

Free Powerpoint Templates Page 46


Pasien yang harus mengubah gaya hidup
• Perubahan gaya hidup dapat membuat
seseorang lebih membutuhkan keberadaan
tuhan
• Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan
keyakinan bila kearah yang lebih buruk, akan
tetapi bila perubahan gaya hidup kearah yang
lebih baik, maka pasien akan lebih membutuhkan
dukungan spiritual.

Free Powerpoint Templates Page 47


Masalah kebutuhan spiritual
• Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan
kebutuhan spiritual adalah distres spiritual.
• Distres spiritual merupakan keadaan ketika
individu atau kelompok mengalami atau beresiko
mengalami : gangguan dalam kepercayaan atau
sistem nilai yang memberikan kekuatan, harapan
dan arti kehidupan yang ditandai dengan pasien
meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan
adanya keraguan terhadap sistem kepercayaan,
adanya keraguan yang berlebih dalam mengartikan
hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan
ritual, dan terdapat tanda- tanda seperti :
menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian
ditunjang dengan tanda fisik seperti : nafsu makan
terganggu, kesulitan tidur,
Free Powerpoint dan TD meningkat
Templates Page 48
Distres spiritual terdiri atas :

• Spiritual yang sakit, yaitu :kesulitan


menerima kehilangan dari orang yang yang
dicintai atau dari penderitaan yang berat.
• Spiritual yang khawatir, yaitu terjadinya
pertentangan kepercayaan dan sistem nilai
seperti adanya aborsi.
• Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan
menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaannya.

Free Powerpoint Templates Page 49


Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan spiritual
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual, diantaranya adanya
ungkapan terhadap masalah spiritual, seperti :
• Arti kehidupan
• Kematian
• Penderitaan
• Keraguan akan kepercayaan yang dianut
• Penolakan untuk beribadah
• Perasaan yang kosong
• Pengakuan akan perlunya bantuan spiritual.
Pengkajian terhadap faktor yang menyebabkan masalah
spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh,
beberapa penyakit terminal, tindakan pembedahan, prosedur
invasif dll.

