N HARGA DIRI
RENDAH
Disusun oleh:
Konsep diri adalah kombinasi dinamis yang terbentuk selama bertahun-tahun dan
dipengaruhi juga oleh beberapa hal, yaitu:
• Reaksi dari orang lain terhadap tubuh seseorang
• Persepsi secara terus menerus dari reaksi dari seseorang terhadap diri
• Hubunga dengan diri dan orang lain
• Struktur kepribadian
• Persepsi terhadap rangsang yang berakibat pada diri
• Pengalaman masa lalu dan masa kini
• Perasaan saat ini tentang fisik, emosi dan social diri
• Harapan tentang diri (Potter dan Perry, 2005)
RENTANG RESPONS KONSEP DIRI
Konsep diri seseorang terletak pada suatu rentang respons antara ujung adaptif dan ujung maladaptif, yaitu
aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi.
Keterangan :
• Aktualisasi diri : Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman sukses
• Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya
• Harga diri rendah : Perasaan negative terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak
berharga, tidak berdaya, pesimis
• Kerancauan identitas : kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai indentifikasi masa kanak-
kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis
• Dipersonalisasi : Perasaan tidak realistic dalam kegiatan dari diri sendiri, kesulitan membedakan diri
sendiri, merasa tidak nyata dana sing baginya.
Lanjutan…
Rentang respons konsep diri yang paling adaptif • mempunyai dedikasi untuk bekerja,
adalah aktualisasi diri. Menurut Maslow • kreatif, fleksibel, spontan, dan mengakui
karakteristik aktualisasi diri meliputi: kesalahan,
• realistik, • terbuka dengan ide-ide baru,
• cepat menyesuaikan diri dengan orang lain, • percaya diri dan menghargai diri,
• persepsi yang akurat dan tegas, • kepribadian yang dewasa,
• dugaan yang benar terhadap • dapat mengambil keputusan,
kebenaran/kesalahan, • berfokus pada masalah,
• akurat dalam memperbaiki masa yang akan • menerima diri seperti apa adanya,
datang,
• memiliki etika yang kuat,
• mengerti seni, musik, politik, filosofi,
• mampu memperbaiki kegagalan.
• rendah hati,
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah (Stuart
dan Sundeen, 1998) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi.
Kognitif Perilaku
• Sukar membedakan diri dengan • Afek tumpul
orang lainnya • Pasif dan tidak ada respon emosi
• Disorientasi waktu • Komunikasi tidak selaras
• Penyimpangan pikiran • Tidak dapat mengontrol perasaan
• Daya ingat terganggu • Tidak ada inisiatif dan tidak
• Daya penilaian terganggu mampu mengambilkeputusan
• Menarik diri dari lingkungan
• Kurang bersemangat
TANDA DAN GEJALA
Berikut adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
• Mengkritik diri sendiri
• Perasaan tidak mampu
• Pandangan hidup yang pesimis
• Penurunan produktivitas
• Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, kita dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan gangguan harga
diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat
dengan nada suara lemah
KOMPONEN KONSEP DIRI
4. Peran (Role)
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat
sesuai posisinya di masyarakat/kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk
berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas
dengan memvalidasi pada orang yang berarti.
Lanjutan…
5. Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran tentang “diri sendiri” yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya,
serta menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang
lain. Pengertian identitas adalah organisasi, sintesis dari semua
gambaran utuh dirinya, serta tidak dipengaruhi oleh pencapaian
tujuan, atribut/jabatan, dan peran. Dalam identitas diri ada
otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, hormat terhadap diri,
mampu menguasai diri, mengatur diri, dan menerima diri.
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistic
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang
sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan, dan peran yang
sesuai dengan kebudayaan.
3) Factor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang
berubah.
Lanjutan…
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh factor dari dalam atau factor dari luar individu. Terdapat 5 kategori:
a) Ketegangan Peran
Merupakan stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami indivisu dalam peran atau posisi yang
diharapkan.
b) Konflik Peran
Ketidaksesuaian peran antar yang dijalankandengan yang diinginkan.
c) Peran Yang Tidak Jelas
Kurangnya peran individu tentang peran yang dilakukannya.
d) Peran Berlebihan
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
e) Perkembangan Transisi
Yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
Lanjutan…
4) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio-kimia, gangguan pengguanaan
obat, alcohol, dan zat.
Jangka Pendek Jangka Panjang
a.Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisi a.Menutup Identitas
Contoh: Pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv Contoh: terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari
terus menerus orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi
atau potensi diri sendiri.
a.Kegiatan mengganti identitas sementara b.Identitas Negatif
Contoh: Ikut kelompok social, keagamaan, politik Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat
b.Kegiatan yang memberi dukungan sementara
Contoh: Kompetisi olahraga, kontes popularitas
2. Masalah Keperawatan
Masalah gangguan konsep diri berhubungan dengan rasa
bersalah sering menimbulkan kekacauan dan mengakibatkan
respon koping yang maladaptive. Respon ini dapat dilihat
bervariasi pada berbagai individu, yang mengalami ancaman
integritas atau harga diri. Masalah keperawatan dan contoh
diagnose keperawatan lengkap yang berkaitan dengan
gangguankonsep diri, lihat table berikut ini.
