Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. Harga diri : penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, gagal berulang
kali, ideal diri yang tidak realistis
Faktor yang mempengaruhi harga diri
Ex: pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada gangguan
atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua.
Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyaci keraguan atau
ketidakpastian diri. Anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan
gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain. Individu yang kurang mengerti
akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri.
Ia akan tergantung pada orang lain dan gagal mengembangkan kemampuan diri. Ia
mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat
kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntuk diri sendiri. Ideal diri
yang ditetapkan tidak dapat dicapai.
b. Peran : streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, harapan peran kultural
Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.
Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat,
misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri. Kurang objektif dan kurang
rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang
ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika waninta atau pria
berperan tidak seperti lazimnya maka dapat menimbulkan konflik didalam diri maupun
hubungan sosial. Misalnya, wanita yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja,
jika ia mulai ke luar rumah untuk sekolah atau kerja akan menimbulkan masalah.
Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan
masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita yang
mempunyai sejumlah peran.
c. Identitas personal : ketidak percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya,
perubahan dalam struktus sosial
Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri pada
anak. Anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan
orang tua maka timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja
akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. Teman sebaya merupakan
faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, di inginkan
dan dimiliki oleh kelompoknya.
2. Faktor presipitasi
1. trauma
2. ketegangan peran :
a. transisi peran perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang
berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
b. transisi peran situasional
Transisi situasional dapat terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang
orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya berkurang atau
bertambahnya anggoata keluarga atau status sendiri menjadi berdua atau menjadi
orang tua.
Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan
ketegangan peran, yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.
c. transisi peran sehat – sakit
stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua kompenen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri. Misalnya
pergeseran dari keadaan sehat menjadi sakit
3. Perilaku
Data yang dikumpulkan oleh perawat hendaknya data yang objektif dan dapat
diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah, identitas diri yang
kacau, dan depersonalisasi yang dapat dilihat (stuart dan Sundeen, 1991)
1. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah:
a. kritik diri sendiri dan orang lain k. keluhan fisik
b. produktifitas menurun l. pandangan hidup yang terpolarisasi
c. destruktif pada orang lain m. menolak kemampuan diri
d. gangguan berhubungan n. mengejek diri sendiri
e. perasaan dirinya penting yang berlebih- o. merusak diri
lebihan p. isolasi sosial
f. perasaan tidak mampu q. gangguan penggunaan zat
g. rasa bersalah r. menarik diri dari realitas
h. mudah marah atau iritabel s. khawatir
i. perasaan negatif terhadap diri sendiri t. ketegangan pera
j. pandangan hidup yang pesimis
2. perilaku yang berhubungan dengan identitas yang kacau terjadi karena kegagalan
mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak-kanak secara selaras dan
harmonis. perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur adalah hubungan
interpersonal yang kacau atau masalah hubungan intim. Klien mengalami kesukaran
tampil sesuai dengan jenis kelaminnya.
Perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur :
a. Tidak mengindahkan moral h. Tidak mampu berempati pada orang
b. Kontradiksi ciri kepribadian lain
c. Mengurangi hubungan interpersoanal i. Kurang keyakinan diri
d. Perasaan kosong j. Cinta diri sendiri yang patologi
e. Perasaan tentang diri yang berubah- k. Masalah dalam hubungan intim
ubah l. Kekacauan dan kehilangan identitas
f. Kekacauan identitas seksual sesaat
g. Kecemasan yang tinggi m. Identitas diri tidak realistis
4. Mekanisme koping
Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dapat dibagi dua, yaitu koping jangka
pendek dan koping jangka panjang (stuart dan sundeen , 1991, hlm. 391).
1. pertahanan jangka pendek :
Logan { dikutip dari stuart dan Sundeen } membagi empat katagori koping jangka
pendek, khususnya pada krisis identitas, yaitu :
- pelarian sementara dari krisis identitas. Misalnya, pemakaian obat, ikut musik rock,
balap motor atau mobil, olah raga berat atau obsesi nonton televisi.
- memberikan identitas pengganti sementara. Misalnya ikut kelompok tertentu untuk
mendapatkan identitas yang sudah dimiliki kelompok.
- menguatkan perasaan diri sementara. Misalnya, aktivitas yang kompetisi yaitu olah
raga, prestasi akademik, kontes.
- Aktivitas yang memberi atri dari kehidupan. Misalnya penjelasan tentang keisengan
akan menurunkan kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri atau pada orang lain.