Free Powerpoint Templates Page 50


Analisis diagnosis keperawatan
• Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi
pada masalah kebutuhan spiritual
• 1. Kesiapan meningkatkan kesejahteraan
spiritual b.d perubahan status kesehatan
• 2. Hambatan religius b.d penuaan, krisis
kehidupan berhubungan dengan kebutuhan
menjelang ajal, transisi, penyakit/sakit,
kecemasan, ketakutan, kurangnya integrasi
sosial, kendala budaya dalam mempraktikkan
agama, krisis spiritual.
Free Powerpoint Templates Page 51
3. Kesiapan meningkatkan religius b.d perubahan status
kesehatan. l
4. Resiko hambatan religius b.d adanya faktor risiko, seperti
transisi hidup, kendala dalam praktik agama,
penyakit/sakit, depresi, askep yang tidak efektif, kurang
percaya diri, koping tidak efektif, kendala budaya dalam
mempraktikkan agama, isolasi sosial.
5. Distres spiritual b.d menjelang ajal, kecemasan, penyakit
kronis, kematian, gangguan sosiokultural, perubahan
hidup.
6. Risiko distres spiritual b.d adanya faktor risiko, spt
perubahan hidup, bencana alam, sakit kronis,
penyalahgunaan obat/zat, kecemasan, perubahan ritual
agama, perubahan dalam praktik spiritual, depresi, stres,
harga diri Free rendah, kehilangan ketidakmampuan
Powerpoint Templates Page 52
memaafkan.
Perencanaan dan tindakan keperawatan
• Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan
kebutuhan melalui berdoa dan beribadah secara rutin
• Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik
untuk melakukan ibadah.
• Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan
berbagai konflik keyakinan dan alternatif pemecahannya
• Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis
yang bertentangan dengan keyakinan pasien dan mencari
alternatif pemecahannya.
• Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan
ritual
• Membantu pasien
Free untuk
Powerpoint memenuhi kewajibannya.
Templates Page 53
Evaluasi keperawatan
• Evaluasi terhadap masalah spiritual secara
umum dapat dinilai dari perubahan untuk
melakukan kegiatan spiritual, adanya
kemampuan melaksanakan ibadah,
adanya ungkapan atau perasaan yang
tenang, dan menerima adanya kondisi
atau keberadaannya, wajah yang
menunjukkan rasa damai, kerukunan
dengan orang lain, memiliki pedoman
hidup dan rasa bersyukur.
Free Powerpoint Templates Page 54
Definisi
 Kesehatan seksual : pengintegrasian aspek
somatik, emosional, intelektual dan sosial
dari kehidupan seksual, dgn cara yang positif
memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO,
1975).
 Seksualitas : interaksi dan hubungan dari
individu dari jenis kelamin yg berbeda
dan/atau sama dan mencakup pikiran,
pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi
dan emosi
 Proses bagaimana seseorang mengetahui
diri mereka sebagai wanita atau pria
 Terlahir dgn genitalia pria atau wanita dan
selanjutnya mempelajari peran sosial wanita
atau pria tampak sebagai suatu keharusan
 Seksualitas dan kesehatan seksual memiliki
dimensi :
 Sosiokultural
 Etika
 Psikologis
 Biologis
Dimensi sosiokultural
 Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan
peraturan kultural yang menentukan apakah
perilaku diterima didalam kultur.
 Ex : dengan siapa seseorang menikah dan siapa
yang mengizinkan untuk menikah, ketika
memilih seseorang utk melakukan seks dan
ketika memilih seseorang utk dinikahi,
pasangan hidup diterima atau tidak diterima
oleh orang terdekat, sirkumsisi (di Amerika,
sirkumsisi untuk simbol utk alasan higienis,
simbol keagamaan, atau identitas etnik
Dimensi agama dan etik
 Spektrum sikap yang ditujukan direntang
dari pandangan tradisional ttg hubungan
seks hanya dlm perkawinan sampai sikap
yang membolehkan individu menentukan
apa yg benar bagi dirinya.
 Keputusan seksual yg melewati batas kode
etik individu dapat menyebabkan konflik
internal
 Michael (1994) membagi responden menjadi 3
kategori
 Tradisional : keyakinan keagamaan mereka selalu
memberikan pedoman perilaku seksual mereka.
Homoseksualitas, aborsi dan hubungan seks
pranikah dan diluar nikah selalu dianggap salah
 Relasional : berkeyakinan bahwa seks harus
menjadi bagian dari hubungan saling mencintai
tetapi tidak harus terjadi dlm perkawinan
 Rekreasional : kebutuhan seks tidak ada
kaitannya dengan cinta
Dimensi psikologis
 Orangtua cenderung untuk memperlakukan
anak perempuan dan laki-laki secara berbeda,
mendekorasikan kamar mereka secara berbeda,
berespon terhadap mereka pun berbeda
 Memberikan dorongan dan penghargaan kpd
anak laki-laki yg melakukan eksplorasi dan yang
mandiri
 Anak perempuan sering didorong utk menjadi
penolong dan meminta bantuan
 Mempertegas jenis mainan sesuai jenis kelamin
 Perlakukan anak sesuai gender
Identitas seksual
1. Identitas biologis
2. Identitas gender
3. Peran gender
Identitas biologis
 Perbedaan biologis antara pria dan wanita
ditentukan pada masa konsepsi
 Janin perempuan menerima dua kromosom X
 Janin laki-laki menerima kromosom X dari
ibunya dan kromosom Y dari ayahnya
 Wanita jika sudah baliq akan mengalami
siklus menstruasi dan karakteristik seks
sekunder
 Pria mengalami pembentukan spermatozoa
(sperma) yg relatif konstan dan karakteristik
seks sekunder pria
Identitas gender
 Identitas gender adalah rasa menjadi
feminim atau maskulin
 Segera bayi lahir (bahkan dalam
kandungan) lingkungan telah
memberikan label anak perempuan
atau laki-laki
 Memberlakukan anak sesuai dengan
identitasnya
Peran gender
 Yaitu : cara dimana seseorang
bertindak sbg wanita atau pria
 Perilaku peran gender didorong oleh
orangtua, teman sebaya dan media
 Peran maskulin : pencari nafkah dan
koordinator finansial rumah tangga
 Peran feminim : perawatan anak dan
memasak
Orientasi seksual
 Orientasi seksual : preferensi yang
jelas, persisten, dan erotik seseorang
utk jenis kelaminnya atau orang lain
 Heteroseksual
 Homoseksual (gay, lesbian, sekong-
lekong)
 Biseksual
Variasi dalam ekspresi seksual
Transesksual : orang yang identitas seksual atau
gendernya berlawanan dengan seks biologisnya
 Seorang pria mungkin berpikir ttg dirinya sbg
seorang wanita dalam tubuh pria