Lanjutan…
a. Gangguan gambaran diri Gangguan gambaran diri b.d Harga diri rendah
Gangguan gamabarn diri b.d deficit perawatan diri
a. Gangguan identitas diri Gangguan identitas diri b.d perubahan penampilan peran
Gangguan identitasb.d keracunan obat yang dimanifestasikan dengan
control impuls yang kacau dan hilang
a. Gangguan penampilan peran Gangguan penampilan peran b.d harga diri rendah
a. Gangguan harga diri Harga diri rendah b.d ideal diri yang tidak realistic
Harga diri rendah b.d ideal diri terlalu tinggi
PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan aktualisasi diri klien: dengan membantu menumbuhkan,
membangunkan, menyadari potensi sambal mencari kompensasi
ketidakmampuan.
b. Tujuan Khusus
Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan konsep diri dan membantu klien agar lebih
mengerti akan dirinya secara cepat.
C. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang
situasi dan perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan
kemudian melakukan perubahan perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah
ini memerlukan tindakan yang bertahap sebagai berikut:
1. Memperluas kesadaran diri; Tahap memperluas kesadaran diri
Menyadari dan Kesadaran diri akan membantu Sadari perasaan sendiri lebih baik perasaan negative dan
mengontrol perasaan penampilan model perilaku dan positif dalam berhubungan
perawat membatasi efek negative dalam
beerhubungan denga orang lain
Empati pada klien, Rasa empati dapat menguatkan Gunakan respon empati dan observasi apakah perasaan
tekankan bahwa klien memahami perasaan perawat simpati atau empati
kekuatan untuk berubah orang lain Jelaskan bahwa klien berguna dalam memecahkan
ada pada klien masalahnya
Libatkan keluarga dan kelompok menyelidiki diri klien
Bantu klien mengenal konflik dan koping maladaptive
3. Mengevaluasi diri; Membantu klien mengevaluasi diri
Prinsip Rasional Peran
Membantu klien Setelah mengetahui masalah Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana
mengidentifikasi dengan jelas alternative penilaiannya
masalahnya secara pemecahan dapat dibuat klien Jelaskan bahwa keyakinan klien mempengaruhi perasaan dan
jelas perilakunya
Kaji respon koping Dengan mengetahui koping Bersama klien mengidentifikasi
adaptif dan yang dipilih klien dapat Keyakinan, ilusi, tujuan yang tidak realistik
maladaptif klien mengevaluasi konsekwensi Identifikasi kekuatan klien
terhadap masalah positif dan negatif Tunjukkan konsep sukses dan gagal dalam persepsi yang
yang dihadapi cocok
Teliti sumber koping yang digunakan klien
Uraikan pada klien bahwa respon koping dapat dipilih
dengan bebas dan mempunyai dampak positif maupun
negatif
Bersama klien mengidentifikasi respon koping yang
maladaptif
Komunikasi yang memfasilitasi konfrontasi yang mendukung
Klarifikasi peran
4. Membuat perencanaan yang realistic; membantu klien membuat perencanaan yang realistic
Untuk meningkatkan penerimaan klien secara unik di dalam keluarga, diperlukan pendidikan kesehatan mental
yang dapat dilihat pada table berikut ini.
6. Pendidikan kesehatan mental bagi keluarga
Tujuan Kegiatan Instruksional Evaluasi
Menegakan konsep Diskusikan keunikan masing-masing Klien dapat
keunikan anggota anggota keluarga. mengidentifikasi fungsi
keluarga Bantu klien mengidentifikasi tingkat keluarga
kemampuannya di antara anggota
keluarga
Uraikan karakteristik Analisa tipe dan pola hubungan dalam Klien menguraikan pola
perpaduan emosi keluarga. Gunakan kertas dan pensil hubungan dalam keluarga
untuk menggambarkan pola keluarga Klien mengidentifikasi
peran dan perilakunya
Fase Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan Tina hari ini? Tina terlihat tegar”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah Tina lakukan? Setelah
itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Tina lakukan di Rumah Sakit. Setelah kita nilai, kita akan
pilih satu kegiatan untuk kita latih.”
“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Fase Kerja :
“Tina, apa saja kemampuan yang Tina miliki? Bagus, apalagi? Saya buat daftarnya yaa. Apa pula kegiatan
rumah tangga yang biasa Tina lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring…
dst”. “Wah bagus sekali ada lima kemampuan yang Tina miliki.”
“Tina dari lima kegiatan ini, yang mana yang masih dapat Tina kerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang
pertama bisakah, yang kedua…sampai 5 (misalnya masih ada 3 yang bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di Rumah Sakit ini.”
“Sekarang coba Tina pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di Rumah Sakitini” . “Ooo..yang nomor 1
merapikan tempat tidur? Kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur Tina”. “
Mari kita lihat tempat tidur Tina. Coba lihat sudah rapikah tempat tidur nya?”