2. pertahanan jangka panjang
- penutupan identitas adposi identitas permatur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi indivudu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi.
- Identitas negatif asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai
dan harapan masyarakat.
3. Pertahanan ego pantasi, disosiasi, isolasi, projeksi, displacment, berbalik marah
terhadap diri sendiri, amuk.
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan gambaran diri
2. Gangguan Harga diri
3. Gangguan penampilan peran
4. Gangguan identitas
3. Perencanaan
Tujuan umum:
Adalah meningkatkan aktualisasi diri pasien dengan menbantu menumbuhkan,
mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompenasi dari ketidak mampuan
yang dimiliki.
Tujuan khusus :
Adalah agar pasien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsep diri dan membantu pasien agar
lebih mengerti akan dirinya secara tepat.
Tindakan keperawatan:
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah membantu pasien
mengidentifikasi situasi dan perasaan yang terkait guna meningkatkan penilaian dirinya
sehingga dapat merubah perilakunya. Pendekatan penyelesaian masalah ini
memerlukan tindakan bertahap.
Fokus tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan, yang
terdiri dari persepsi, keyakinan dan pendirian. Kesadaran klien akan emosi dan
perasaanya juga hal yang penting.
Setelah mengevaluasi penilaian kognitif dan kesadaran perasaan, klien mulai
menyadari masalah dan kemudian merubah prilaku.
Prinsip asuhan yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari
kemajuan klien meningkat dari satu tingkat ketingkat berikutnya.
Tindakan keperawatan dibagi menjadi 5 tingkat (stuart and sundeen, 1991):
1. Memperluas kesadaran diri (expanded self awareness)
2. Menyelidiki atau eksplorasi diri (self exploration)
3. Mengevaluasi diri (self evalution)
4. Perencanaan realistis (realistic planning)
5. Tangguan jawab bertindak (commitment to action)
Mengevaluasi diri
N Prinsip Rasional Tindakan keperawatan
O
1. Membantu klien Hanya dengan1. Identifikasi stresor dengan
untuk menetapkan mengetahui masalah klien dan bagaiman penilaian
masalah secara secara jelas, usaha atau klien
jelas alternatif pemecahan 2. Jelaskan bahwa keyakinan
dapat dilaksanakan klien mempengaruhi perasaan
dan prilaku
3. Bersama identifikasi
keyakinan yang salah, ilusi,
tujuan yang tidak realistis
4. Bersama mengidentipikasi
kekuatan klien
5. Teliti sumber koping yang
dimiliki klien
2. Teliti koping klien Penting untuk1. Uraikan pada klien bahwa
yang adaptif memerikasa pilihan koping bebas dipilih dan
terhadap masalah klien terhadap koping koping ada yang positif dan
yang dihadapi dan mengevaluasi yang negatif
positif dan negatif 2. Bandingkan respon adaptif
dan maladaptif
3. Diskusikan akibat respon
yang maladaptif
Perencanaan realistis
N Prinsip Rasional Tindakan keperawatan
O
1. Bantu klien Hanya dengan 1. Bantu klien mengerti bahwa
mengidentifikasi mengevaluasi semua hanya klien yang dapt
alternatif pemecahan alternatif, pemecahan merubah, bukan orang lain.
dapat merubah secara 2. Jika klien mempunyai
efektif persepsi yang tidak konsisten,
bantu ia melihat bahwa ia
dapat merubahnya sebagai
berikut:
a. Keyakinan dan ide dapat
membawa ia pada kenyataan
b. Lingkungan dapat membuat
konsisten karena keyakinan
klien
3. Jika konsep diri tidak
konsisten dengan prilaku, ia
akan berubah sebagai berikut:
a. Perilakunya disesuaikan
dengan konsep diri
b. Keyakinan yang melatar
belakangi konsep
diridisertakan pada prilaku
4. Bersama memandang
bagaimana sumber koping
dapat lebih baik dipergunakan
2. Bantu klien Menetapkan tujuan
1. Dorong klien merumuskan
mengkonseptualisasi termasuk tujuannya sendiri
tujuan yang realistis mendefinisikan dengan 2. Bersama mendiskusikan
jelas harapan berubah konsekuensi emosi,
prakteknya, dasar realitas dari
tiap tujuan
3. Bantu klien untuk
menetapkan dengan jelas
perubahan yang diharapkan
4. Dorong klien untuk memulai
pengalaman baru untuk
berkembang secara potensial