Transvestite : pria heteroseksual yg secara periodik


berpakaian seperti wanita untuk pemuasan
psikologis dan seksual
 Umumnya melakukan hal ini dlm lingkup pribadi,
dan perilaku mereka kadang bersifat rahasia bahkan
dr orang yg sangat dengan mereka sekalipun.
Sikap terhadap kesehatan seksual
 Sikap yg ditujukan pada perasaan dan perilaku seksual
berubah sejalan dgn perkembangan dan pertumbuhan
seseorang sampai menjadi tua
 Perubahan mungkin menjadi tradisional atau liberal
karena perubahan masyarakat, umpan balik dari orang
lain, dan keterlibatan dlm kelompok agama dan
komunitas.
Anatomi dan fisiologi seksual
Organ seks wanita
Organ seks pria
PERKEMBANGAN SEKSUAL
1. Masa bayi
2. Masa usia bermain dan prasekolah
3. Masa usia sekolah
4. Pubertas dan masa remaja
5. Masa dewasa
6. Masa dewasa tua (lansia)
Masa bayi
 Bayi perempuan dan laki-laki dilahirkan dgn
kapasitas utk kesenangan dan respon seksual
 Genetalia bayi sensitif terhadap sentuhan sejak
lahir
 Dgn stimulasi bayi laki-laki berespon dgn ereksi
penis, ereksi nokturnal spontan tanpa stimulasi
 Bayi perempuan dgn lubrikasi vaginal
 Perilaku dan respon ini tidak berhubungan
dengan kontak psikologis erotik seperti pd masa
pubertas atau masa dewasa tetapi lebih pd
perilaku pembelajaran normal dlm membentuk
rasa percaya diri
 Respon orangtua rhdp perilaku ini dpt
membentuk arah dr perkembangan seksual,
edukasi dan kenyamanan dlm menghadapi
seksualitas di rumah
 Orangtua harus mau menerima perilaku
eksplorasi bayi sbg langkah perkembangan
identitas diri yg positif.
 Stimulasi taktil melalaui menyusui,
memeluk, dan menyentuh atau membuai,
membantu bayi dlm mendefinisikan
pengalaman kesenangan dan kenyamanan
melalui interaksi manusia dan dari kontak
tubuh.
Masa usia bermain dan prasekolah
 Anak usia 1-5 tahun menguatkan rasa identitas
jender dan mulai membedakan perilaku sesuai
jender yg didefinisikan secara sosial
 Proses pembelajaran melalui interaksi normal orang
dewasa-anak dr boneka yg diberikan kpd anak,
pakaian yg dikenakan, permaianan yg dimainkan,
respon yg dihargai
 Anak meniru orang dewasa , mulai menirukan
tindakan orangtua yg berkelamin sama, dan
mempertahankan atau memodifikasi perilaku yg
didasarkan pd umpan balik orangtua
Masa usia sekolah
 Bagi anak sekolah, edukasi dan penekanan ttg
seksusalitas datang dari orangtua dan gurunya tetapi
lebih signifikan dr kelompok teman sebaya.
 Anak-anak usia sekolah akan terus melanjutka perilaku
stimulasi diri
 Terus mengajukan pertanyaan ttg seks dan
menunjukkan kemandirian mereka dgn menguji
perilaku yg sesuai
 Mempunyai keinginan dan kebutuhan privasi
 Diberi informasi utk berhati-hati terhadap potensial
penganiayaan seksual
 Jika terjadi penganiayaan seksual, anak merasa leluasa
menceritakan ttg tubuhnya akan dgn akurat
menggambarkan kejadian yg dialami.
Pubertas dan masa remaja
Terjadinya pertumbuhan seks
sekunder pada wanita maupun laki-
laki.
Masa dewasa
 Dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus utk
mengeksplorasi dan menemukan maturasi emosional
dlm hubungan.
 Dewasa muda secara tradisional berperan dlm
melahirkan anak atau membesarkan anak.
 Keintiman dan seksualitas merupakan masalah bagi
orang dewasa yg memilih utk tidak melakukan
hubungan seks, tetap melajang karena pilihan sendiri
atau karena situasi tertentu tetap menginginkan
aktifitas seksual, yaitu mereka yg melajang setelah
memutuskan hubungan, mereka yg homoseksual,
mereka yg tidak memiliki anak karena pilihan, atau
tidak mampu melahirkan anak.
Masa dewasa tua (lansia)
 Seksualitas dlm usia tua beralih dari penekanan pd
prokreasi mjd penekanan pd pertemanan,
kedekatan fisik, komunikasi intim dan hubungan
fisik mencari kesenangan.
 Aktifitas seksual dpt dilakukan hingga lansia
 Bagi wanita, hubungan senggama tetatur
membantu mempertahankan elastisitas vagina,
mencegah atropi dan mempertahankan
kemampuan utk lubrikasi
 Proses penuaan dan penyakit kronis, medikasi, dan
masalah kesehatan lainnya mempengaruhi perilaku
seksual
 Penyakit menular seksual karena bakteri : gonore dan
klamidia, penyakit inflamasi pelviks, sifilis.
 Penyakit menular seksual karena virus : virus herpes
simpleks, kutil genital, HIV/AIDS
Pencegahan penyakit
 Hubungan seks yang aman ditujukan utk
meminimalkan penularan PMS, terutama HIV/AIDS
 Mengetahui pasangan seks
 Mempunyai hubungan dgn komunikasi terbuka yg
memungkinkan pasangan utk mendiskusikan
status kesehatan terakhir dan pemajanan thdp
penyakit
 Menggunakan alat pelindung
 Batasi jumlah pasangan seks
 Menghindari kontak seksual dgn pengguna obat
terlarang IV
 Hindari kontak oral-genital
Penganiayaan seksual
 Yaitu wanita yang dianiaya, inces,
penganiayaan anak, penganiayaan
dalam berkencan, pemerkosaan
mempunyai efek traumatik pada korban
dan dapat menyebabkan masalah fisik
dan psikologis dan pada akhirnya
disfungsi seksual
Factor yg mempengaruhi seksualitas
1. Factor fisik
2. Factor hubungan
3. Factor gaya hidup
4. Factor harga diri
KONSEP STRES DAN
ADAPTASI
Pengertian