“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus..!
sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah sekarang kita pasang lagi spreinya. Kita mulai
dari arah atas, yaa bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan di sebelah atas/ kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah kaki, baguuuss!”
“Tina sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan,
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus!”
“Coba Tina lakukan dan jangan lupa beri tanda M (mandiri) kaau Tina lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan".
Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan Tina setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur? Yach ternyata Tina banyak memiliki kemampuanyang dapat
dilakukan di Rumah Sakit ini. Salah satunya merapikan tempat tidur, yang sudah
Tina praktekkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga
di rumah setelah pulang”.
“Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian Tina. Mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur. Bagus ! dua kali pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis
istirahat am 16.00”.
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Tina masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di Rumah Sakit selain merapikan tempat tidur?
Ya, bagus! Cuci piring… kalau begitu kita akan latihan cuci piring besok jam 8
pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa yaaa…” .
SP II Pasien : melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien
Fase Orientasi:
“Assalamu’alaikum, bagaimana perasaan Tina pagi ini? Wah
tampak cerah”
“Bagaimana Tina, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum
bantu lagi).
“Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat kegiatan apa itu Tina?”
“Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
“Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur”
Fase Kerja:
“Tina, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring,
sabun khusus untuk mencuci piring, dana air untuk membilas. Tina bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan”.
“Sekarang saya perlihatkan dulu caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia. Tina ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring
tersebut ke tempat sampah”.
“Kemudian Tina bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.
Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu Tina bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai”
“Sekarang coba Tina yang melakukan”
“Bagus sekali, Tina dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik, Sekarang dilap tangannya”
Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan Tina setelah latihan mencuci piring?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari Tina. Mau berapa kali kegiatan mencuci
piring? Bagus sekali Tina mencuci piring tiga kali setelah makan”
“Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan
apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
“Mau jam berapa? Sama dengan sekarang? Sampai jumpa”
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih, karena setiap
kemampuan yang dimiliki oleh pasien akan menambah harga dirinya.
1) Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1)Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2)Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3)Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4)Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan keperawatan:
1)Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2)Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasein
3)Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien atas
kemampuannya
4)Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5)Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6)Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7)Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Pak/Bu!”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/Ibu seperti yang kita pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan langsung mempraktekanya kepada Tina”
“Waktunya 20 menit”
“Sekarang mari kita temui Tina”
Fase Kerja
“Assalamu’alaikum Tina, Bagaimana perasaan Tina hari ini?”
“Hari ini saya datang bersama orangtua Tina. Seperti yang sudah saya katakana sebelumnya orangtua Tina juga ingin merawat Tina agar cepat
pulih (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
“Nah Bapak/Ibu, sekarang Bapak/Ibu bias mempraktekan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari yang lalu, yaitu memberikan pujian terhadap
perkembangan anak Bapak/Ibu” (saudara mengobservasi keluarga mempraktekan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada
pertemuan sebelumnya)
“Bagaimana perasaan Tina setelah berbincang-bincang dengan orangtua Tina?”
“Baiklah, sekarang saya dengan orangtua Tina keruang perawat dulu”
(saudara meninggalkan keluarga dan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
FaseTerminasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita praktekan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu dapat melakukan cara merawat tadi kepada Tina”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat
yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu.”
“Wassalamu’alaikum”
SP 3 Keluarga: Membuat perencanan pulang bersama keluarga
Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu!”
“Karena pagiini Tina sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tina selama di rumah”
Fase Kerja
“Bapak/Ibu, Ini jadwal Tina selama di RumahSakit. Coba diperhatikan apakah semua dapat dilakukan di
rumah? Bapak/Ibu, jadwal yang dibuat selama Tina di rawat Rumah Sakit tolong dilanjutkan di rumah, baik
jadwal kegiatanya maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Tina selama di rumah.
MisalnyakalauTiknaterus-menerusmenyalahkandirisendiridanberpikiran negative terhadap diri sendiri,
menolak meminum obat atau menampakan perilaku membahayakan orang lain. Jika ada yang terja dihubungi
perawat Kiki di puskesmas InderaPuri, puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651)554xxx
“Selanjutnya perawat Kiki tersebut yang akan memantau perkembangan Tina di rumah”
FaseTerminasi
“Bagaimana Bapak/Ibu ada yang belum jelas? Ini jadwal Tina untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk
perawat Kiki di PKM Indera Puri. Jangan lupa control ke PKM Indera Puri sebelum obat habis atau ada gejala
yang tampak. Silahkan selesaikan administrasinya.”
4. Evaluasi
Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien, keluarga, dan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah
5. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian dilakukan dengan format yang telah dibuat
Latihan
Dokumentasikan hasil pengkajian pasien dengan masalah gangguan konsep diri: harga diri rendah menggunakan
format yang sudah disediakan. Berikut adalah contoh pendokumentasian pasien dengan gangguan harga diri rendah