STRES  Perasaan tertekan yang


membuat individu mudah tersinggung,
marah, serta terganggunya konsentrasi
thd suatu pekerjaan.

STRES  Respon umum tubuh thd adanya


tuntutan penyesuaian diri dan karena
terganggunya keseimbangan tubuh.
Stres adalah…

 Segala sesuatu yang datang dan kita


merasa tidak mampu dalam
menghadapinya…
 Efek jangka panjang dan pendek

 Mempengaruhi diri sendiri,fisik dan psikis

 Menyerang semua kalangan


Penyebab stres disebut stressor.
Bentuk stessor dpt dari lingkungan, kondisi diri serta
pikiran.
Sumber Stressor :

1. Sumber stress dalam diri


2. Sumber stress dalam keluarga
3. Sumber stress di dalam masyarakat dan
lingkungan
Tahapan Stress :
 Tahap pertama : merupakan tahap yang ringan dari stress yg
ditandai dg adanya semangat kerja, merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan yg tidak seperti biasanya, kemudian merasa senang akan
pekerjaan akan tetapi kemampuan yg dimilikinya semakin berkurang.
 Tahap ke 2: letih disaat bangun pagi yg
seharusnya segar, terasa lelah sudah makan
siang, cepat lelah menjelang sore, sering
mengeluh perut tidak nyaman, denyut
jantung berdebar-debar,otot punggung dan
tengkuk semakin tegang dan tidak bisa
santai.

 Tahap ke 3: ketegangan otot semakin


terasa, gangguan pola tidur, lemah terasa
tidak memiliki tenaga.
 Tahap ke 4 : segala pekerjaan yang
menyenangkan terasa membosankan, tidak
mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari,
gangguan pola tidur, kemampuan mengingat dan
konsentrasi menurun karena adanya perasaan
ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui
penyebabnya.
 Tahap ke 5: kelelahan fisik secara mendalam,
tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang
ringan dan sederhana, gangguan sistem
pencernaan dan perasaan ketakutan dan cemas
semakin meningkat.
 Tahap ke 6 : tahap puncak , seseorang
mengalami panik dan perasaan takut
mati dengan ditemukan gejala seperti
detak jantung semakin keras, susah
bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh
dan berkeringat, kemudian kolaps dan
pingsan.
Reaksi Tubuh Terhadap Stress :
Stress yg dialami seseorang dapat menimbulkan
reaksi yang ada pada tubuh baik fisiologis
maupun psikologi.
Reaksi tubuh tsb perubahan warna rambut,
perubahan penglihatan, turunnya daya pikir,
mulut bibir terasa kering, gangguan sistem
pernafasan seperti sesak nafas, terjadi
kepucatan, kesemutan, gangguan pencernaan,
gangguan sistem perkemihan, persendian terasa
kaku, bahkan penurunan libido dan penurunan
gairah seksual.
Model Stress…
 Stress sebagai stimulus : semakin tinggi besaran
tekanan yg dialami seseorang, maka semakin
besar stress yg dialami.
 Stress sebagai respons : respons individu
terhadap stressor yang diterima, sebagai akibat
respons fisiologis dan emosional.
 Stress sebagai transaksional : suatu reaksi antara
orang dengan lingkungan dengan meninjau dari
kemampuan individu dalam mengatasi masalah
dan terbentuknya sebuah koping
Faktor yang mempengaruhi respon terhadap
stressor :
1. Sifat stressor
2. Durasi stressor
3. Jumlah stressor
4. Pengalaman masa lalu
5. Tipe Kepribadian
6. Tingkat perkembangan
MENGATASI STRES

 4U
1. Ubah Cara Berpikir
2. Ubah Cara Belajar
3. Ubah Cara Berkomunikasi
4. Ubah Cara Bergaul
Ubah Cara Berpikir
 4P
1. Positif (Keyakinan)
2. Present Tense (Motivasi)
3. Pribadi (Kepentingan)
4. Persisten (Ketekunan)
Ubah Cara Belajar
Ubah Cara Berkomunikasi
RAHASIA KOMUNIKASI : 3 V
Visual 55%
(Wajah/Mimik, Gerakan Tangan,
Gerakan Badan)
Vokal 38%
(Kefasihan, Intonasi, Volume, Pernafasan)
Verbal 7%
(Pilihan Kata/Kalimat,Jeda, Pengulangan)
Ubah Cara Bergaul

Anda adalah dengan siapa Anda bergaul”

Anda bergaul dengan tukang minyak wangi, Anda


akan berbau wangi
Anda bergaul dengan pandai besi, Anda akan
terpercik api.
Apakah kita kenal dengan diri kita?
 Saya yakin belum semua yang kenal akan dirinya…
 Untuk menyiasati agar tidak stres…
 Banyak usaha yang harus dilakukan…
 Kenali diri sendiri…
 Kenali medan perang
 Kenali stressor
 Lingkungan : Sumber stres potensial, (bencana alam,
kemacetan lalu lintas, pekerjaan, hub antar manusia).
 Tuntutan penyesuaian diri thd perubahan fase yang
terjadi : Perubahan fase remaja, proses penuaan,
penyakit, makanan yang tidak sehat, kurang tidur &
olah raga.
Cont’d…
SUMBER-SUMBER STRES (2)

 Pikiran : Bersifat negatif, penuh


kegagalan, tidak berdasarkan fakta,
terlalu dianggap pribadi.
 Pelajaran sekolah maupun pekerjaan
yang membutuhkan jadwal ketat.
Cont’d…
SUMBER-SUMBER STRES (3)

 Kurang PD serta bercita-cita terlalu


tinggi.
 Kehilangan orang yang dicintai.
 Kegagalan & pencarian jati diri.
 Keinginan untuk hidup terpisah dari orang
tua & menjadi seseorang yang mereka
inginkan.
 FISIK
 Lelah
 Insomnia
 Nyeri kepala
 Berdebar - debar
 Nyeri dada
 Gangguan pencernaan (diare)
 Mual & gemetar
 Wajah terasa panas
 Berkeringat
 Menstruasi terganggu
 Sakit kepala & perut
Cont’d…

 MENTAL  EMOSI
 Konsentrasi & daya  Cemas
ingat kurang  Depresi
 Ragu-ragu  Putus asa
 Bingung  Marah
 Takut
 Pikiran kosong
 Frustasi
 Kehilangan rasa humor
 Tiba-tiba menangis
 Pelupa  Menarik diri
Lanjutan…

 PERILAKU
 Mondar-mandir
 Gelisah
 Menggigit kuku
 Perubahan pola makan
 Merokok
 Minum-minuman keras
 Menangis
 Berteriak
 Mengumpat
 Melempar barang/memukul
Klasifikasi Stres
 Eustres : Stres yg memberi dampak positif dimana pada saat tubuh
dihadapkan pada suatu kasus kita menjadi tertantang untuk
menyelesaikannya.
 Distres : Stres yang memberi dampak negatif thd tubuh & jiwa kita.
MEKANISME KOPING

Strategi Koping

Cara yang biasa dilakukan seseorang


dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
Lanjutan…

Faktor-faktor yg mempengaruhi strategi


koping
a.Kesehatan fisik
b.Keyakinan atau pandangan positif

c.Keterampilan memecahkan masalah

d.Keterampilan sosial

e.Dukungan sosial

f. Materi
BAGAIMANA CARA
MENGHADAPI
STRES…???
Cara Mencegah Stres
 Lihat & ukur kemampuan sendiri, belajar untuk
menerima apa adanya & mencintai diri sendiri.
 Temukan penyebab perasaan negatif & belajar
untuk menanggulangi.
 Rencanakan perubahan-perubahan besar dalam
hidup anda dlm jangka waktu lama & beri waktu
cukup bagi diri anda untuk menyelesaikan dari
perubahan satu ke yg lainnya.
Cont’d…
 Rencanakan waktu anda dengan baik.
 Buat keputusan dengan hati-hati.
 Minta saran orang lain saat ada
masalah.
 Bangun suatu sistem pendorong yang
baik.
 Rencanakan waktu untuk rekreasi.
CARA MENGHADAPI STRES
 Belajar mengenali stres
 Perhatikan lingkungan sekitar anda
 Jauhkan diri anda dari situasi yang
menekan
 Jangan mempermasalahkan hal-hal
yang sepele
 Hindari reaksi yang berlebihan
 Tidur secukupnya
Cont’d…
 Tentukan tujuan yang realistis bagi diri
anda sendiri
 Jangan membebani diri anda secara
berlebihan
 Ubahlah cara pandang anda

 Lakukan sesuatu untuk orang lain

 Cobalah untuk menjadi seseorang positif


 Fokuskan perhatian anda thd solusi, jangan
hanya masalah
 Berbagi masalah dengan orang
lain (curhat)
 Mendengarkan musik
 Olah raga
 Tertawa
 Menangis
 Menulis
 Relaksasi
 Mendekatkan diri pada ALLAH SWT
???

Manajemen stres adalah kemampuan individu untuk


mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, serta
kejadian-kejadian yang ada memberi tuntutan yang
berlebihan.
Manajemen stres merupakan kemampuan individu
menggunakan SDM secara efektif untuk mengatasi
gangguan atau kekacauan mental & emosional yang
muncul karena tanggapan (respon)
Managemen Stress
1. Diet dan nutrisi
2. Istirahat dan tidur
3. Olah raga
4. Berhenti merokok
5. Tidak mengkonsumsi alkohol
6. Pengaturan BB
7. Pengaturan Waktu
8. Terapi Psikofarmaka
9. Terapi Somatik
10. Psikoterapi
11. Terapi Psikoreligius.
Adaptasi

Adaptasi merupakan suatu proses perubahan


yang menyertai individu dalam berespons
terhadap perubahan yang ada dilingkungan
dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik
secara fisiologis maupun psikologis yang akan
menghasilkan perilaku adaptif.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi
fisiologis dan psikososial berubah dalam
merespon terhadap stres
 Adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal
 Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis u perlindungan,
mekanisme koping, dan idealnya mengarah pada penyesuaian dan
penguasaan situasi
 Agar adaptasi berfungsi optimal, seseorg hrs mampu berespon thdp
stresor dan beradaptasi thdp tuntutan atau perubahan yg dibutuhkan
Tujuan Adaptasi
 Menghadapi tuntutan secara sadar.
 Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
 Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif
 Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
Macam-Macam Adaptasi
Adaptasi fisiologis
 Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk

mempertahankan fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal


dan internal, respons dapat dari sebagian tubuh atau seluruh tubuh
serta setiap tahap perkembangan punya stresor tertentu. Mekanisme
adaptasi fisiologis berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu
proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan
abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons
adaptif seperti mulai mengigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Adaptasi psikologis
 Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk
menghadapi stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres dan
didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan
pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan berhasil.
 Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk
menyelesaikan konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi
realitas, kemampuan pemecahan masalah, kepribadian dan situasi
yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.
Adaptasi perkembangan
 Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi
tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari
tahap perkembangan tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat
mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam bentuk ekstrem, atau teman hidup.
Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan
penampilan fisik dan fungsi fisiologis.
Adaptasi sosial budaya
 Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi social mencakup
penggalian tentang besarnya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial
yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi
yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan
Adaptasi spiritual
 Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress
dalam banyak cara, tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam
dimensi spiritual. Stres yang berat dapat mengakibatkan kemarahan
pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stresor sebagai
hukuman.
Mekanisme koping
 Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta
respon terhadap situasi yang mengancam.
 Mekanisme koping adaptif
 Mekanisme koping maladaptif
 Kehilangan : suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert &
Lambert, 1985)
 Suatu keadaan berpisahnya individu dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, sebagian atau
keseluruhan.
 Ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat
lagi ditemui, diraba, didengar, diketahui atau
dialami
Jenis kehilangan
Menurut Kubbler – Rose (1969)

Ingkar marah tawar menawar depresi penerimaan


 Syok
 Tidak percaya atau mengingkari kenyataan
bahwa kehidupan itu memang benar terjadi
 “itu tidak mungkin terjadi”
 Reaksi fisik : letih, lemah, pucat, diare,
gangguan pernapasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah, tidak tahu harus berbuat
apa.
 Reaksi ini dapat berakhir dlm beberapa menit
atau beberapa tahun.
 Diproyeksikan kepada orang lain dan pada
dirinya sendiri
 Perilaku agresif
 Berbicara kasar
 Menolak pengobatan
 Menuduh dokter-perawat yg tidak becus
 Respon fisik : muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal.
 Terjadi setelah mampu mengungkapkan
marah secara intensif
 Kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya
akan sering berdoa
 Individu menunjukkan sikap menarik diri
 Kadang sebagai pasien sangat penurut
 Tidak mau bicara
 Menyatakan putus asa
 Merasa tidak berharga
 Respon fisik : menolak makan, susah tidur,
letih, dorongan libido menurun
 Reorganisasi rasa kehilangan
 Terima kenyataan kehilangan
 Lepas objek yang hilang, beralih pada objek yang baru
 “ apa yang harus saya lakukan…..”
 Usia
 Keluarga
 Sosioekonomi
 Budaya
 Agama
 Penyebab kematian / kehilangan
 Pengalaman masa lalu
 Kepribadian
 Persepsi tentang kehilangan
 Makna tertentu dari kehilangan yang mereka miliki
 Denial : mengingkari
 Represi : menekan ( pengalaman yang
tidak menyenangkan ditekan ke alam
bawah sadar secara tidak sengaja )
 Intelektualisasi : menggunakan alasan
yang rasional
 Regresi : mundur ke fase sebelumnya
 Disosiasi : tidak menerima / lari kejadian
yang dialami
 Kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan
dukacita.
LAHIR SAMPAI USIA 2 TAHUN
◦ Tidak mempunyai konsep tentang kematian
◦ Dapat mengalami rasa kehilangan dan duka cita
◦ Pengalaman ini menjadi dasar untuk
berkembangnya konsep tentang kehilangan dan
duka cita
USIA 2-5 TAHUN
 Melihat kematian sebagai keadaan yang
sifatnya sementara sama seperti tidur atau
sesuatu yang dapat hidup kembali
 Menyangkal kematian sebagai suatu proses
yang normal
USIA 5 - 8 TAHUN
 Melihat kematian sebagai akhir dan tidak terjadi
pada dirinya.
 Kematian sebagai hal yang mnakutkan.
USIA 8 - 12 TAHUN
 melihat kematian sebagai akhir dan tidak dapat
dihindari
 menyadari kemungkinan kematiannya sendiri
Remaja
 Memahami seputar kematian serupa dengan
orang dewasa
 Menunjukkan perilaku berisiko
 Sikap menghadapi kematian adalah
kecenderungan perbuatan manusia dalam
menghadapi kematian yang diyakininya bakal
terjadi

1. Orang yang menyiapkan dirinya dengan amal


perbuatan yang baik karena menyadari
bahwa kematian bakal datang dan
mempunyai makna rohaniah
2. Orang yang mengabaikan peristiwa
kematian, yang menganggap kematian
3. Orang yang merasa takut atau keberatan untuk mati karena
terpukau oleh dunia materi
4. Orang yang ingin melarikan diri dari kematian karena
menganggap bahwa kematian itu merupakan bencana yang
merugikan, mungkin karena banyak dosa, hidup tanpa
norma, atau beratnya menghadapi keharusan menyiapkan
diri untuk mati.
 Adalah proses mengalami reaksi fisik, psikologis dan sosial
terhadap kehilangan.
 Duka cita mencakup pikiran, perasaan dan perilaku
 Tujuan duka cita : utk mencapai fungsi yg lebih efektif dgn
mengintegrasikan kehilangan kedalam pengalaman hidup
klien
 Pencapaian duka cita membuthkan waktu dan upaya.
 Perilaku bersedih, yaitu respons subjektif dalam masa
berduka yang biasanya dapat menimbulkan masalah
kesehatan.
 Berkabung, yaitu periode penerimaan terhadap peristiwa
kehilangan dan berduka serta dapat dipengaruhi oleh faktor
sosial, budaya dan kebiasaan

Respon ini termasuk keputusan, kesepian, ketidakberdayaan,


kesedihan, rasa bersalah dan marah.
1. Menerima realitas kehilangan
2. Mengalami kepedihan akibat kehilangan
3. Menyesuaikan lingkungan yg tidak lagi mencakup orang,
benda atau aspek diri yg hilang
4. Memberdayakan kembali energi emosional ke dlm hubungan
yg baru
 Fase I (shock dan tidak percaya)
 Fase II (berkembangnya kesadaran)
 Fase III (restitusi/resolving the loss)
 Fase IV: menciptakan kesan orang meninggal yang hampir
tidak memiliki harapan dimasa yang akan datang
 Fase V: kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai
diketahui atau disadari
 Seseorang mulai merasakan kehilangan
secara nyata/actual dan mungkin mengalami
putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,
frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-
tiba terjadi. Marah biasanya akan ditujukan
kepada rumah sakit, perawat, dan lain-lain.
Menyalahkan diri sendiri dan menangis
adalah cara yang tipikal sebagai individu yang
terikat dengan kehilangan. Menangis
sepertinya mencakup baik pengetahuan
tentang kehilangan sebagai suatu regresi
yang tidak tertolong atau seperti seorang
anak.
 Seseorang menolak kenyataan atau
kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas atau pergi tanpa tujuan. Mencoba untu
membutakan perasaan, mungkin karena
orang tersebut tidak menyadari implikasi dari
kehilangan. Biasanya seseorang dapat
menerima secara intelektual, tetapi menolak
secara emosional. Reaksi secara fisik
termasuk pingsan, diaphoresis, mual, diare,
detak jantung cepat, tidak bias istirahat,
insomnia, dan kelelahan
 Seseorang dengan keinginannya untuk menghargai akan
seseorang yang meninggalkannya, berupaya untuk juga
mengikuti ritual berkabung, misalnya pemakaman. Berusaha
mencoba untuk sepakat/berdamai dengan perasaan yang
hampa atau kosong, karena kehilangan. Masih tetap tidak
dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang ynag
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
 Menciptakan kesan orang meninggal yang hampir tidak
memiliki harapan dimasa yang akan datang. Menekan seluruh
perasaan yang negative dan permusuhan terhadap almarhum.
Bias merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurangnya
perhatiannya dan perilakunya yang tidak mengenakkan
dimasa lalu terhadap almarhum.
 Kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai diketahui
atau disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang
sudah dapat meneriam kondisinya. Kemarahan atau depresi
tidak lagi diperlukan. Kehilangan jelas terjadi pada seseorang,
yang mulai mengatur kehidupannya kembali dengan meyakini
fase ini, seseorang bergerak dari level terendah ke yang lebih
tinggi tentang integrasi empati dan intelektual. Kesadaran
baru telah berkembang.

Anda mungkin juga menyukai